Anugerah Tuhan Pengampunan Merupakan Karya Anugerah


1.  ANUGERAH TUHAN PENGAMPUNAN MERUPAKAN KARYA ANUGERAH.[1] (HLM 248)

      Sebelum meninjau keanekaragaman bukti dalam PB, pertama-tama kita harus menerangkan arti “Anugerah” dengan memperlihatkan mengapa istilah itu dipakai sebagai judul yang memayungi masalah-masalah yang di bahas disini.
      Istilah kharis (‘anugerah’; dalam TB diterjemahkan ‘kasih karunia’) di pakai dalam PB dalam beberapa arti, tetapi yang paling khas ialah “kemurahan hati Tuhan yang tidak pantas diterima oleh orang yang layak di hukum”.
      Jadi, istilah ini dipakai untuk mengungkapkan sikap Allah yang menyediakan keselamatan bagi manusia.
      Anugerah ialah sikap yang Tuhan perlihatkan yang bertentangan dengan karya yang manusia lakukan.
      Kitab-Kitab Injil Sinoptik (Hlm 249-250)
      Istilah Kharis ( Anugerah ) dan kata-kata yang seakarnya tidak muncul dalam Matius atau Markus. Dalam injil markus, kata ini tidak banyak dipakai.
      Sekalipun istilah kharis tidak banyak dipakai, namun hal ini tidak penting, karena wawasan “anugerah” dapat ditemukan dalam sejumlah petunjuk insidental.
      Pengertian umum dari Istilah kharis yaitu kemurahan hati, terdapat dalam Luk.2:40, 52, dimana kharis diterapkan kepada Yesus. Ketika Yesus memulai pelayananNya, para pendengarNya terkesan akan “kata yang sangat indah” (Luk.4:22) yang diucapkanNya
      Wawasan “Anugerah itu juga mendasari segala perbuatan Tuhan dengan umatNya dalam rangka keselamatan.
      Hal itu merupakan hubungan pengajaran Yesus antara kemurahan Tuhan yang penuh anugerah itu kepada umatNya dan tanggung jawab manusia, kedua hal itu merupakan proses masuk ke dalam kehidupan Kristen.

      PETUNJUK DARI PERUMPAMAAN (HLM 250-252)
      Perumpamaan yang akan kita perhatikan disebut sebagai perumpamaan-perumpamaan kerajaan, yang menyajikan dalam bentuk analogi syarat-syarat untuk menerima dan melanjutkan kewargaan Kerajaan itu.
      Perumpamaan tentang penabur (Mat.13:1-9, 18-23; Mrk.4:3-9, 14-20; Luk.8:4-8, 11-15) memperlihatkan bahwa semua pertumbuhan tergantung kepada benih dan tanah. Benih, menurut tafsiran yang di berikan dalam Matius, ialah “firman tentang Kerajaan” (Mat.13:19), yang di dalamnya mengandung cikal-bakal kehidupan.
      Perumpamaan tentang ragi dalam Matius 13:33 memusatkan perhatian pada karya anugerah yang tidak terlihat tapi pasti. Tetapi perumpamaan ini tidak boleh ditafsirkan seolah-olah jemaat akan memenangkan dunia, karena kalau demikian maka perumpamaan ini akan bertentangan dengan ajaran perumpamaan ajaran perumpamaan tentang penabur.
      Perumpamaan tentang pukat dalam Matius 13:47-52 perumpamaan ini memperlihatkan perbedaan yang tajam antara mereka yang memberi sambutan dan mereka yang tidak. Pembedaan ini terletak bukan pada cara pemberitaan (adanya satu pukat), melainkan pada kodrat orang-orang yang mendengar pemberitaan itu.
      Perumpamaan tentang orang upahan di kebun anggur dengan jelas menunjukkan apa yang anugerah perbuat (Mat.20:1-16). Yang dibicarakan bukanlah masalah jasa melainkan soal janji.
      Perumpamaan tentang pakaian pesta kawin dalam Matius 22:1-14, memperlihatkan bahwa yang dituntut lebih dari sekedar kehadiran pada pesta itu, sebab orang yang tiba tanpa persiapan yang memadai menghinakan undangan itu dan akibatnya mendepak dirinya sendiri.
      Perumpamaan tentang anak yang hilang dalam Lukas 15:11-32, kesediaan sang ayah untuk menerima kembali anak yang bersalah itu melukiskan anugerah, karena si anak tidak berbuat apa-apa untuk memperolehnya.
