Matakuliah : KEPEMIMPINAN KRISTEN
Nama Mahasiswa : JAMES ANAKAMPUN
NIM :
16.04.12.6643
Program/ Jurusan : S1/ TEOLOGI
Semester : V
Semester Berjalan : Ganjil
Tahun Akademik : 2018/2019
=====================================================================
RINGKASAN PSIKOLOGI KEPEMIMPINAN
A.
Prevalensi
kepemimpinan
Setiap
manusia lahir sebagai pemimpin, paling tidak pemimpin untuk diri sendiri.
Sebagai pemimpin, segala keputusan dan kepemimpinan yang kita pahami akan
mempengaruhi kegiatan, perilaku bahkan hasil bagi diri dan orang yang dipimpin.
Kepemimpinn erat kaitannya dengan psikologi, bila jiwa labil tidak mungkin
dapat membuat sebuah keputusan yang benar. Psikologi mempelajari jiwa manusia
yang terlihat dari perilaku atau perbuatannya dengan kata lain untuk memperoleh
gambaran mengenai jiwa manusia, diperlukan gambaran dari perilaku yang timbul.
Jiwa adalah unsur penting dalam diri manusia, dengan adanya jiwa, manusia mampu
menyadari keberadaannya mengenai dirinya merefleksikan hidupnya.
Pemahaman
akan manusia lengkap dengan keunikannya sangat membantu para pemimpin dalam
menjalankan fungsinya dengan baik. Karena aspek yang paling penting dalam
kepemimpinan adalah manusia itu sendiri. Bukan fungsi pemimpin mengajak orang
untuk menyumbangkan bakatnya secara senang hati dan bersemangat untuk
kepentingan organisasi. Seorang pemimpin juga dituntut mampu menggunakan
wewenang dan pengaruhnya dalam proporsi dan situasi yang tepat untuk dapat
membawa orang yang dipimpinnya bergerak dalam irama teratur menuju tujuan yang
telah ditetapkan bersama.
BAB II
RUANG LINGKUP
PSIKOLOGI
A.
Pengertian
psikologi
Menurut
asal katanya, psikologi dari bahasa Yunani kuno ( Psyche yang berarti Jiwa ) dan ( logia yang artinya ilmu ) sehingga secara etimologis, psikologi
dapat diartikan dengan ilmu yang mempelajari tentang jiwa. Pada abad ke-17 Rene
Descartes, George Barkeley, John Locke, sartilo menjelaskan lebih terperinci
bahwa psikoligi berarti ilmu jiwa. Kemudian Carl Gustav Jung mengatakan bahwa
psikologi adalah ilmu tentang sesuatu yang mempelajari jiwa
Gerungan
menjelaskan bahwa pengertian antara ilmu jiwa dan psikologi sebenarnya berbeda
atau tidak sama karena :
Ø Ilmu jiwa adalah ilmu
jiwa secara luas termasuk khayalan dan spekulasi tentang jiwa itu.
Ø Ilmu psikologi adalah ilmu
pengetahuan mengenai jiwa yang diperoleh secara sistematis dengan metode-metode
ilmiah. Sedangkan Aristoteles menyebut jiwa sebagai Anima yang terbagi dalam tiga macam yaitu : a.Anima vegetative, yaitu
anima yang terdapat pada tumbuh-tumbuhan yang mempunyai kemampuan untuk makan,
minum dan berkembang biak. b. anima sensitiva, yaitu anima yang
terdapat dalam hewan. Anima ini memiliki kemampuan seperti anima vegetative juga kemampuan untuk berpindah tempat mempunyai
nafsu dan mengamati, mengiangat dan merasakan. c. anima intelektiva, yaitu
anima yang terdapat dalam diri manusia. Selain memiliki kemampuan seperti anima
sensitiva juga mempunyai kemampuan berfikir dan berkemauan.
Sedangkan
Aristoteles menyebut jiwa sebagai anima yang terbagi dalam tiga macam jenis
yaitu:
1.
Anima
Vegetative, Yaitu anima yang terdapat pada tumbuh-tumbuhan yang
mempunyai kemampuan untuk makan dan berkembang biak.
2.
Anima
Sensitiva, yaitu anima yang terdapat dalam hewan yang mampu
makan dan berkembang biak serta mempunyai nafsu, mengingat dan merasakan
3.
Anima
intelektiva, anima yang terdapat dalam diri manusia. Selain
memiliki kemampuan seperti anima
sensitive juga mempunyai kemampuan berfikir dan berkemauan.
Dari
pandangan diatas maka jelaslah bahwa psikologi merupakan ilmu yang mempelajari
jiwa manusia. Sedangkan fungsi psikologi sebagai ilmu disepakati para ahli
yakni : 1. Menjelaskan,yaitu mampu menjelaskan apa, bagaimana, da mengapa
tingkah laku itu terjadi. 2. Memprediksikan yaitu, mampu meramalkan atau
memprediksikan apa, bagaaimana, dan mengapa tingkah laku itu terjadi. 3.
