Karya Penyelamatan Oleh Yeusu Kristus ( Ringkasan #PB)



Karya Penyelamatan Oleh Yeusu Kristus[1]
Aspek dari pribadi Kristus dinyatakan dalam PB Jelas bahwa orang Kristen mula-mula tidak tertarik pada siapa Yesus itu , dan  juga pada pekerjaan-Nya.
Perlu untuk disadari  bahwa istilah istilah yang dipakai dalam PB untuk menggungkapkan Misi Kristus banyak dipengaruhi oleh latar belakang budaya Yesus dan dan rasul-rasul-Nya.
Aspek-aspek dalam pekerjaan Kristus yang diperlihatkan PB sama banyaknya dengan aspek-aspek pribadin-Nya. Gereja yang kemudian terlalu sering menafdsirkan bahan-bahan yang beraneka ragam tentang pendamaian itu dengan teramat ketat, hanya untuk membentuk suatu karangan saja, padahal PB tidak berbuat demikian.
19.1 Latar belakang Perjanjian Lama
            Dalam upaya memahami dengan tepat Teologi PB, tidak ada tema lain yang menyangkut latar belakang Yahudi yang lebih penting daripada tema tentang kurban. Kurban bersifat mutlak perlu dalam upaya manusia menghampiri Allah.
            Sistem imanat Lewi membawa lima jenis persembahan yang berbeda-beda: kurban bakaran, kurban sajian, kurban keselamatan, kurban penghapus Dosa dan kurban penebusan kesalahan. Masing-masing mempunyai tujuan khusus yang dimaksudkan untuk memudahkan Manusia berhubungan dengan Allah
            Kurban itu berdasarkan belas kasihan ilahi, yang dimaksudkan untuk memampukan manusia untuk mendekati Allah, bukan untuk mencegah pendekatan Antara Allah dengan ciptaan-Nya.
Perlu diberi sekedar perhatian pada teori-teori tertentu tidak tepat mengenai kurban dalam PL, Yang telah digunakan dalam upaya memahami pekerjaan Kristus.
Gagasan Pertama, ada yang mengatakan bahwa kurban-kurban bukanlah dimaksudkan sebagai upaya menentramkan murka suatu ilah, dan karena itu kita tidak dapat memakai gagasan “pendamaian” untuk menerangkan pekerjaan Kristus.
Gagasan yang kedua yang tidak tepat ialah bahwa darah kurban melambangkan hidup dan bukan kematian dari kurban itu.
Dan ketiga ialah makna meletakkan tangan dalam upcara pengurbanan seekor kambing jantan sebagai kurban penghapus dosa (Im. 16:8 dst) .
Pokok pertimbangan penting lainya ialah Gagasan “menutupi dosa-dosa”, yang  terletak  di belakang pemercikan darah diatas tutup pendamaian  oleh Iman besar dalam upacara yang dilukiskan dalam imanat 16:14 dst
dapat dicatat sejumlah kelemahan dari sistem kurban, yang nyata bergema dalam surat ibrani, yaitu:
  1. Kurban bisa menjadi melulu suatu upacara, tanpa berhubungan dengan penyerahan moral dari sipemuja.
  2. Kurban hanya efektif buat dosa-dosa yang tak disengaja dan bukan buat dosa yang disengaja
  3. Kurban yang dikurbankan itu bersifat pasif dan bukan merupakan pemeran-serta dalam upcara
  4. Upacara-upacara itu harus terus menerus diulangi
 kita tidak boleh terlalu menekankan bahwa sistem kurban Yahudi dengan segala keterbatasanya harus dinilai unggul  atas pemikiran bukan Yahudi yang tidak memiliki kandungan moral atau Rohani apa pun.
19.2 kitab-kitab Injil Sinoptik
            Misi Yesus dikukuhkan pada waktu pembatisan-Nya. Dalam semua laporan tentang Misi Yesus , salib tampil sebagai pokok yang paling penting, dan maknanya mempengaruhi seluruh tulisan lain dalam PB.
  1. Petunjuk-petunjuk tentang kematian yang menjelang.
            petunjuk umum
Dalam injil-injil sinoptik hal penderitaan disingkapkan secara berangsur-angsur. Ada petunjuk dalam Markus 3:6 tentang niat para pemimpin agama untuk membunuh Yesus.
