KHOTBAH EKSPOSITORI
NAMA : JAMES ANAKAMPUN
NIM : 16.04.12.6643
SEM/VAKUL : V/TEOLOGI
M.Kuliah : HOMILETIKA
DOSEN M.K : Dr. ARIP S. SITOMPUL M.Th
OUTLINE
KHOTBAH
JUDUL : UJIAN IMAN BAGI ORANG PERCAYA
NATS : Mazmur 73:1-5, 22-26
Pendahuluan : Banyak orang
beranggapan bahwa ia sudah termasuk sebagai orang-orang yang baik dan layak
mendapatkan kebaikan. Tetapi bebrapa orang sempat iri dan tidak terima dengan
apa yang didapatkan oleh orang lain yang berbuat jahat.
Kalimat
Tanya : Apakah
kita termasuk dengan orang-orang yang seperti itu?
Kalimat
Peralihan :Dalam
hal ini ada beberapa hal penting yang mau disampaikan dalam Mazmur 7:1-5,22-26
oleh Asaf tentang pengalaman hidupnya sebagai orang yang percaya,yang melihat
ketidakadilan yang terjadi disekitarnya:
Garis
Besar :
I.
Mengakui
kebaikan Allah (ay. 1) : Sebagai
orang yang beriman kepada Allah, kita pasti mengakui kebaikan Allah
II.
Tidak
keliru memahami Allah (2-5)
Pasti
kita pernah merasa tidak terima dengan perbuatan jahat yang dilakukan seseorang
tetapi hidupnya dipenuhi hal-hal yang baik
III.
Menyadari
bahwa Allahlah yang Mahakuasa dan menaruh hidup sepenuhnya kepada Allah (ay.
22-26) : Sekalipun
kita merasa iri pada orang yang berbuat jahat,tetapi pada akhirnya kita akan
sadar bahwa Allah sungguh baik dan adil pada orang yang percaya pada-Nya.
Penutup : Sebagai
orang percaya, kita akan banyak mengalami hal-hal yang sesungguhnya bisa
menggoyahkan iman kita pada Allah. Maka dari itu, kita seharusnya tetap percaya
bahwa Allah menyediakan dan melakukan hal yang terbaik dalam kehidupan kita.
...
Naskah:
UJIAN IMAN BAGI
ORANG PERCAYA
Syaloom
bagi kita semua,,,
Bapak/ibu
saudara/i yang terkasih dalam Nama Tuhan Yesus. Banyak orang beranggapan bahwa
ia sudah termasuk sebagai orang-orang yang baik dan layak mendapatkan kebaikan.
Tetapi beberapa orang sempat iri dan tidak terima dengan apa yang didapatkan
oleh orang lain yang berbuat jahat. Sebagai orang
percaya, kita akan mengalami berbagai-bagai pengalaman yang membuat iman kita
sempat goyah dan merasa tidak adil. Dalam hal ini apakah kita juga termasuk
didalamnya. Apakah dalam kedaan yang demikian kita bisa tetap memegang teguh
iman percaya kita dan menyadari benar bahwa Allahlah yang berkuasa, yang
mengatur segalanya dan Dia adil dalam segala perkara dunia?
Bagian
pokok yang ketiga dari Kitab Mazmur, yang jauh lebih pendek daripada dua jilid
sebelumnya, hanya mencakup tujuh belas mazmur. Sebelas yang pertama dikaitkan
dengan nama Asaf, yang adalah salah satu dari para kepala pemain musik di bawah
pimpinan Daud. Dua kepala pemain musik lain adalah Heman dan Etan,
masing-masing dikaitkan dengan sebuah mazmur dalam jilid ini. Satu mazmur
menyebut Daud, sementara empat mazmur. sisanya dikaitkan dengan bani Korah.