Pengendalian, yaitu mengendalikan tingkah laku sesuai yang diharapkan.
B.
Sejarah
psikologi
1. Psikologi
sebagai bagian dari Filsafat dan Ilmu Faal
Pada
mulanya ahli-ahli filsafat dari Yunani kuno yang memikirkan gejala-gejala
kejiwaan. Mereka mencoba menerangkan gejala-gejala kejiwaan melalui mitologi,
suatu cara pendekatan naturalistic, tokohnya adalah Thales ( 624-548 SM ) dia
disebut sebagai bapak filsafat. Ia menyakini bahwa jiwa dan hal-hal
supranatural lainnya tidak ada karena sesuatu yang ada harus dapat diterangkan
dengan gejala alam(natural phenomenon).
Keyakinan akan segala sesuatu berasal dari air, itulah sebabnya jiwa
dianggapnya tidak ada karena jiwa tidak berasal dari air. Tpkoh lainnya adalah
Anaximander ( 611-546 SM ) yang mengtakan segala sesuatu berasal dari sesuatu
yang tidak tentu, sementara Anaximenes (
abad 6 SM ) mengatakan bahwa segala sesuatu bersala dari udara.
Empedocles
(490-430 SM) mengatakan ada empat elemen
besar dalam alam semesta, yaitu bumi/tanah, udara, api, dan air. Manusia
terdiri dari tulang, otot, dan usus yang merupakan unsur dari tanah; tubuh
unsur dari air; rasio dan mental unsur dari api; hidup adalah udara. Hipocrates
menjelaskan bahwa dalam diri manusia terdapat empat cairan tubuh yang memuliki
kesesuaian sifat dengan keempat elemen dasar tersebut, yaitu:
1. Sanguine,
orang yang mempunyai kelebihan (terlalu banyak ekses) bertempramen penggembira.
2. Melancholic,
terlalu banyak sumsum hitam dan bertempramen pemurung.
3. Choleric,
terlalu banyak sumsum kuning dan bertempramen semangat dan gesit.
4. Phlegmatic,
terlalu banyak lender dan bertempramen lamban.
Pandangan
Democritus ( 460-370 ) mengatakan bahwa seluruh realitas yang ada di dunia ini
terdiri dari partikel-partikel yang tidak dapat dibagi lagi, yang oleh Einstein
diberi nama “atom”. Pandangan ini masih diikuti oleh I.P. Pavlov dan J.B Watson
yang berpendapat bahwa “atom” dari jiwa
adalah reflex-refleks. Dengan demekian jiwa adalah satu dengan badan. Jiwa dan
badan berasala dari unsur-unsur yang sama dan tunduk pada hukum-hukum yang
sama, pandangan ini dikenal dengan monoisme, tumbuh pula dengan pandangan
dualisme, yaitu pandangan yang memisahkan jiwa dari badan, jiwa tidak sama
dengan badan, dan masing-masing tunduk pada peraturan-peraturan atau
hukum-hukum yang terpisah. Dan tokoh lain yang terkenal antara lain
Socrates,(469-399 SM), Plato,( 427-347 SM ) dan Aristoteles( 384-322 SM ).
Peran
sejumlah sarjana ilmu Faal yang juga menaruh minat terhadap gejala-gejala
kejiwaan tidak dapat diabaikan. Teori-teori yang dikemukakan yakni tentang
syaraf-syaraf sensoris dan motoris yang berfpusat diotak dan hukum-hukum yang
mengatur kerja syaraf-syaraf tersebut. Tokohnya antara lain : C. Bell (
1774-1842 ), F. Magendie (1785-1855 ), J.P> Muller (1801-1858 ), P. Brocda ( 1824- 1880 ), I.P.
Pavlov ( 1849-1936 ) dan sebagainya.
2.
Psikologi
sebagai ilmu yang berdiri sendiri
Pada
akhir abad ke-19 sejarah baru dalam psikologi dimulai. Pada tahun 1879, Wilhem
Wundt ( jerman, 1832-1920 ) mendirikan laboratorium Psikologi pertama di
University of Leipzig. Ditandai oleh berdirinya laboratorium ini, maka metode
ilmiah untuk lebih memahami manusia telah ditemukan walau tidak terlalu memadai.
Dengan berdirinya laboratoriun ini pula, lengkaplah syarat psikologi untuk
menjadi ilmu pengetahuan, sehingga tahun berdirinya laboratorium Wundt diakui
pula sebagai tanggal berdirinya psikologi sebagai ilmu pengetahuan.
C.