 Dilihat dari sudut pandang biografi, Injil Markus dapat dikatakan kelewat berat sebelah, seolah-olah bagian lain dari Injilnya Cuma merupakan persiapan bagi kisah penderitaan. Injil sinoptik lainya juga menyajikan penderitaan sebagai puncak dari penuturannya, walau kalau dibuat perbandingan tempat yang mereka khususkan untuk hidup penderitaan itu bersifat lebih kecil.  Tugas pokok kita adalah menemukan apa yang Yesus sendiri pikirkan mengenai kematian-Nya.
Ucapan lain yang secara tidak langsung menunjuk kepada penderitaan yang menjelang itu terdapat dalam Mat. 12:40 yang menyatakan bahwa anak manusia akan tinggal didalam rahim di bumi tiga hari tiga malam, sama seperti Yunus tinggal diperut ikan tiga hari tiga malam
Nubuatan-nubuatan khas tentang penderitaan
Nubuatan pertama disampaikan sesudah pengakuan Petrus di Kaisaria Filipi. Dalam Mat. 16:21 dikatakan secara khas bahwa “sejak waktu itu Yesus mulai menyatakan kepada murid-murid-Nya bahwa Ia Harus (dei) pergi ke Yerusalem dan menanggung banyak penderitaan, lalu dibunuh dan dibangkitkan pada hari yang ketiga”.
Nubuatan itu diulangi segera sesudah pemulihan Yesus di atas Gunung (Mat. 17:22,23 = Mark. 9:30-32 =Luk. 9:43-45). Banyak ahli menganggap bahwa Nubuatan ini tidak benar-benar di ucapkan Yesus, melainkan kemudian hari diciptkan oleh para penulis kitab Injil.
Yesus menginsafi bahwa penderitaan harus selalu mengiringi pelaksanaan Misi Ilahi, dan Bahkan Yesus menubuatkan kesengsaraan dan kematian pada waktu-waktu mendatang  (Mat 24:9), yang mirip dengan nubuatan yang terdapat di tengah Pesan-Nya kepada keduabelas murid dalam Matius 10:16-18.
b. Fakta untuk menafsirkan penderitaan Yesus
            penafsiran yang paling penting mengenai penderitaan Yesus yang diberikan sebelum perjamuan peristiwa malanm terakhir, ialah pernyataan dalam Markus 10:45 dan Matius 20:26 mengenai Tebusan. Setelah berkata bahwa anak manusia bukan datang untuk dilayani melainkan untuk melayani, Yesus menambahkan “dan untuk memberikan Nyawa-Nya menjadi tebusan (Lutron) bagi banyak orang”. Jadi pengertian dasar dari ucapan itu adalah mengenai pembebasan, yang terkait erat dengan gagasan tentang penebusan yang muncul di sana-sini dalam PB dan merupakan pemikiran lazim di lingkungan Ibrani dan Yunani.
Ada 2 hal yang amat penting pada saat kita mempertimbangkan ucapan ini:
Pertama: penekanan atas hal melayani, yang dihubungkan dengan hamba (pelanyan) yang menderita dalam Kitab Yesaya.
Kedua : kata depan Yunani  Anti  yang dipakai mempunyai perbedaan arti dengan Huper, yakni “atas nama” dan arti anti yaitu ‘sebagai ganti’, dan pengertian ini terkandung dalam gagasan tebusan.
Kita telah melihat dalam penuturan tentang perjamuan Malan dan juga nats tentang tebusan, beberapa petunjuk kepada Yesaya 53. dan juga ada beberapa ucapan yang merujuk pada Yesaya 53, yakni:
(1). Ucapapan tentang Elia (Mrk 9:12), yang mengaitkan penderitaan anak manusia dengan penderitaan Elia.
(2). Dalam Markus 9:31; 14:41 dan Luk 24:7 dikatkan bahwa “anak manusia diserahkan (Paradidonai) kedalam tangan Manusia”.