Lagi-lagi, tidak ada perlunya menyatakan bahwa pengarang mazmur-mazmur tersebut
ialah orang yang namanya disebut dalam judul-judul ini. Sebagaimana bani Korah
merupakan imamat Lewi, demikian pula bani Asaf meneruskan jabatan memimpin
musik.
Sama seperti apa yang telah kita alami,
Asaf dalam Mazmur 73 ayat 1-5 dan 22-26 mengatakan bahwa ia juga merasakan hal
yang sama. Ia mengakui kebaikan Allah, ttetapi ia juga sempat goyah ketika
melihat orang-orang jahat, yang tidak melakukan apa yang Allah kehendaki hidup
tenang, bahagia dan tak kekurangan apapun. Sementara orang-orang masih ada yang
menderita padahal termasuk sebagai orang baik yang melakukan kehendak Allah.
Tetapi pada akhirnya ia tetap setia kepada Allah dan percaya serta menaruh
seluruh hidupnya kepada Allah. Nah, dalam Mazmur 73 ayat 1-5 dan 22-26 ini,
kita akan mendapatkan pemahaman dan sebagai contoh dari orang percaya yang
berhasil dari ujian iman yang dihadapinya.
1.
Mengakui
kebaikan Allah (ay. 1)
Dalam kehidupan sehari-hari, kita pasti
sering mengakui kebaikan Allah dalam diri kita. Tidak dipungkiri bahwa Allah
selalu memberikan hal-hal baik yang diluar dari apa yang pernah kita pikirkan
sekalipun disamping itu kita juga pernah mengalami hal-hal yang tidak baik atau
bahkan kepahitan dalam diri kita. Dalam ayat ini, pemazmur ingin mengemukakan
kesimpulan terlebih dahulu yakni tentang kebaikan Allah yang sebenarnya.
Pemazmur juga mengemukakan bahwa Allah memang baik , dan Dia baik kepada
orang-orang yang tulus dan bersih hatinya. Ini mau mengajak kita merenung
sejenak, apakah kita sudah layak menerima kebaikan dari Allah? Apakah kita
sudah termasuk sebagai orang-orang yag bersih dan tulus hatinya. Sebagai orang
percaya, hal inilah yang harusnya ada dalam pikiran kita. Dengan mengoreksi
bagaimana sebenarnya diri kita, maka kita akan mengetahui apa saja yang
semestinya kita terima.
2.
Jangan
keliru memahami Allah (2-5)
Bagaimana
perasaan Anda bila melihat orang yang tidak mengenal Tuhan, bahkan menghujat nama-Nya,
memiliki hidup makmur dan berjaya, sementara anak-anak Tuhan hidup terhina
seolah kena kutuk? Pada perikop ini, pemazmur mengungkapkan kegalauan hatinya
karena apa yang ia yakini tentang Allahnya berbeda jauh dengan apa yang ia
alami. Dia tahu Tuhan baik kepada anak-anak-Nya yang hidup tulus, tetapi apa
balasannya? Ternyata kebersihan hati dan perilaku salehnya tidak mendapatkan
balasan kebaikan, malah sepertinya ia sedang dihukum Tuhan (Mazm 73:13-14).
Sementara mereka yang tidak mengenal Tuhan terlihat diberkati dengan begitu
limpah (Mazm 73:4-5,12). Padahal merekalah yang hidup penuh dosa melakukan
berbagai perbuatan yang melawan Allah dan hukum-Nya. Sikap mereka sombong
seakan Allah tidak akan tahu segala kejahatan mereka.
Pemazmur
mengakui bahwa ia hampir saja menyangkali Tuhan karena kecemburuannya terhadap
keberuntungan orang berdosa (Mazm 73:2-3). Apa sebenarnya kekeliruan pemazmur
sehingga hampir jatuh? Pemazmur mengukur Tuhan dengan memakai ukuran dunia.
Bahwa kalau ia melakukan berbagai hal yang baik maka Tuhan wajib memberkatinya.
Ini sama sekali keliru. Berbuat baik adalah kewajiban manusia ciptaan Tuhan.