Aliran-aliran
dalam Psikologi
1. Psikoanalis
Aliran
psikoanalis secara tegas memperhatikan struktur jiwa manusia. Pendiri aliran
ini adalah Sigmund Freud, memfokuskan aliran ini adalah totalitas kepribadian
manusia bukan pada bagian-bagian yang terpisah. Menurut aliran ini, perilaku
manisa dianggap sebagai hasil interaksi sub sitim dalam kepribadian manusia
yaitu :
a. Id,
yaitu bagian kepribadian yang menyimpan dorongan-dorongan biologis manusia
merupakan pusat insting yang bergerak berdasarkan prinsip kesenangan dan
cenderung memenuhi kebutuhannya, yang bersita egoistis tidak bermoral dan tidak
mau tahu dengan kenyataan.
b. Ego,
berfungsi menjembatani tuntutan Id dengan realitas didunia luar. Ego adalah
mediator antara hasrat-hasrat hewani dengan tuntutan rasional dan realistik.
Egolah yang menyebabkan manusia mampu menundukkan hasrat hewaninya dan hidup
sebagai wujud rasional. Ia bergerak berdasarkan prinsip realitas.
c. Super
Ego, yaitu unsur yang menjadi polisi kepribadian, mewakili sesuatu yang
normatif atau ideal super ego disebut juga sebagai hati nurani merupakan
internalisasi dari norma‑norma sosial dan kultur masyarakat. Super ego memaksa
ego untuk menekan hasrat-hasrat yang tidak berlainan dibawah alam sadar.
2. Behaviorisme
Aliran
behaviorisme lahir sebagai reaksi aliran instropeksionisme (menganalisa jiwa
manusia berdasarkan laporan-laporan subjektif), dan juga aliran psikoanalisis
(berbicara tentang alam bahwa sadar yang tidak tampak). Behaviorisme hanya
menganalisa perilaku yang hanya Nampak saja yang dapat diukur, dilukiskan dan diramalkan
teori dari aliran ini dikenal dengan teori belajar, karena menurut mereka
seluruh perilaku manusia adalah hasil belajar. Asumsi dasar dari aliran
behaviorisme adalah: seluruh perilaku manusia adalah hasil belajar, artinya
perubahan perilaku organisme adalah akibat pengaruh lingkungan. Behaviorisme
mempersoalkan bagaimana perilaku manusia dikendalikan oleh faktor-faktor
lingkungan. Walaupun demikian asumsi yang digunakan oleh aliran behaviorisme
banyak menentukan perkembangan psikologi.
3. Kognitif
Aliran
ini lahir pada awal tahun 70-an ketika psikologi sosial berkembang keraha
paradigma baru. Manusia tidak lagi dipandang sebagai mahluk pasif yang digerakkan oleh
lingkungannya tetapi, mahluk yang paham dan berfikir tentang lingkungannya ( homo sapiens ). Aliran ini memunculkan
teori rasionalitas dan mengembalikan unsur jiwa kedalam kesatuan diri manusia,
asumsi yang digunakan adalah manusia bersifat aktif yang menafsirkan stimuli
secara otomatis bahkan mendistorsi lingkungan. Jadi manusia lah yang menentukan
stimuli. Salah satu nama yang muncul dari aliran ini yaitu Kurt Lewin dan
dikenal dengan teori : B= f(P.E). behavior adalah hasil dari interaksi antara
dengan persons dengan enviroment.
4. Humanistic
Abraham
Maslow salah satu tokoh psikologi humanistic mengemukakan pandangan yang
dijelaskan oleh Goble sekaligus menjadi penjelasan adanya perbedaan dan asumsi
dengan aliran-aliran yang telah lebih dulu ada yaitu :
a. Bahwa
orang tidak akan dapat memahami penyakit mental sebelum ia mengerti arti
kesehatan mental.
b. Apabila
kita terlampau asik dengan orang-orang yang tidak waras para psikopat, para
penjahat, para penderita lemah mental maka harapan kita pada kemanusiaan kian
lama akan terpaksa kian sederhana, kian ‘realistik’ kian merosot.
c. Studi
tentang orang-orang yang mengaktualisasikan dirinya mutlak menjadi fundasi bagi
seluruh ilmu psikologi yang lebih semesta.
Aliran
behaviorisme lahir sebagai reaksi aliran instropeksionisme (menganalisa jiwa
manusia berdasarkan laporan subjektif). Behaviorisme hanya menganalisa perilaku
yang Nampak saja yang dapat diukur, dilukiskan dan diramalkan teori dari aliran
ini dikenal dengan denga teori belajar.
5. Sosial
Psikologi
sosial merupakan cabang Ilmu psikologi yang muncul dan intensif dipelajari pada
tahun 1930 di Amerika serikat dan Negara-negara lain. Pertanyaan yang mendasar
yang senantiasa menjadi kajian dalam
psikologi sosial adalah bagaimana kita dapat menjelaskan pengaruh orang lain
terhadap perilaku kita?
D.