                     Petunjuk-Petunjuk Lain Tentang Anugerah
      Sifat Allah yang penuh anugerah dan rela memberi itu dilukiskan dalam nats-nats seperti Mat 7:7-12 dan Luk 11:9-13. . Dalam arti bagaimana ucapan-ucapan seperti “ janganlah bawa kami dalam pencobaan “ ( Mat 6:13; Luk 11:4 ), dan “Berdoalah, supaya kamu jangan jatuh dalam pencobaan” ( Mrk 14:38; Mat 26:44; Luk 22:40,46 ) harus dipahami? Apakah ucapan-ucapan ini meniratkan bahwa pencobaan dapat dihindari? Perlu diperhatikan bahwa arti dasar “pencobaan” ialah “ujian”, tetapi dalam ayat-ayat ini tersirat suatu ujian yang dapat menimbulkan kegagalan. Anugerah ilahi tidak akan membiarkan orang Kristen menghadapi ujian seperti itu tanpa perlindungan. Hal 254-254
      Satu soal yang mempengaruhi pemahaman kita tentang Anugerah ialah kedudukan Yudas. Kendati ia dipilih menjadi rasul, namun Yudas menjadi penghianat. Yesus menubuatkan penghiatana itu, ( Mrk 14:17-21 ). Dapatkah Yudas dianggap bertanggung jawab penuh atas karyaNya, Yudas nampak menempuh jalannya tanpa dihambat. Apakah anugerah lebih diberikan kepada petrus daripada kepada Yudas? Harus diakui bahwa disini kita berhadapan dengan suatu misteri, tetapi kitab injil membuat jelas, betapa Yudas sama sekali tidak bersimpati kepada karya dan pelayanan Yesus. Hal 257
26.2 Tulisan-tulisan Yohanes
a.       Karya Allah yang penuh Anugerah
Pendahuluan yang membentangkan gagasan yang terdapat dalam seluruh kitab injil Ini, banyak berbicara tentang Anugerah. Pernyataan bahwa terang yang sesungguhnya itulah (firman) yang menerangi setiap orang ( Yoh 1:19 ) memperlihatkan betapa pentingnya karya Allah dalam dunia ini. Firman, yang ada didalamnya ada hidup, itulah terang bagi manusia ( Yoh 1:5 ). Dengan kata lain penyingkiran kegelapanmerupakan karya anugerah. Karya berpusat pada rencana Allah bagi penebusan, yaitu inkarnasi, sepenunya terjadi karena prakarsa ilahi ( Yoh 1:14 ). Memang datangnya terang kedalam dunia menghadapi hambatan: “ orang-orang kepunyaannya itu tidak mengenalnya”. Hal 257-258
Dalam injil ini ajaran Yesus menekankan bahwa Allah bekerja dalam misiNya; apa yang Yesus lakukan adalah apa yang Allah maksudkan dalam mengutus Dia. hubungan bapa dengan anak yang erat mendukung pandangan bahwa seluruh gerak langkah yang tercakup dalam inkarnasi berawal dari prakarsa ilahi dan dengan demikian merupakan suatu ungkapan anugerah. Tidak disarankan bahwa Allah berbuat demikian sebagai sambutan terhadaap jasa manusia. Hal 258-258
B. Pilihan Allah Yang Penuh Anugerah
penekanan yang kuat atas prakarsa Allah dalam AnugerahNya, membuat kita cenderung mengharafkan dari injil Yohanes petunjuk-petunjuk bahwa Allah tidak membiarkan manusia untuk memilih sendiri apakah ia akan mengambil bagian didalam keselamatan atau tidak. Petunjuk-petunjuk  itu terdapat dalam beberapa Nats yang perlu diperhatikan. Contohnya Yoh pasal 6 Yoh 6:37, Yoh 6:44 dan Yoh 6:65. Ketiga Nats ini memastian bahwa “ datang “ kepada Allah, yang berarti, datang dengan iman, tidak munhgkin terjadi tanpa karya sebelumnya dari pihak Allah. Ia mengarahkan kuasa menarik mereka yang datang. Hal 259
      Dalam Yohanes 8:47 Yesus berkata : “Barang siapa berasal dari Allah, ia mendengarkan firman Allah”. Ini menyarankan bahwa anugerah dibutuhkan bahwa sebelum seseorang dapat mendengarkan Allah dengan benar. Pesan yang tidak mungkin keliru dari nats tersebut ia lah kepastian perlindungan Allah pada umat-Nya sendiri. Dalam Yohanes 6:39 Yesus menegaskan “ inilah kehendak dia yang telah mengutus Aku yaitu supaya dari semua yang telah diberikannya kepadaku jangan ada yang hilang “.  Hal 260
