Aspek dari pribadi Kristus dinyatakan dalam PB Jelas
bahwa orang Kristen mula-mula tidak tertarik pada siapa Yesus itu , dan juga pada pekerjaan-Nya.
Perlu untuk disadari
bahwa istilah istilah yang dipakai dalam PB untuk menggungkapkan Misi
Kristus banyak dipengaruhi oleh latar belakang budaya Yesus dan dan
rasul-rasul-Nya.
Aspek-aspek dalam pekerjaan Kristus yang diperlihatkan
PB sama banyaknya dengan aspek-aspek pribadin-Nya. Gereja yang kemudian terlalu
sering menafdsirkan bahan-bahan yang beraneka ragam tentang pendamaian itu
dengan teramat ketat, hanya untuk membentuk suatu karangan saja, padahal PB
tidak berbuat demikian.
19.1 Latar belakang Perjanjian Lama
Dalam upaya memahami dengan tepat Teologi PB, tidak ada
tema lain yang menyangkut latar belakang Yahudi yang lebih penting daripada
tema tentang kurban. Kurban bersifat mutlak perlu dalam upaya manusia
menghampiri Allah.
Sistem
imanat Lewi membawa lima jenis persembahan yang berbeda-beda: kurban bakaran,
kurban sajian, kurban keselamatan, kurban penghapus Dosa dan kurban penebusan
kesalahan. Masing-masing mempunyai tujuan khusus yang dimaksudkan untuk
memudahkan Manusia berhubungan dengan Allah
Kurban
itu berdasarkan belas kasihan ilahi, yang dimaksudkan untuk memampukan manusia
untuk mendekati Allah, bukan untuk mencegah pendekatan Antara Allah dengan
ciptaan-Nya.
Perlu diberi sekedar perhatian pada teori-teori
tertentu tidak tepat mengenai kurban dalam PL, Yang telah digunakan dalam upaya
memahami pekerjaan Kristus.
Gagasan Pertama, ada yang mengatakan bahwa
kurban-kurban bukanlah dimaksudkan sebagai upaya menentramkan murka suatu ilah,
dan karena itu kita tidak dapat memakai gagasan “pendamaian” untuk menerangkan
pekerjaan Kristus.
Gagasan yang kedua yang tidak tepat ialah bahwa darah
kurban melambangkan hidup dan bukan kematian dari kurban itu.
Dan ketiga ialah makna meletakkan tangan dalam upcara
pengurbanan seekor kambing jantan sebagai kurban penghapus dosa (Im. 16:8 dst)
.
Pokok pertimbangan penting lainya ialah Gagasan
“menutupi dosa-dosa”, yang terletak di belakang pemercikan darah diatas tutup
pendamaian oleh Iman besar dalam upacara
yang dilukiskan dalam imanat 16:14 dst
dapat dicatat sejumlah kelemahan dari sistem kurban,
yang nyata bergema dalam surat ibrani, yaitu:
- Kurban bisa menjadi melulu suatu upacara, tanpa berhubungan dengan penyerahan moral dari sipemuja.
- Kurban hanya efektif buat dosa-dosa yang tak disengaja dan bukan buat dosa yang disengaja
- Kurban yang dikurbankan itu bersifat pasif dan bukan merupakan pemeran-serta dalam upcara
- Upacara-upacara itu harus terus menerus diulangi
kita tidak
boleh terlalu menekankan bahwa sistem kurban Yahudi dengan segala
keterbatasanya harus dinilai unggul atas
pemikiran bukan Yahudi yang tidak memiliki kandungan moral atau Rohani apa pun.
19.2 kitab-kitab Injil Sinoptik
Misi
Yesus dikukuhkan pada waktu pembatisan-Nya. Dalam semua laporan tentang Misi
Yesus , salib tampil sebagai pokok yang paling penting, dan maknanya
mempengaruhi seluruh tulisan lain dalam PB.
- Petunjuk-petunjuk tentang kematian yang menjelang.
petunjuk
umum
Dalam injil-injil sinoptik hal penderitaan
disingkapkan secara berangsur-angsur. Ada petunjuk dalam Markus 3:6 tentang
niat para pemimpin agama untuk membunuh Yesus.