Metode
dalam psikologi
Ada
beberapa metodologi dalam psikologi yang diuraikan dalam Wikipedia, di
antaranya sebagai berikut :
a. Metodologi Eksperimental
Cara
ini dilakukan biasanya di dalam laboratorium dengan mengadakan berbagai
eksperimen. Peneliti mempunyai kontrol sepenuhnya terhadap jalannya suatu
eksperimen. Pada metode eksperimental, maka sifat subjektivitas dari metode
introspeksi akan dapat diatasi. Pada metode instrospeksi murni hanya diri peneliti
yang menjadi objek. Tetapi pada instrospeksi eksperimental jumlah subjek
banyak, yaitu orang - orang yang dieksperimentasi itu. Metode penelitian
umumnya dimulai dengan hipotesis yakni prediksi/peramalan, percabangan dari
teori, diuraikan dan dirumuskan sehingga bisa diujicobakan.
b. Observasi Ilmiah
Pada
pengamatan ilmiah, suatu hal pada situasi-situasi yang ditimbulkan tidak dengan
sengaja. Melainkan dengan proses ilmiah dan secara spontan. Observasi alamiah
ini dapat diterapkan pula pada tingkah laku yang lain, misalnya saja :
tingkah laku orang-orang yang berada di toko serba ada, tingkah laku pengendara
kendaraan bermotor dijalan raya, tingkah laku anak yang sedang bermain,
perilaku orang dalam bencana alam, dan sebagainya.
c. Sejarah Kehidupan (metode biografi)
Sejarah
kehidupan seseorang dapat merupakan sumber data yang penting untuk lebih
mengetahui “jiwa” orang yang bersangkutan, misalnya dari cerita ibunya, seorang
anak yang tidak naik kelas mungkin diketahui bahwa dia bukannya kurang pandai
tetapi minatnya sejak kecil memang dibidang musik sehingga dia tidak cukup
serius untuk mengikuti pendidikan di sekolahnya.
d. Wawancara
Wawancara
merupakan tanya jawab si pemeriksa dan orang yang diperiksa. Agar orang
diperiksa itu dapat menemukan isi hatinya itu sendiri, pandangan-pandangannya,
pendapatnya dan lain-lain sedemikian rupa sehingga orang yang mewawancarai
dapat menggali semua informasi yang dibutuhkan.
e. Angket
Angket
merupakan wawancara dalam bentuk tertulis. Semua pertanyaan telah di susun
secara tertulis pada lembar-lembar pertanyaan itu, dan orang yang diwawancarai
tinggal membaca pertanyaan yang diajukan, lalu menjawabnya secara tertulis
pula. Jawaban-jawabannya akan dianalisis untuk mengetahui hal-hal yang
diselidiki.
f.
Pemeriksaan Psikologi
Metode
ini menggunakan alat-alat psikotes tertentu yang hanya dapat
digunakan oleh para ahli yang benar-benar sudah terlatih. alat-alat itu dapat
dipergunakan unntuk mengukur dan untuk mengetahui taraf kecerdasan seseorang,
arah minat seseorang, sikap seseorang, struktur kepribadian seeorang, dan
lain-lain dari orang yang diperiksa itu.
E.
Objek psikologi
Objek
Psikologi mengkaji yaitu:
1. manusia
sebagai mahkluk individual
2. manusia
sebagai makhluk sosial
3. manusia
sebagai makhluk bertuhan
F.
Kajian psikologi
Beberapa kajian ilmu psikologi
diantaranya adalah:
1. Psikologi
perkembangan
Adalah bidang studi psikologi yang mempelajari
perkembangan manusia dan faktor-faktor yang membentuk prilaku seseorang sejak
lahir sampai lanjut usia. Psikologi perkembangan berkaitan
erat dengan psikologi
sosial, karena
sebagian besar perkembangan terjadi dalam konteks adanya interaksi sosial.
2.
Psikologi sosial
Bidang ini mempunyai 3 ruang
lingkup, yaitu :
·
studi
tentang pengaruh sosial terhadap proses individu,
misalnya : studi tentang persepsi, motivasi proses belajar, atribusi (sifat)
·
studi
tentang proses-proses individual bersama, seperti bahasa, sikap sosial, perilaku meniru dan lain-lain
·
studi
tentang interaksi kelompok, misalnya kepemimpinan, komunikasi hubungan kekuasaan, kerjasama dalam kelompok, dan persaingan.
3. Psikologi
kepribadian
Mempelajari tingkah laku manusia
dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya,
psikologi kepribadian berkaitan erat dengan psikologi perkembangan dan psikologi sosial, karena kepribadian adalah hasil dari perkembangan
individu sejak masih kecil dan bagaimana cara individu itu sendiri dalam
berinteraksi sosial dengan lingkungannya.
4. Psikologi
kognitif
Mempelajari kemampuan kognisi, seperti: Persepsi, proses belajar,
kemampuan memori, atensi, kemampuan bahasa dan emosi.