      Yoh 15:16 memusatkan perhatian pada hal pemilihan, “ bukan kamu yang  memilih aku, tetapi akulah yang memilih kamu “. Tujuan pemilihan ialah “ supaya kamu pergi dan menghasilkan buah “.  Gagasan bahwa Yesus telah membuat pilihan diulangi dalam Yoh 15:19, seakan-akan dalam tahap ini soal pilihan bagi seorang murid dua kali lipat pentingnya untuk diketahui. Ucapan ini muncul dalam kiasan dimana orang-orang percaya disamakan dengan ranting-ranting pokok anggur. Tugas ranting-ranting ialah menghasilkan buah, tetapi ditegaskan dalam hal ini mustahil bila terlepas dari Yesus pokok anggur yang benar itu. ( Yoh 15:5 ). Hal 261
      Bagaimanakah seorang dapat disebut “ranting padaku”  dan “tidak tinggal dalamku?” apakah Yesus bermaksud menyarankan bahwa hal “ tinggal di dalam dia” merupakan tanggu g jawab manusia, bahwa hal tinggalnya dia sendiri didalam orang-orang percaya untuk berbuah, bergantung pada apakah orang percaya itu terus tinggal di dalam dia? Pertimbangan yang lain mencolok dalam injil Yohanes ialah gagasan tentang kehidupan kekal sebagai milik masa kini. Hal 262
      Pernyataan seperti Yohanes 3:16 dimna orang percaya dikatakan memiliki hidup yang kekal, dan Yohanes 17:2 dimana Yesus sebagai anak mengklaim telah diberi kuasa untuk memberikan kehidupan yang kekal kepada semua yang telah diberikan kepadanya serta Yohanes 6:54 dimana Yesus berkata bahwa mereka  yang memakan dagingnya dan meminum darahnya yang mempunyai hidup yang kekal, mengemukakan sifat kekinian dari hidup yang digambarkan sebagai yang kekal.
      Pada pihak lain injil Yohanes bukanlah penekanan atas tanggung jawab manusia, dan ini harus kita pertimbangkan berikutnya. Hal 263
      TANGGUNG JAWAB MANUSIA DAN KEMUNGKINAN MURTAD (HLM 263-264)
      Dalam Yohanes 5:40 Yesus mendakwa orang Yahudi yang menolak datang kepadan-Nya untuk memperoleh hidup. Penolakan ini menunjuk kepada tanggung jawab manusia.
      Yesus menghormati kebebasan manusia (Yoh.8:32-36) tetapi jenis kebebasan yang di anjurkan berbeda dengan yang biasanya dimaksud dengan istilah “kehendak bebas”. Yang di maksud Yesus ialah kebebasan yang dikaitkan dengan iman kepada Kristus, yang mencakup penyerahan penuh kepada firman-Nya.
      Kemuridan yang sejati ialah di tandai dengan penyerahan penuh kepada Firman, hal inilah yang di katakan memiliki tanggung jawab.
      Dalam Yoh.6:70 Yesus berkata soal murid "Bukankah Aku sendiri yang telah memilih kamu yang dua belas ini? Namun seorang di antaramu adalah Iblis."
      Jika kita mempersoalkan mengapa Yesus memilih seorang “Iblis” menjadi seorang dari kedua belas itu, jawabannya ialah bahwa dalam injil Yohanes tak ada saran bahwa Yudas pernah menjadi murid Yesus yang sejati yang sudah pernah berserah kepada-Nya dalam iman.
      Dengan kata lain bahwa Yudas tidak melakukan “Kemurtadan” karena ia tidak pernah percaya kepada pada misi Yesus sesungguhnya. Yang menjadi misteri bukanlah karena ia mengkhianati Yesus, melainkan karena ia di masukkan Yesus di tengah-tengah kedua belas murid itu.
      Hal ini menunjukkan bahwa pilihan Allah tidak mesti menghasilkan iman yang benar, kendati dalam semua kasus iman yang benar itu yang terjadi.