(3). Dalam Luk. 22:35-38 petunjuk pada Yesaya adalah Jelas. Sesudah menasehati murid-muridnya agar membelii pedang, Yesus berkata “sebab Aku berkata kepada kamu, bahwa nats kitab suci ini harus digenapi harus digenapi padaku: Ia akan terhitung diantara pemberontak-pemberontak.
 di Taman Getsemane terlihat jelas keinsafan Yesus bahwa Ia telah mencapai titik kritis dalam penderitaan-Nya. Dukacita yang hebat bahkan peluh darah (injil Lukas) secara khusus memberi dukungan kepada doa Yesus, “Ya BapaKu, jikalau sekiranya mungking, biarlah cawan ini lalu daripadaku; tetapi janganlah seperti yang kekehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki” (Mat. 26:39). Dalam Markus 14:36 ditambahkan “tidak ada yang, mustahil bagiMu”, dan dalam Luk. 22:42 dikatakan “jikalau Engkau Mau”.
            Pb tidak pernah memperlihatkan bahwa kematian Yesus dianggap sebagai suatu tanda kegagalan. Memang perasaan terpisahkan adalah suatu fakta, tetapi itu tidak mengurangi, bahkan sebaliknya terpadu dengan, misi keselamatan Mesianis dari Yesus.
c. Ringkasan
 1. Yesus menghampiri kematian sebagai suatu tindakan Sukarela. Walaupun Ia memahaminya sebagai suatu keperluan yang sesuai dengan kehendak Allah, namun Ia sepenuhnya sadar akan herga yang harus dibayar-Nya tatkala Ia memikulnya.
2. Kematiann Yesus dihubungkan Lansung dengan Penghapusan dosa-dosa. Penderitaan-Nya tak dapat dipahami secara memadai tanpa sepenuhnya mengindahkan hal ini dan tanpa berusaha untuk menjelaskan hal ini.
3. Ada bukti bahwa Yesus mengerti kematian-Nya sebagai bersifat Mewakili, dalam arti bahwa Ia berbuat sesuatu sebagai ganti orang lain.
4. Selanjutnya kematian Yesus dipandang sebagai suatu Kurban yang dihubungkan secara istimewa dengan perjanjian yang baru
5. Yesus menganggap Diri-Nya sebagai Pengganti dalam arti bahwa Ia mengingatkan kepada dan menggenapi apa yang dikatakan dalam Yesaya tentang Hamba yangg Menderita.
6. Karena penekanan atas kematian initerdapat dalam konteks pengajaran tentang Kerajaan, maka penderitaan Yesus mempunyai Eskatologis. Kematianya-Nya dipandang sebagai suatu pendahuluan yang perlu bagi perwujutan penuh dari kerajaan Allah. Kerajaan harus dianggap sebagai suatu persekutuan orang-orang yang yang ditebus melalui darah Kristus
      d. Catatan : Penggambaran penderitaan Yesus oleh Lukas
      Dalam penuturan Lukas tentang pemuliaan diatas Gunung, seperti kita telah kita catat, pokok percakapan Yesus, Musa dan Elia ialah kepergian (Exodos) Yesus (Luk 9:31).
  1. Lukas meniadakan cerita tentang pengurapan Yesus di Betania, artinya Ia meniadakan suatu petunjuk yang khas kepada penggubaran Yesus.
  2. Dalam peraturan Lukas, yudas meninggalkan ruangan atas sebelum penetapan Perjamuan Malam, karena sudah dimasuki Iblis (Luk 22:3).
  3. Lukas tidak menyebutkan bahwa semua murid meninggalkan Yesus, sebagaimana disebut kitab-kitab Injil Lain (Mat 26:56; Mark 14:50)
  4. Penyangkalan Petrus dalam Lukas agak dikurangi bobotnya dengan dicantumkanya doa Yesus agar imanya jangan luntur (Luk. 22:32)
5. Hanya Lukas yang merekam Doa Yesus bagi para penganiaya-Nya (Luk 23:34), serta himbauan-Nya kepada wanita-wanita Yerusalem agar tidak menangisi Dia, melainkan diri mereka dan anak-anak Mereka (Luk. 23:28).
6. Cerita penyaliban berakhir tatkala Yesus menyerahkan nyawa-Nya kedalam Tangan Bapa-Nya (Luk 23:46). Teriakan bahwa Ia ditinggalkan Allah ditiadakan.