BAB III
DEFINISI
PEMIMPIN DAN KEPEMIMPINAN
A.
Pemimpin
1.
Pegertian
pemimpin
Istilah
pemimpin/leader dikenal juga dngan istilah lain seperti manajer, ketua, kepala,
komandan, direktur, dan sebagainya. Jhon Gage
Alle, adalah pemandu, penunjuk, penuntun, dan komandan. Sementara itu, Hendry
Pratt Fairchild mengartikan pemimpin dalam arti luas ialah orang yang memimpin
dengan jalan memprakarsai tingkah laku sosial dengan mengatur, mengarahkan,
mengorganisir atau mengontrol usaha/ upaya orang lain, atau melalui prestise,
kekuasaan atau posisi.
Dari
uraian diatas maka pemimpin (leader) dalam tulisan ini didefinisikan sebagai
orang yang mampu memberikan pengaruh kepada anggota dan sumber daya yang
dipimpinnya secara efektif dan efesien untuk mecapai tujuan. Didalam
kepemimpinan ada unsur-unsur yang saling terkait satu dngan lainnya yaitu:
1. Unsur
Manusia
2. Unsur
Sarana
3. Unsur
Tujuan
2.
Ciri
dan kecakapan umum pemimpin
Ada
beberapa ciri dan kecakapan umum yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin agar
interaksi kelompok dapat berjalan lancar dan produktif yaitu:
a. Penglihatan
social Penglihatan social adalah kecakapan untuk dapat melihat dan memahami
akan perasaan-perasaan, sikap-sikap dan kebutuhan-kebutuhan anggota
kelompoknya.
b. Kecerdasan
yang tinggi Kecerdasan yang tinggi yaitu kecakapan yang dimiliki oleh seorang
individu untuk berfikir secara abstrak yang lebih tinggi daripada anggota
kelompok yang mereka pimpin.
c. Keseimbangan
alam perasaan Keseimbangan pereasaan merupakan merupakan faktor penting dalam
usaha kepemimpinan. Seorang pemimpin hendaknya memiliki sikap perasaan positif
yang lebih banyak daripada yang bukan pemimpin
Stoner
menjelaskan bahwa kemampuan memimpin merupakan sesuatu yang harus dimiliki
dalam mengelola suatu kelompok unuk dapat berbuat, berlomba, dan mengembangkan
semangat orang.
3.
Faktor
menjadi pemimpin.
Dua
pandangan klasik mengenai faktor menjadi pemimpin yaitu faktor keturunan dan
faktor bakat. Faktor keturunan menyakini bahwa seorang dapat menjadi pemimpin
karena keturunan atau warisan. Sedangkan faktor bakat pemimpin karena mempunyai
bakat untuk menjadi pemimpin. Bakat kepemimpinan itu harus dikembangkan dengan
cara memberi kesempatan untuk menjadi seorang pemimpin. Kedua hal diatas benar
adanya, seorang dapat menjadi pemimpin karena jabatan memimpin diperoleh dari
keturunan atau diwariskan kepadanya da nada pula yang menjadi pemimpin karena
kemampuannya memimpin dalam hal ini bakat.
4.
Tugas
pemimpin
Tugas pemimpin adalah memimpin. Seorang
pemimpin harus memiliki jiwa, sikap, mental, strategi seorang pemimpin. Artinya
seorang pemimpin harus bisa membawa orang yang dimpinnya kepada cita-cita
bersama yang telah disepakati. Secara umu, tugas-tugas pokok pemimpin
dijelaskan :
a. Melaksanakan
fungsi managerial, yaitu berupa kegiatan pokok meliputi pelaksanaan (penyususnan rencana, penyusunan organisasi
pengarahan pengendalian penilaian, dan pelaporan ).
b. Mendorong
( memotivasi ) bawahan untuk dapat bekerja dengan giat dan tekun.
c. Membina
bawahan agar dapat memikul tanggung jawab tugas masing-masing secara baik.
d. Membina
bawahan agar dapat bekerja secara efektif dan efisien.
e. Menciptakan
iklim kerja yang baik dan harmonis.
f. Menyusun
fungsi manajemen secara baik.
g. Menjadi
penggerak yang baik dan dapat menjadi sumber kreatifitas.
h. Menjadi
wakil dalam membina hubungan dengan pihak luar.
Pemimpin
yang baik akan memimpin dengan kesadaran yang tinggi dan penuh tanggung jawab.
Itulah tugas seorang pemimpin yang baik. Tetapi berdasarkan observasi buku ini
pemimpin melaksanakan tugas kepemimpinanya didasari pengalamanya saat dipimpin.
Itu berarti seorang pemimpin harus memiliki mentor dengan prinsip, pola,
prilakukepemimpinan yang baik dan benar.
5.