      Sebelum berpisah dengan murid-Nya, Ia mengingatkan mereka bahwa pengajaran-Nya di maksudkan supaya mereka jangan kecewa dan menolak Dia (Yoh. 16:1)

      KONSEP SERUPA DALAM SURAT-SURAT YOHANES (HLM 264-266)
      Dalam surat- surat ini istilah “anugerah” hanya muncul sekali, dalam bentuk salam akrab dalam II Yoh.3.
      Di situ di tandaskan bahwa Tuhan telah menyediakan pengampunan bagi mereka bebuat dosa asalkan mereka mengaku dosanya (1 Yoh. 1:6-10).
      Anugerah yang di maksud disini tanpa batas dan tersedia bagi dosa seluruh dunia ( 1 Yoh. 2:2)
      Tujuan kehidupan Kristen ialah menghindari pelanggaran hukum, oleh karena hal tersebut orang Percaya di harapkan tidak hidup menurut kekuatannya sendiri. Ia lahir dari Tuhan (1 Yoh. 3:9; 4:17) dan di tolong Roh Tuhan (1 Yoh.3:24).
      Mereka “yang berasal dari Tuhan” dibedakan dari “yang berasal dari dunia” (1.Yoh.4:5-6)
      Pembedaan ini begitu tajam sampai-sampai yohanes dapat menganggap bahwa semua orang kristen “berasal dari Allah”  (1 Yoh4:4) atau “lahir dari Allah” atau merupakan “anak-anak Allah” (1 Yoh.3:10).
      Setiap orang yang lahir dari Allah yakin bahwa Dia yang lahir dari Alah melindunginya dan sijahat tidak dapat menjamahnya (1 Yoh.5:18), oleh karena itu orang percaya di pagari terhadap kemungkinan kemurtadan.
      Kemenangan bagi orang percaya sudah pasti, sebab Roh yang ada di dalam mereka lebih besar daripada roh yang ada di dalam dunia.
      KISAH PARA RASUL (HLM 266-270)
      Konsep anugerah lebih banyak dalam kitab Kisah Para Rasul daripada kitab-kitab Injil.  Hal ini bukan hanya berkenaan dengan istilah “anugerah” itu, melainkan juga berkenaan dengan seluruh wawasan tentang prakarsa ilahi dalam keselamatan manusia.
      Anugerah dilihat sebagai hadiah istimewa yang dapat dikenali dalam diri mereka yang memilikinya (Kis.4:33; 11:23). Jadi anugerah dalam Kisah Para Rasul berarti lebih daripada perkenanan Allah terhadap orang-orang berdosa, istilah ini mencakup keadaan dari yang telah menerima anugerah itu.
      Orang-orang kristen adalah orang-orang anugerah.
      Orang-orang Yahudi dan para penganut agama Yahudi yang bersimpati dengan kekristenan di Antiokhia pisidis dihimbau untuk tetap hidup “dalam anugerah Allah” (Kis. 13:43). Walauun ungkapan “anugerah Allah” dalam ayat ini tidak dapat berarti keadaan keselamatan penuh, namun tidak jauh dari situ.
      Dalam Kisah 14:3 “berita tentang kasih karuniaNya” berarti Injil yang diberitakan para pemberita kristen (Kis. 20:32). Paulus menghunjuk secara khusus kepada “Injil anugerah Allah” ketika berpesan kepada para penatua Efesus (Kis. 20:24).
      Dalam kisah 16 : 14 ia berkata, Allah membuka hati Lidia untuk memperhatikan apa yang Paulus katakan. Dalam penuturan tentang pekerjaan Apolos (Kis.18:27), dikatakan bahwa “oleh anugerah Allah” (ia) menjadi orang yang sangat berguna bagi orang-orang percaya” (Kis.18:27).
      Dalam kedua kejadian ini karya anugerah mendahului karya iman. Supaya lengkap, kita mencatat bahwa Kisah 18:27 pernah di terjemahkan “menolong melalui anugerah, orangorang yang telah percaya”, tetapi ini bukanlah terjemahan ayat ini yang paling wajar, karena susunan kata-katanya bertentangan dengan terjemahan itu.
      HIDUP BARU DALAM KRISTUS KITAB-KITAB INJIL SINOPTIK (HLM 295-296)
      Ketika membahas tentang wawasan hidup baru dalam pengajaran Yesus yang di catat dalam Injil Sinoptik, pertama-tama kita harus memusatkan perhatian pada hakiki kerajaan Allah.