7. Hanya Lukaslah dari antara Kitab-kitab Injil sinoptik yang menceritakan bagaimana Yesus, walaupun sedang diatas Kayu Salib, tetap melayani kebutuhan Orang Lain (Luk. 23:39-43).
            riwatyat tentang pengalaman Yesus di Getsemane dalam Lukas bersifat lebih menyedihkan dari Rekaman dalam Kitab-kitab Injil sinotik lainnya.
             
19.3 Injil Yohanes
  1. Kematian Yesus sesuai dengan Rencana
            pertama-tama kita mencatat ucapan-ucapan yang didalamnya Yesus memperlihatkan kesadaran-Nya bahwa hidup dan kematian-Nya berjalan sesuai dengan pola yang sudah dirancang sebelumnya. Dalam penuturan pertama tentang mukjizat, yaitu yang terjadi di Kana, Yesus memberitahu ibu-Nya “saatKu belum tiba” (Yoh. 2:4). Ia berkata demikian pula kepada saudara-saudara-Nya dalam Yohanes 7:6,8 (dengan menyebut “waktu”, bukan “saat”).
Keterangan bahwa “Saat” itu adalah saat kematian Yesus, didukung oleh ucapan-ucapan lainyang memperlihatkan keinsafan-Nya akan penderitaan yang sedang menjelang, ini akan menjadi jelas tatkala kita membahas ucapan-ucapan satu persatu
b. Penderitaan sebagai suatu kurban
Yohanes 1:29,35
Sebelum Yesus memulai perjalanan-Nya, Yohanes pembabtis telah dua kali mempermaklumkan bahwa Yesus adalah Anak Domba Allah. Dalam Yohanes 1:29 ada pernyataan yang penuh makna :”Lihatlah anak Domba Allah, yang menghapus dosa dunia”.
Tidaklah mustahil bahwa Yohanes pembabtis telaah memperoleh pemahaman tentang identifikasi Yesus dengan hamba ini tatkala ia memberitakan Yesus sebagai anak Domba Allah, tatkala ini sebagai hal yang menandai Tujuan Pelayanan Yesus, yakni: Mempersembahkan kurban yang menghapus dosa, dan tak dapat disangkal bahwa Yesus dilihat sebagai wakil dari Kurban
      Yohanes 6:51-53
 ucapan Yesus mengenai roti surgawi juga memperlihatkan ciri kurban dari misi-Nya. “Roti yang kuberikan itu ialah daging-Ku, yang akan kuberikan untuk hidup dunia……sesungguhnya, jikalau kamu tidak makan daging anak manusia dan minum darah-Nya, kamu tidak mempunyai hidup didalam dirimu”. Kiasan itu menunjukkan kurban, kerena daging dan darah dilihat sebagai sesuatu yang mutlak perlu bagi kehidupan dunia.
Ide dibelakang kata kata dalam Yohanes 6:51-53 itu akan mempersiapkan pemikiran para murid  untuk mengerti kiasan makan dan minum itu secara Rohani, dan itu akan mencegah mereka untuk menafsirkan kata-kata penetapan “Inilah Tubuhku” secara terlalu Harafiah.
c. Yesus mati secara sukarela
            dalam injil Yohanes terdapat beberapa nats yang memperlihatkan bahwa Yesus bukan sekadar bergerak menuju kematian yang tak terhindarkan tetapi melaksanakanya dengan sikap penuh sukarela, Yesus jelas memegang kendali atas nasib-Nya sendiri, sejalan dengan kehendak Bapa-Nya. Sifat sukarela ini juga dikumandangkan dalam Yohanes 15:3, “tidak ada kasih yang lebih besar daripada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya”. Ini menggambarkan dengan terang apa yang hendakn Yesus lakukan bagi murid-murid-Nya, yang ia sebut sebagai sahabat-sahabat-Nya (Yoh 15:14)
                        Tema kasih sebagai motif untuk pemberian-diri dari Anak muncul dalam Yoh 13:1 dst.
d. Kematian disebut sebagai “ditinggikan”
            penggunaan wawasan peninggian ini penting karena menunjuk kepada dua hal, yaitu cara kematian (penyaliban) dan penafsiran atasnya (sebagai suatu kejayaan). Didukung oleh empat nats, yakni:
Ø  Yoh. 3:14-15 Yesus berkata: “sama seperti Musa meninggikan ular dipadang gurun, demikian juga anak manusia harus ditinggikan, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal”.