Sifat-sifat
pemimpin
Ordway
Tead ( 1983 ) mengungkapkan 10 sifat yang seharusnya dimiliki seorang pemimpin
antara lain adalah :
a. Energy
jasmani dan mental (physical and nervous
energy)
b. Kesadaran
akan tujuan dan arah (a sanse of purpose
and direction)
c. Antusiasme (enthusiasm;
semangat, kegairahan, kegembiraan yang besar)
d. Keramahan
dan kecintaan (Friendliness and
affection)
e. Integritas (integrity, keutuhan, kejujuran,
ketulusan hati)
f. Penguasaan
teknis (technical mastery)
g. Ketegasan
dalam mengambil keputusan (decisiveness)
h. Kecerdasan
(iintelligence)
i.
Keterampila mengajar (teaching skil)
j.
Kepercayaan (faith)
Kemudian
pandangan yang hampir sama dikemukakan oleh George R. Terry 91964) mengatakan
ada sepuluh sifat pemimpin yang unggul yaitu:
a. Kekuatan
b. Stabilitas
emosi
c. Pengetahuan
tentang relasi insani
d. Kejujuran
e. Objektif
f. Dorongan
pribadi
g. Keterampilan
berkomunikasi
h. Kemampuan
mengajar
i.
Keterampilan sosial
j.
Kecakapan teknis dan kecakapan
masing-masing.
6.
Peran-peran
pemimpin
Seorang
pemimpin akan menjalankan peran dan kerja yang multikompleks, pemimpin di
tuntut harus mampu menyelesaikan sendiri atau mendelegasikan sebagian kepada
anggota kelompoknya sesuai dengan peran dan fungsi masing-masing. Hal inilah
yang membedakan seorang yang dipimpin dan yang memimpin.
Peran-peran
pemimpin dalam organisasi setidaknya menyentuh hal-hal seperti :
a. Mengelola
aset organisasi
b. Meningkatkan
kualitas, kinerja kerja, dan produk atau hasil
c. Menumbuhkembangkan
sikap terbuka
d. Menciptakan
situasi maupun kondisi kondusif
e. Kesanggupan
merumuskan defenisi masalah dan pemecahanya
f. Pembentukan
dan pembinaan tim-tim kerja yang berguna
untuk pencapaiaan trujuan organisasi
g. Menyampaikan
informasi, berkaitan komunikasi
h. Menunjukkan
sikap empati
B.
Kepemimpinan
1.
Pengertian
kepemimpinan
Kepemimpinan
dalam bahasa Indonesia diterjemahkan dari bahasa inggris yakni “ leadership “
kata ini digunakan sekitar tahun 1800. Sejak saat itulah kepemimpinan menjadi
pembahasan yang menarik dan dirasakan sangat penting keberadaannya. Istilah
kepemimpinan melukiskan hubungan antara pimpinan dan bawahan dalam suatu
organisasi yang dapat bekerja sama. Good mengatakan bahwa kepemimpinan
merupakan kemampuan dan kesiapan seorang untuk mempengaruhi membimbing dan
mengarahkan dan mengelolah orang lain agar mau berbuat sesuai demi tercapainya
tujuan bersama.
Dalam
menerpkan kepemimpinan sesuai situasi yang dihadapi, Gordon menjelaskan bahwa
seorang pemimpin harus memperhatikan tiga faktor utama yaitu perhatian terhadap
bawahan, yang berarti peduli tingkat hierarki, dan karateristik psikologis,
perhatian terhadap atasan, yang mencerminkan derajat pelaksanaan pengaruh atau
kesamaan sikap dan perilakunya dengan orang-orang yang diatasnya, perhatian
terhadap tugas yang mencerminkan derajat pentingnya waktu yang dimiliki, bahaya
secara fisik yang mungkin terjadi, standar kesalahan yang dapat ditoleransi,
derajat kebebasan, luas bidang pekerjaan yang harus dikerjakan dan derajat
kekaburan pelaksanaan tugas-tugas.
Dalam
dunia kepemimpinan ada bebarapa faktor yang menjadi ciri utama, saling
berkaitan dan tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya seperti : dalam
kepemimpinan harus ada
Ø Pemimpin
Ø Ada
pengikut atau massa orang yang dipimpin
Ø Memiliki
tempat untuk berkumpul
Ø Memiliki
jabatan atau psosisi
Ø Memiliki
kemampuan atau bakat memimpin
Ø Pemimpin
memiliki karakter yang kuat
2.
Klasifikasi
kepemimpinan
a.