      Memang ada bagian Kitab-kitab Injil Sinoptik yang secara tidak langsung berkaitan dengan tema ini, ayat-ayat yang memperlihatkan hubungan erad murid Yesus dengan Yesus sendiri.
      Ucapan-ucapan dalam ayat tersebut pernah dipakai sebagai bukti bagi pandangan bahwa mistisisme paulus di dasarkan pada pengajaran Yesus.
      Penganiayaan (Mat.5:11) dan kesyahidan (Mrk.8:35) akan menimpa para murid oleh karena Kristus, yaitu karena mereka di anggap satu dengan Dia. Pada saat Ia mengutus keduabelas murid itu, Yesus berkata, “barangsiapa menyambut kamu, ia menyambut Aku” (Mat.10:40). Sanak saudaranya yang “sejati” adalah mereka yang melakukan kehendakNya (Mrk. 3:35).
      Dalam ayat-ayat ini suatu rasa solidaritas dan merupakan dasar dalam pengajaran Yesus bagi pengajaran tentang ”di dalam Kristus” dan “bersama Kristus”, yang di ungkapkan secara lebih jelas terutama dalam tulisan-tulisan Yohanes dan Paulus.
      TULISAN-TULISAN YOHANES (HLM 296-298)
      Injil Yohanes mencatat beberapa ucapan Yesus yang menyebut suatu hubungan mistis antara orang-orang percaya dan diriNya, atau orang percaya dan Allah.
      Yang paling khas ialah gagasan tentang “tinggal di dalam” atau “berada di dalam” Yesus.
      Dalam Yohanes 6, yaitu tentang ajaran Yesus tentang Roti Hidup. Orang yang memakan daging Kristus dan meminum darahNya dikatakan “tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia” (Yoh.6:56).
      Mistisisme jenis ini berbeda dengan mistisisme jenis Hellenistis. Perbedaannya ialah, jenis ini di barengi dengan tuntutan etis. Hal ini terlihat dalam 1 Yohanes. Orang yang hidup dalam Kristus wajib hidup seperti Kristus telah hidup (1Yoh.2:6). Ia harus menuruti segala perintahNya (1Yoh.3:24). Tinggal di dalam Kristus terpancar dari kasih yang sempurna, karena hal itu tak lain dari kasih Allah sendiri di dalam kita (1Yoh.4:12).
      Pengajaran dalam tulisan-tulisan Yohanes sejajar dengan pengajaran Paulus tentang “di dalam Kristus” dan “Kristus di dalam kamu”.
      Kita harus memperhatikan pula pengajaran Yohanes yang khusus tentang hidup yang kekal sebagai sesuatu yang bisa di alami masa kini. Orang percaya kepada Kristus kini memiliki  hidup yang kekal (Yoh.3:15,16; 6:40,47). Hidup yang bersifat baru ini di terima sebagai buah iman.
      Dalam Yohanes “hidup yang kekal” merupakan istilah lainyang searti dengan gagasan Kerajaan dalam Kitab-kitab Injil Sinoptik (Mrk 9:43-47, dimana “hidup” dan “kerajaan” muncul sebagai istilah-istilah yang searti).
      KISAH PARA RASUL (HLM 298-299)
      Kitab ini banyak berbicara tentang kegitan orang-orang kristen mula-mula dan sangat sedikit menyinggung tentang cara hidup baru yang kini mereka hidupi.
      Tak ada petunjuk tentang apa perintah-perintah mengenai hidup baru kecuali panggilan kepada pertobatan dan iman.
      Aktifitas Roh begitu sering di tekankan sehingga perananNya dalam hidup baru ini tidak dapat di bantah.
      Dalam hal ini, Kisah Para Rasul sama dengan tulisan-tulisan Yohanes dan Paulus. Ungkapan “di dalam Kristus” atau “di dalam Roh” tidak muncul, tetapi terdapat banyak hunjukan kepada “dipenuhi Roh” yang berarti bahwa Roh berdiam di dalam diri mereka.
      Menurut Kisah Para Rasul sejarah jemaat mula-mula adalah sejarah umat yang penuh dengan Roh.



[1] Donald Guthrie, Teologi Perjanjian Baru 2, (Hlm 248)

Comments