Dilihat dari
sudut pandang biografi, Injil Markus dapat dikatakan kelewat berat sebelah,
seolah-olah bagian lain dari Injilnya Cuma merupakan persiapan bagi kisah
penderitaan. Injil sinoptik lainya juga menyajikan penderitaan sebagai puncak
dari penuturannya, walau kalau dibuat perbandingan tempat yang mereka khususkan
untuk hidup penderitaan itu bersifat lebih kecil. Tugas
pokok kita adalah menemukan apa yang Yesus sendiri pikirkan mengenai
kematian-Nya.
Ucapan lain yang secara tidak langsung menunjuk kepada
penderitaan yang menjelang itu terdapat dalam Mat. 12:40 yang menyatakan bahwa
anak manusia akan tinggal didalam rahim di bumi tiga hari tiga malam, sama
seperti Yunus tinggal diperut ikan tiga hari tiga malam
Nubuatan-nubuatan khas tentang penderitaan
Nubuatan pertama disampaikan sesudah pengakuan Petrus
di Kaisaria Filipi. Dalam Mat. 16:21 dikatakan secara khas bahwa “sejak waktu
itu Yesus mulai menyatakan kepada murid-murid-Nya bahwa Ia Harus (dei) pergi
ke Yerusalem dan menanggung banyak penderitaan, lalu dibunuh dan dibangkitkan
pada hari yang ketiga”.
Nubuatan itu diulangi segera sesudah pemulihan Yesus
di atas Gunung (Mat. 17:22,23 = Mark. 9:30-32 =Luk. 9:43-45). Banyak ahli
menganggap bahwa Nubuatan ini tidak benar-benar di ucapkan Yesus, melainkan
kemudian hari diciptkan oleh para penulis kitab Injil.
Yesus menginsafi bahwa penderitaan harus selalu
mengiringi pelaksanaan Misi Ilahi, dan Bahkan Yesus menubuatkan kesengsaraan
dan kematian pada waktu-waktu mendatang
(Mat 24:9), yang mirip dengan nubuatan yang terdapat di tengah Pesan-Nya
kepada keduabelas murid dalam Matius 10:16-18.
b. Fakta untuk menafsirkan penderitaan Yesus
penafsiran yang paling penting mengenai penderitaan
Yesus yang diberikan sebelum perjamuan peristiwa malanm terakhir, ialah
pernyataan dalam Markus 10:45 dan Matius 20:26 mengenai Tebusan. Setelah
berkata bahwa anak manusia bukan datang untuk dilayani melainkan untuk
melayani, Yesus menambahkan “dan untuk memberikan Nyawa-Nya menjadi tebusan
(Lutron) bagi banyak orang”. Jadi pengertian dasar dari ucapan itu adalah
mengenai pembebasan, yang terkait erat dengan gagasan tentang penebusan yang muncul
di sana-sini dalam PB dan merupakan pemikiran lazim di lingkungan Ibrani dan
Yunani.
Ada 2 hal yang amat penting pada saat kita
mempertimbangkan ucapan ini:
Pertama: penekanan atas hal melayani, yang dihubungkan
dengan hamba (pelanyan) yang menderita dalam Kitab Yesaya.
Kedua : kata depan Yunani Anti
yang dipakai mempunyai perbedaan arti dengan Huper, yakni
“atas nama” dan arti anti yaitu ‘sebagai ganti’, dan pengertian ini
terkandung dalam gagasan tebusan.
Kita telah melihat dalam penuturan tentang perjamuan
Malan dan juga nats tentang tebusan, beberapa petunjuk kepada Yesaya 53. dan
juga ada beberapa ucapan yang merujuk pada Yesaya 53, yakni:
(1). Ucapapan tentang Elia (Mrk 9:12), yang mengaitkan
penderitaan anak manusia dengan penderitaan Elia.
(2). Dalam Markus 9:31; 14:41 dan Luk 24:7 dikatkan
bahwa “anak manusia diserahkan (Paradidonai) kedalam tangan Manusia”.