Kepemimpinan
otoriter
Kepemimpinan otoriter
atau bisa di sebut kepemimpinan otokratis atau kepemimpinan diktator adalah
suatu kepemimpinan dimana seorangpemimpin ber
tindak sebagai diktator, pemimpin adalah penguasa, semua kendali ada di tangan
pemimpin. Seorang diktator jelas tidak menyukai adanya meeting, rapat apalagi
musyawarah karena bagi seorang diktator tidak menghendaki adanya perbedaan dan
pastinya suka suka memksa kehendaknya. Dengan kepemimpinan diktator semua
kebijakan ada di tangan pemimpin, semua keputusan ada di tangan
pemimpin, semua bentuk hukuman, larangan peraturan dpt
juga brubah sesuai dg suasana hati pemimpin.
Jika
kita lihat dari sisi gaya kepemimpinan secara
ekstrim kepemimpinaan otoriter menempati urutan pertama karena kita lihat dari
seberapa besar pengaruh ato campur tangan pemimpin kemudian di lanjutkan
kepemimpinan demokratis di mana pemimpin dan bawahan bsa saling bekerja sama
dan yg ketiga atau titik ekstrim terakhir adalah kepemimpinan laissez faire
yaitu pemimpin yg tidak
bertindak sebagai pemimpin semua kebijakan bebas di
tentukan sendiri oleh anggotanya.
Tipe kepemimpinan otoriter
jika di terapkan sekarang mungkin kurang relevan, namun jika kita lihat lagi
menurut gaya kepemimpinan situasional tipe kepemimpinan ini bisa di terapkan
terhadap anggota atau bawahan dengan tingkat kematangan rendah yaitu ketika
seorang pemimpin menghadapi bawahan yg blm bisa atau belum menguasai
hampir semua bidang yg menjadi tanggung jawabnya.
b.
Kepemimpinan
Demokratis
Pemimpin
yang bertipe demokratis menafsirkan kepemimpinannya sebagai indikator, hubungan
dengan bawahannya bukan sebagai majikan terhadap pembantunya, melainkan sebagai
saudara tua diantara temen-teman sekerjanya. Pemimpin yang demokratis selalu
berusaha menstimulasi bawahannya agar bekerja secara kooperatif untuk mencapai tujuan
bersama. Dalam tindakan dan usaha-usahanya, selalu berpangkal pada kepentingan
dan kebutuhan kelompoknya, serta mempertimbangkan kesanggupan serta kemampuan
kelompoknya.
Tipe
kepemimpinan ini menempatkan manusia sebagai faktor utama dan terpenting dalam
organisasi. Tipe ini diwujudkan dengan dominasi perilaku sebagai pelindung dan
penyelamat dari perilaku yang ingin memajukan dan mengembangkan organisasi. Di
samping itu, diwujudkan juga melalui perilaku pimpinan sebagai pelaksana. Dalam
melaksanakan tugasnya, pemimpin yang demokratis mau menerima bahkan
mengharapkan pendapat dan saran-saran dari bawahannya, juga kritik-kritik yang
dapat membangun dari para bawahan yang diterimanya sebagai umpan balik dan
dijadikan bahan pertimbangan dalam tindakan-tindakan berikutnya.
c.
Kepemimpinan
bebas
Gaya
kepemimpinan kendali bebas mendeskripsikan pemimpin yang secara keseluruhan
memberikan karyawannya atau kelompok kebebasan dalam pembuatan keputusan dan
menyelesaikan pekerjaan menurut cara yang menurut karyawannya paling sesuai
(Robbins dan Coulter, 2002, p. 460). Menurut Sukanto (1987) ciri-ciri gaya
kepemimpinan kendali bebas (pp.196-198) :
1.
Kebebasan penuh bagi keputusan kelompok atau individu dengan partisipasi
minimal dari pemimpin.
2.
Bahan-bahan yang bermacam-macam disediakan oleh pemimpin yang membuat orang
selalu siap bila dia akan memberi informasi pada saat ditanya.
3.
Sama sekali tidak ada partisipasi dari pemimpin dalam penentuan tugas.
4. Kadang-kadang memberi komentar spontan terhadap kegiatan anggota atau pertanyaan dan tidak bermaksud menilai atau mengatur suatu kejadian. Ciri-ciri gaya kepemimpinan kendali bebas.
4. Kadang-kadang memberi komentar spontan terhadap kegiatan anggota atau pertanyaan dan tidak bermaksud menilai atau mengatur suatu kejadian. Ciri-ciri gaya kepemimpinan kendali bebas.
1.
Pemimpin membiarkan bawahannya untuk mengatur dirinya sendiri.
2.
Pemimpin hanya menentukan kebijaksanaan dan tujuan umum.
3.
Bawahan dapat mengambil keputusan yang relevan untuk mencapai tujuan dalam
segala hal yang mereka anggap cocok.
3.