Jadi kalau berbuat baik lalu mengharapkan upah, kita akan terjebak dengan
cara-cara dunia. Bukankah orang fasik juga berupaya keras untuk mendapatkan
berkat dengan cara mereka sendiri. Mereka mencuri, merampas, menfitnah demi
keuntungan sendiri, dan mereka mendapatkan apa yang mereka cari, yaitu berkat!
Syukur pemazmur segera disadarkan dari cara berpikir yang keliru dan fatal ini.
.
Pasti seseorag pernah memikirkan atau bahkan mengandai-andai apa saja yang ada
dalam pikiran orang lain. Tetapi kita ketahui bersama bahwa tidak ada yang tahu
apa yang Allah pikirkan sehingga menyebabkan kita merasa bahwa Allah itu tidak
peduli dengan kita yang menjadikan kurang percayanya kita akan Dia sebagai
Allah yang mahakuasa. Kalau Anda sedang mengalami apa yang pemazmur alami dan
rasakan, jangan buru-buru mengambil kesimpulan bahwa Tuhan tidak baik atau
tidak berdaulat.
3.
Menyadari
bahwa Allahlah yang Mahakuasa dan menaruh hidup sepenuhnya kepada Allah (ay.
22-26)
Keraguan dan kebimbangan bisa meracuni
iman orang percaya. Akan tetapi, mengakui ketidakmampuan untuk mengerti
sehingga berserah kepada Tuhan membuka peluang untuk diajar Tuhan. Itulah yang
pemazmur ungkapkan dalam perikop ini.
Saat
pemazmur tidak mengerti, ia tidak tergesa-gesa menyimpulkan dan mempersalahkan
Tuhan (Mazm 73:15-16). Sebaliknya, ia menghampiri Allah dengan masuk ke
bait-Nya yang kudus untuk berdoa. Maka Tuhan menyatakan jawaban-Nya. Ketika
Tuhan memperlihatkan realitas sejati, pemazmur kembali kepada imannya yang
semula. Dia belajar bahwa Tuhan adil dan kefasikan akan mendapatkan balasannya.
Orang fasik hanya menimbun murka Allah karena perbuatannya yang jahat (Mazm
73:18-20). Di mata Allah perbuatan orang fasik sia-sia, seperti “sekam yang
ditiupkan angin” (Mazm 1:4).
Oleh
karena itu pemazmur belajar berserah kepada Tuhan dan bertekun dalam kesetiaan
kepada-Nya. Saat hidup di dunia ini tidak tertahankan, lalu muncul godaan untuk
iri atau membalas perbuatan orang fasik, ia mendekatkan diri kepada Tuhan.
Dengan mendekat pada Tuhan dan mendengarkan nasihat-Nya, pemazmur belajar fokus
pada hal-hal mulia. Dia belajar bahwa segala kejahatan pasti akan mendapat
balasan (ayat #/TB Mazm 73:27*), dan anak Tuhan sejati akan menikmati hadirat
Tuhan sehingga kelak bisa mengisahkan perbuatan baik-Nya kepada orang lain
(Mazm 73:28).
Penutup : Memang
saat kita menyaksikan berbagai ketidakadilan merajalela bagai tak terkendali,
hati kita bisa menjadi muak, tawar hati, atau bahkan marah. Jangan biarkan
situasi sekeliling Anda mendikte perasaan Anda. Jangan pernah berpikir bahwa
seseorang Allah itu tidak adil, dan tidak peduli dengan orang-orang setia yng
percaya dan mengikut-Nya. Sebaliknya biarkan damai sejahtera Allah mengalir
dalam hidup Anda. Ingat tiada kejahatan yang abadi, suatu saat pelakunya harus
menghadap takhta pengadilan Allah untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya.
Anak-anak Tuhan yang bertahan setia sampai akhir akan menerima mahkota
kemuliaan di surga kekal. Amin!
Comments
Post a Comment