Ø  Yoh. 8:28 kata Yesus kepada para pendengar-Nya dari kalangan Farisi: “Apabila kamu telah meininggikan Anak manusia, abrulah kamu tahu, bahwa Akulah Dia”.
Ø  Yoh. 12:13. dikemukakan akibat-akibat langsung dari panggilan itu, yang berlangsung bertepatan dengan penghakiman atas dunia ini, tatkala penguasa dunia ini dilemparkan keluar. Aspek kejayaan dari Salib ditekankan, serta hubunganya dengan pelenyapan kuasa-kuasa jahat.
Ø  Yoh. 18:32 duhubungkan komentar berhubungan dengan dialog antara Pilatus dengan orang-orang Yahudi mengenai cara menjalankan hukuman Mati atas Yesus.
Sesuai dengan Penafsiran tentang peninggian ini yang menekankan bahwa kematian merupakan kejayaan, adalah teriakan Yesus dari Kayu Salib yang direkam dalam Yohanes 19:30:”sudah selesai”. Jelas ini bukan suatu teriakn keputus asaan, melainkan kelegaan atas terselenggaranya Tugas. Teriakan itu menggambarkan ketuntasan Misi yang merupakan tujuan kedatangan Yesus kedalam dunia. Misi itu mencakup peninggian di Kayu Salib.
e. Manfaat Kematian Yesus
Kayafas sebagai Imam Besar bernubuat tentang kematian Yesus “bahwa Yesus akan mati untuk bangsa itu (Yoh. 11:51). Bahkan Yohanes melangkah lebih lanjut dengan menjelaskan bahwa kematian itu adalah “untuk mengumpulkan dan mempersatukan anak-anak Allah yang tercerai-berai”. Dengan kata lain “bangsa itu” yang boleh jadi telahdiungkapkan dalam arti nasionalis, selanjutnya diungkapkan dalam arti rohani.
Ada dua aspek yang diperlihatkan, yaitu:
ü  “kecocokan” Penderitaan Yesus adalah mengagumkan bahwa sesudah penyaliban orang-orang Kristen begitu segera melihat kebenaran asasi dari pernyataan Kayafas itu, walaupun mereka melihatnya sesudah kebangkitan Yesus.
ü  Dalam Yohanes 16:7 gagasan kebergunaan itu muncul dalam pengertian yang agak berbeda. Yesus memperlihatkan manfaat kepergian-Nya, kerena setelah itu Roh Penghibur akan datang.
f. Ramalan lain tentang kematian Yesus
            dalam penuturan Yohanes tentang penyucian Bait Allah terdapat sebuah pernyataan Yesus, “rombak Bait Allah itu dalam tiga hari Aku akan mendirikanya kembali” (Yoh. 2:19). Pernyataan ini disalah-mengerti oleh orang-orang Yahudi, Tetapi Yohanes menafsirkan bait Allah sebagai tubuh-Nya. Dalam Yohanes 13:21 Yesus menubuatkan pengkhianatan, seperti yang juga direkam dalam Injil-injil sinoptik.
g. Misi Yesus sebagai penyataan.
            injil Yohanes secara khas menekankan aspek penyatan dari pekerjaan  Yesus. Firman yang menjelma itu dikatakan “penuh kasih karunia dan kebenaran” (Yoh. 1:14). Kebenaran datang melalui Yesus Kristus (Yoh 1:17). Yesus menyatakan diri sebagai kenemaran (Yoh 14:6). Ia menjanjikan bahwa penghibur lain adalah Roh kebenaran (Yoh 15:10-17). Kebenaran adalah inti dari penyataan-Nya.
            Dalam Yohanes 20:31 dikatakan bahwa tujuan Injil itu ialah “supaya kamu percaya”, bukan sekedar bahwa “kamu tahu” tentang Dia (Bnd. 1 Yoh 5:13).
h. Misi Yesus melibatkan proses pengudusan
            Ijin Yohanes Yesus memandang Misi-Nya sebagai sesuatu yang melibatkan orang lain, dinyatakan secara ringkas (Yoh. 17:19) dimana Yesus Berdoa “Aku menguduskan (Hagiazo) diriku bagi mereka, supaya mereka pun dikuduskan dalam kebenaran.