(3). Dalam Luk. 22:35-38 petunjuk pada Yesaya adalah
Jelas. Sesudah menasehati murid-muridnya agar membelii pedang, Yesus berkata
“sebab Aku berkata kepada kamu, bahwa nats kitab suci ini harus digenapi harus
digenapi padaku: Ia akan terhitung diantara pemberontak-pemberontak.
di Taman
Getsemane terlihat jelas keinsafan Yesus bahwa Ia telah mencapai titik kritis
dalam penderitaan-Nya. Dukacita yang hebat bahkan peluh darah (injil Lukas)
secara khusus memberi dukungan kepada doa Yesus, “Ya BapaKu, jikalau sekiranya
mungking, biarlah cawan ini lalu daripadaku; tetapi janganlah seperti yang
kekehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki” (Mat. 26:39). Dalam
Markus 14:36 ditambahkan “tidak ada yang, mustahil bagiMu”, dan dalam Luk.
22:42 dikatakan “jikalau Engkau Mau”.
Pb
tidak pernah memperlihatkan bahwa kematian Yesus dianggap sebagai suatu tanda
kegagalan. Memang perasaan terpisahkan adalah suatu fakta, tetapi itu tidak
mengurangi, bahkan sebaliknya terpadu dengan, misi keselamatan Mesianis dari
Yesus.
c. Ringkasan
1. Yesus
menghampiri kematian sebagai suatu tindakan Sukarela. Walaupun Ia
memahaminya sebagai suatu keperluan yang sesuai dengan kehendak Allah, namun Ia
sepenuhnya sadar akan herga yang harus dibayar-Nya tatkala Ia memikulnya.
2. Kematiann Yesus dihubungkan Lansung dengan Penghapusan
dosa-dosa. Penderitaan-Nya tak dapat dipahami secara memadai tanpa
sepenuhnya mengindahkan hal ini dan tanpa berusaha untuk menjelaskan hal ini.
3. Ada bukti bahwa Yesus mengerti kematian-Nya sebagai
bersifat Mewakili, dalam arti bahwa Ia berbuat sesuatu sebagai ganti
orang lain.
4. Selanjutnya kematian Yesus dipandang sebagai suatu Kurban
yang dihubungkan secara istimewa dengan perjanjian yang baru
5. Yesus menganggap Diri-Nya sebagai Pengganti dalam
arti bahwa Ia mengingatkan kepada dan menggenapi apa yang dikatakan dalam
Yesaya tentang Hamba yangg Menderita.
6. Karena penekanan atas kematian initerdapat dalam
konteks pengajaran tentang Kerajaan, maka penderitaan Yesus mempunyai Eskatologis.
Kematianya-Nya dipandang sebagai suatu pendahuluan yang perlu bagi
perwujutan penuh dari kerajaan Allah. Kerajaan harus dianggap sebagai suatu
persekutuan orang-orang yang yang ditebus melalui darah Kristus
• d. Catatan : Penggambaran penderitaan Yesus oleh Lukas
• Dalam penuturan Lukas tentang pemuliaan diatas Gunung,
seperti kita telah kita catat, pokok percakapan Yesus, Musa dan Elia ialah
kepergian (Exodos) Yesus (Luk 9:31).
- Lukas meniadakan cerita tentang pengurapan Yesus di Betania, artinya Ia meniadakan suatu petunjuk yang khas kepada penggubaran Yesus.
- Dalam peraturan Lukas, yudas meninggalkan ruangan atas sebelum penetapan Perjamuan Malam, karena sudah dimasuki Iblis (Luk 22:3).
- Lukas tidak menyebutkan bahwa semua murid meninggalkan Yesus, sebagaimana disebut kitab-kitab Injil Lain (Mat 26:56; Mark 14:50)
- Penyangkalan Petrus dalam Lukas agak dikurangi bobotnya dengan dicantumkanya doa Yesus agar imanya jangan luntur (Luk. 22:32)
5. Hanya Lukas yang merekam Doa Yesus bagi para
penganiaya-Nya (Luk 23:34), serta himbauan-Nya kepada wanita-wanita Yerusalem
agar tidak menangisi Dia, melainkan diri mereka dan anak-anak Mereka (Luk.
23:28).
6. Cerita penyaliban berakhir tatkala Yesus
menyerahkan nyawa-Nya kedalam Tangan Bapa-Nya (Luk 23:46). Teriakan bahwa Ia
ditinggalkan Allah ditiadakan.