  1. Ringkasan
            kita dapat mendaftarkan hal-hal yang berikut yang telah diperlihatkan oleh bukti yang dicatat diatas.
  1. Ada tekanan yang kuat atas sifat pengurbanan dari kematian Yesus. Sebagai anak Domba Allah, roti dari surga dan biji gandum, Yesus harus mengalami kematian-Nya sebagai Kurban.
  2. Perlunya kematian Yesus juga ditekankan , teristimewa dalam disebutnya “saat” yang penting itu
  3. ada unsur penggantian yang pasti dalam nats-nats tentang Anak Domba dan Gembala yang baik, dan dalam ucapan tentang “kasih yang lebih besar”
  4. Di balik nats-nats tentang Anak Domba dan Gembala yang baik terdapat juga wawasan Hamba yang menderita.
  5. Nada Pemuliaan dan kejayaan jelas terdapat dalam nats-nats tentang peninggian dan dalam nats tentang kepastian kebangkitan.
6. Yang terlihat sebagai motif bagi kematian Kristus ialah Kasih Allah
7. Penderitaan diungkapkan sebagai mencakup seluruh dunia. Raoti adalah bagi kehidupan dunia, Gembala mencari Domba-domba yang bukan hanya dari kawanan orang Yahudi, dan matinya seorang Manusia bagi banga itu diperluas artinya sehingga menjadi bagi anak-anak Allah yang tercerai berai di negeri lain itu.
8. Kematian Kristus dalam nats tentang Anak Domba secara istimewa dihubungkan dengan Dosa.
9. Kematian itu juga dihubungkan dengan dilemparkanya iblis ke luar (Yoh. 12:31)
10. Penerapan Misi Yesus kepada manusia datang melalui Iman, walaupun tidak ada pernyataan jelas yang mengaitkan iman kepada kematian-Nya.
Petunjuk-petunjuk singkat dalam surat-surat pengajaran Yohanes mengenai tema ini dapat ditemukan dalam (ps. 20:3) dan pembenaran (ps. 21:4)
20.KARYA PENYELAMATAN  KRISTUS
II Pemahaman  yang  berkembang
Penting diperhatikan bahwa Lukas, satu-satuya penulis kitab Injil yang melanjutkan cerita sampai ke periode pemberitaan Injil oleh orang-orang Kristen, telah mencantumkan uraian-uraian Yesus kepada murid-murid tentang perlunya Mesias menderita (Luk. 24:26-27, 44-46), walaupun ia tidak memberi penjelasan tentang perdamaian. Adalah lebih masukk akal untuk menggangap penuturan-penuturan tentang kebangkitan sebagai bahan penyambung peristiwa-peristiwa penderitaan dengan pemberitaan Para Rasul mengenai arti kematian Kristus.

20.1 Kisah Para Rasul
Sebagai pertimbangan pendahuluan perlu diingat bahwa kematian Yesus Kristus dilihat sebagai bagian dari Maksud Ilahi. Ini dikemukakan secara secara jelas dalam khotbah petrus yang pertama (Kis 2:23), dimana pada permulaan khotbahnya Ia menyatakan Bahwa Yesus “diserahkan Allah menurut maksud dan rencana-Nya” walaupun dengan segera ia menambahkan”telah kamu salibkan dan kamu bunuh oeh tangan bangsa-bangsa durhaka”  
Kisah Para Rasul juga menggambarkan Yesus dan Pekerjaan sebagai Hamba. Gelar itu muncul muncul empat kali (3:13, 3:26; 4:27; 4:30) kebanyakan Ahli (memang ada kekecualian) sepakat bahwa ayat ayat ini mendukung pengindentikan Yesus dengan Hamba yang menderita dalam Kisah Yesaya. Ciri lain yang layak diingat Ialah wawasan tentang Yesus sebagai , Jeruselamat dengan semua yang bersangkut paut dengan ide itu.



       [1] Donald Guthrie, Teologi Perjanjian Baru Jilid 2(Hal : 47-83)

Comments