7. Hanya Lukaslah dari antara Kitab-kitab Injil
sinoptik yang menceritakan bagaimana Yesus, walaupun sedang diatas Kayu Salib,
tetap melayani kebutuhan Orang Lain (Luk. 23:39-43).
riwatyat
tentang pengalaman Yesus di Getsemane dalam Lukas bersifat lebih menyedihkan
dari Rekaman dalam Kitab-kitab Injil sinotik lainnya.
19.3 Injil Yohanes
- Kematian Yesus sesuai dengan Rencana
pertama-tama
kita mencatat ucapan-ucapan yang didalamnya Yesus memperlihatkan kesadaran-Nya
bahwa hidup dan kematian-Nya berjalan sesuai dengan pola yang sudah dirancang
sebelumnya. Dalam penuturan pertama tentang mukjizat, yaitu yang terjadi di
Kana, Yesus memberitahu ibu-Nya “saatKu belum tiba” (Yoh. 2:4). Ia berkata
demikian pula kepada saudara-saudara-Nya dalam Yohanes 7:6,8 (dengan menyebut
“waktu”, bukan “saat”).
Keterangan bahwa “Saat” itu adalah saat kematian
Yesus, didukung oleh ucapan-ucapan lainyang memperlihatkan keinsafan-Nya akan
penderitaan yang sedang menjelang, ini akan menjadi jelas tatkala kita membahas
ucapan-ucapan satu persatu
b. Penderitaan sebagai suatu kurban
Yohanes 1:29,35
Sebelum Yesus memulai perjalanan-Nya, Yohanes
pembabtis telah dua kali mempermaklumkan bahwa Yesus adalah Anak Domba Allah.
Dalam Yohanes 1:29 ada pernyataan yang penuh makna :”Lihatlah anak Domba Allah,
yang menghapus dosa dunia”.
Tidaklah mustahil bahwa Yohanes pembabtis telaah
memperoleh pemahaman tentang identifikasi Yesus dengan hamba ini tatkala ia
memberitakan Yesus sebagai anak Domba Allah, tatkala ini sebagai hal yang
menandai Tujuan Pelayanan Yesus, yakni: Mempersembahkan kurban yang menghapus
dosa, dan tak dapat disangkal bahwa Yesus dilihat sebagai wakil dari Kurban
• Yohanes 6:51-53
ucapan Yesus
mengenai roti surgawi juga memperlihatkan ciri kurban dari misi-Nya. “Roti yang
kuberikan itu ialah daging-Ku, yang akan kuberikan untuk hidup
dunia……sesungguhnya, jikalau kamu tidak makan daging anak manusia dan minum
darah-Nya, kamu tidak mempunyai hidup didalam dirimu”. Kiasan itu menunjukkan
kurban, kerena daging dan darah dilihat sebagai sesuatu yang mutlak perlu bagi
kehidupan dunia.
Ide dibelakang kata kata dalam Yohanes 6:51-53 itu
akan mempersiapkan pemikiran para murid
untuk mengerti kiasan makan dan minum itu secara Rohani, dan itu akan
mencegah mereka untuk menafsirkan kata-kata penetapan “Inilah Tubuhku” secara
terlalu Harafiah.
c. Yesus mati secara sukarela
dalam
injil Yohanes terdapat beberapa nats yang memperlihatkan bahwa Yesus bukan
sekadar bergerak menuju kematian yang tak terhindarkan tetapi melaksanakanya
dengan sikap penuh sukarela, Yesus jelas memegang kendali atas nasib-Nya
sendiri, sejalan dengan kehendak Bapa-Nya. Sifat sukarela ini juga
dikumandangkan dalam Yohanes 15:3, “tidak ada kasih yang lebih besar daripada
kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya”. Ini
menggambarkan dengan terang apa yang hendakn Yesus lakukan bagi murid-murid-Nya,
yang ia sebut sebagai sahabat-sahabat-Nya (Yoh 15:14)
Tema kasih sebagai motif untuk pemberian-diri dari Anak muncul dalam Yoh
13:1 dst.
d. Kematian disebut sebagai “ditinggikan”
penggunaan
wawasan peninggian ini penting karena menunjuk kepada dua hal, yaitu cara
kematian (penyaliban) dan penafsiran atasnya (sebagai suatu kejayaan). Didukung
oleh empat nats, yakni:
Ø Yoh. 3:14-15 Yesus berkata: “sama seperti Musa
meninggikan ular dipadang gurun, demikian juga anak manusia harus ditinggikan,
supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal”.
Ø Yoh. 8:28 kata Yesus kepada para pendengar-Nya dari
kalangan Farisi: “Apabila kamu telah meininggikan Anak manusia, abrulah kamu
tahu, bahwa Akulah Dia”.
Ø Yoh. 12:13. dikemukakan akibat-akibat langsung dari
panggilan itu, yang berlangsung bertepatan dengan penghakiman atas dunia ini,
tatkala penguasa dunia ini dilemparkan keluar. Aspek kejayaan dari Salib
ditekankan, serta hubunganya dengan pelenyapan kuasa-kuasa jahat.
Ø Yoh. 18:32 duhubungkan komentar berhubungan dengan
dialog antara Pilatus dengan orang-orang Yahudi mengenai cara menjalankan
hukuman Mati atas Yesus.
Sesuai dengan Penafsiran tentang peninggian ini yang
menekankan bahwa kematian merupakan kejayaan, adalah teriakan Yesus dari Kayu
Salib yang direkam dalam Yohanes 19:30:”sudah selesai”. Jelas ini bukan suatu
teriakn keputus asaan, melainkan kelegaan atas terselenggaranya Tugas. Teriakan
itu menggambarkan ketuntasan Misi yang merupakan tujuan kedatangan Yesus kedalam
dunia. Misi itu mencakup peninggian di Kayu Salib.
e. Manfaat Kematian Yesus
Kayafas sebagai Imam Besar bernubuat tentang kematian
Yesus “bahwa Yesus akan mati untuk bangsa itu (Yoh. 11:51). Bahkan Yohanes
melangkah lebih lanjut dengan menjelaskan bahwa kematian itu adalah “untuk
mengumpulkan dan mempersatukan anak-anak Allah yang tercerai-berai”. Dengan
kata lain “bangsa itu” yang boleh jadi telahdiungkapkan dalam arti nasionalis,
selanjutnya diungkapkan dalam arti rohani.
Ada dua aspek yang diperlihatkan, yaitu:
ü “kecocokan” Penderitaan Yesus adalah mengagumkan bahwa
sesudah penyaliban orang-orang Kristen begitu segera melihat kebenaran asasi
dari pernyataan Kayafas itu, walaupun mereka melihatnya sesudah kebangkitan
Yesus.
ü Dalam Yohanes 16:7 gagasan kebergunaan itu muncul
dalam pengertian yang agak berbeda. Yesus memperlihatkan manfaat kepergian-Nya,
kerena setelah itu Roh Penghibur akan datang.
f. Ramalan lain tentang kematian Yesus
dalam penuturan Yohanes tentang penyucian Bait Allah
terdapat sebuah pernyataan Yesus, “rombak Bait Allah itu dalam tiga hari Aku
akan mendirikanya kembali” (Yoh. 2:19). Pernyataan ini disalah-mengerti oleh
orang-orang Yahudi, Tetapi Yohanes menafsirkan bait Allah sebagai tubuh-Nya.
Dalam Yohanes 13:21 Yesus menubuatkan pengkhianatan, seperti yang juga direkam
dalam Injil-injil sinoptik.
g. Misi Yesus sebagai penyataan.
injil Yohanes secara khas menekankan
aspek penyatan dari pekerjaan Yesus.
Firman yang menjelma itu dikatakan “penuh kasih karunia dan kebenaran” (Yoh.
1:14). Kebenaran datang melalui Yesus Kristus (Yoh 1:17). Yesus menyatakan diri
sebagai kenemaran (Yoh 14:6). Ia menjanjikan bahwa penghibur lain adalah Roh
kebenaran (Yoh 15:10-17). Kebenaran adalah inti dari penyataan-Nya.
Dalam
Yohanes 20:31 dikatakan bahwa tujuan Injil itu ialah “supaya kamu percaya”,
bukan sekedar bahwa “kamu tahu” tentang Dia (Bnd. 1 Yoh 5:13).
h. Misi Yesus melibatkan proses pengudusan
Ijin Yohanes Yesus memandang Misi-Nya
sebagai sesuatu yang melibatkan orang lain, dinyatakan secara ringkas (Yoh.
17:19) dimana Yesus Berdoa “Aku menguduskan (Hagiazo) diriku bagi
mereka, supaya mereka pun dikuduskan dalam kebenaran.
- Ringkasan
kita
dapat mendaftarkan hal-hal yang berikut yang telah diperlihatkan oleh bukti yang
dicatat diatas.
- Ada tekanan yang kuat atas sifat pengurbanan dari kematian Yesus. Sebagai anak Domba Allah, roti dari surga dan biji gandum, Yesus harus mengalami kematian-Nya sebagai Kurban.
- Perlunya kematian Yesus juga ditekankan , teristimewa dalam disebutnya “saat” yang penting itu
- ada unsur penggantian yang pasti dalam nats-nats tentang Anak Domba dan Gembala yang baik, dan dalam ucapan tentang “kasih yang lebih besar”
- Di balik nats-nats tentang Anak Domba dan Gembala yang baik terdapat juga wawasan Hamba yang menderita.
- Nada Pemuliaan dan kejayaan jelas terdapat dalam nats-nats tentang peninggian dan dalam nats tentang kepastian kebangkitan.
6. Yang terlihat sebagai motif bagi kematian Kristus
ialah Kasih Allah
7. Penderitaan
diungkapkan sebagai mencakup seluruh dunia. Raoti adalah bagi kehidupan dunia,
Gembala mencari Domba-domba yang bukan hanya dari kawanan orang Yahudi, dan
matinya seorang Manusia bagi banga itu diperluas artinya sehingga menjadi bagi
anak-anak Allah yang tercerai berai di negeri lain itu.
8. Kematian Kristus dalam nats tentang Anak Domba
secara istimewa dihubungkan dengan Dosa.
9. Kematian
itu juga dihubungkan dengan dilemparkanya iblis ke luar (Yoh. 12:31)
10. Penerapan Misi Yesus kepada manusia datang melalui
Iman, walaupun tidak ada pernyataan jelas yang mengaitkan iman kepada
kematian-Nya.
Petunjuk-petunjuk singkat dalam surat-surat pengajaran
Yohanes mengenai tema ini dapat ditemukan dalam (ps. 20:3) dan pembenaran (ps.
21:4)
20.KARYA PENYELAMATAN
KRISTUS
II Pemahaman
yang berkembang
Penting diperhatikan bahwa Lukas, satu-satuya penulis
kitab Injil yang melanjutkan cerita sampai ke periode pemberitaan Injil oleh
orang-orang Kristen, telah mencantumkan uraian-uraian Yesus kepada murid-murid
tentang perlunya Mesias menderita (Luk. 24:26-27, 44-46), walaupun ia tidak
memberi penjelasan tentang perdamaian. Adalah lebih masukk akal untuk
menggangap penuturan-penuturan tentang kebangkitan sebagai bahan penyambung
peristiwa-peristiwa penderitaan dengan pemberitaan Para Rasul mengenai arti
kematian Kristus.
20.1 Kisah Para Rasul
Sebagai pertimbangan pendahuluan perlu diingat bahwa
kematian Yesus Kristus dilihat sebagai bagian dari Maksud Ilahi. Ini
dikemukakan secara secara jelas dalam khotbah petrus yang pertama (Kis 2:23),
dimana pada permulaan khotbahnya Ia menyatakan Bahwa Yesus “diserahkan Allah
menurut maksud dan rencana-Nya” walaupun dengan segera ia menambahkan”telah
kamu salibkan dan kamu bunuh oeh tangan bangsa-bangsa durhaka”
Kisah Para Rasul juga menggambarkan Yesus dan
Pekerjaan sebagai Hamba. Gelar itu muncul muncul empat kali (3:13, 3:26;
4:27; 4:30) kebanyakan Ahli (memang ada kekecualian) sepakat bahwa ayat ayat
ini mendukung pengindentikan Yesus dengan Hamba yang menderita dalam Kisah
Yesaya. Ciri lain yang layak diingat Ialah wawasan tentang Yesus sebagai , Jeruselamat
dengan semua yang bersangkut paut dengan ide itu.
Comments
Post a Comment