Fungsi-fungsi
kepemimpinan
a. Dimensi
yang berhubungan dengan tingkat kemampuan mengarahkan (direction) dalam
tindakan atau akti$itas pemimpin yang terlihat padatanggapan orang-orang
yang dipimpinnya.
b. Dimensi yang berkenaan dengan tingkat dukungan
(support) atau keterlibatan orang-orang yang dipimpin dalam melaksnakan
tugas-tugas pokok kelompok atau organisasi yang dijabarkan dan dimanifestasikan
melalui keputusan-keputusan dan kebisakan pemimpin,
Sehubungan dengan kedua dimensi tersebutBerdasarkan kedua
dimensi itu, selanjutnya secara operasional dapat dibedakan lima fungsi pokok
kepemimpinan. Kelima fungsi kepemimpinan itu adalah :
a. Fungsi Instruktif
Fungsi ini
berlangsung dan bersifat komunikasi satu arah. Pemimpin sebagai pengambil
keputusan berfungsi memerintahkan pelaksanaanya pada orang-orang yang
dipimpinnya.Fungsi ini berarti juga keputusan yang ditetapkan tidak akan ada
artinya tanpa kemampuan mewujudkan atau menterjemahkannyamenjadi
instruksi/perintah. Selanjutnya perintah tidak akan ada artinya jika tidak
dilaksanakan. Oleh karena itu sejalan dengan pengertian kepemimpinan,
intinya adalah kemampuan pimpinan menggerakkan orang lain agar melaksanakan
perintah, yang bersumber dari keputusan yang telah ditetapkan.
b. Fungsi Konsultatif
Fungsi ini
berlansung dan bersifat komunikasi dua arah , meliputi pelaksanaannya sangat
tergantung pada pihak pimpinan. Pada tahap pertama dalam usaha menetapkan
keputusan, pemimpin kerap kali memerlukan bahan pertimbangan, yang
mengharuskannya berkonsultasi dengan orang-orang yang dipimpinnya. Konsultasi
itu dapat dilakukan secara terbatas hanya dengan orang-orang tertentu saja,
yang dinilainya mempunyai berbagai bahan informasi yang diperlukannya dalam
menetapkan keputusan.Tahap berikutnya konsultasi dari pimpinan pada orang-orang
yang dipimpin dapat dilakukan setelah keputusan ditetapkan dan sedang dalam
pelaksanaan. Konsultasi itu dimaksudkan untuk memperoleh masukan berupa impan
balik (feed Back) yang dapat dipergunakan untuk memperbaiki dan menyempurnakan
keputusan-keputusan yang telah ditetapkan dan dilaksanakan.Dengan menjalankan
fungsi konsultatif dapat diharapkan keputusan pimpinan, akan mendapat dukungan
dan lebih mudah menginstruksikannya, sehingga kepemimpinan berlansung efektif.
Fungsi konsultatif ini mengharuskan pimpinan belajar menjadi pendengar yang
baik, yang biasanya tidak mudah melaksanakannya, mengingat pemimpin lebih banyak
menjalankan peranan sebagai pihak yang didengarkan. Untuk itu pemimpin harus
meyakinkan dirinya bahwa dari siapa pun juga selalu mungkin diperoleh gagasan,
aspirasi, saran yang konstruktif bagi pengembangan kepemimpinanya.
c. Fungsi Partisipasi
Fungsi ini tidak
sekedar berlangsung dan bersifat dua arah, tetapi juga berwujud pelaksanaan
hubungan manusia yang efektif, antara pemimpin dengan sesama orang yang
dipimpinnya, baik dalam keikutsertaan mengambil keputusan maupun dalam
melaksanakannya.Fungsi partisipasi hanya akan terwujud jika pemimpin
mengembangkan komunikasi yang memungkinkan terjadinya pertukaran pendapat,
gagasan dan pandangan dalam memecahkan masalah-masalah, yang bagi pimpinan akan
dapat dimanfaatkan untuk mengambil keputusan-keputusan.sehubungan dengan itu
musyawarah menjadi penting, baik yang dilakukan melalui rapat-rapat mapun
saling mengunjungi pada setiap kesempatan yang ada.musyawarah sebagai
kesempatan berpartisipasi, harus dilanjutkan berupa partisipasi dalam
berbagai kegiatan melaksanakan program organisasi.
d. Fungsi Delegasi
Fungsi ini
dilaksanakan dengan memberikan limpahan wewenang membuat/menetapkan keputusan,
baik melalui persetujuan maupun tanpa persetujuan dari pimpinan. Fungsi ini
mengharuskan pemimpin memilah-milah tugas pokok organisasi dan mengevaluasi
yang dapat dan tidak dapat dilimpahkan pada orang-orang yang dipercayainya.
Fungsi delegasi pada dasarnya berarti kepercayaan, pemimpin harus bersedia
dapat mempercayai orang-orang lain, sesuai dengan posisi/jabatannya, apabila
diberi pelimpahan wewenang. Sedang penerima delegasi harus mampu memelihara
kepercayaan itu, dengan melaksanakannya secara bertanggung jawab.Fungsi
pendelegasian harus diwujudkan seorang pemimpin karena kemajuan dan
perkembangan kelompoknya tidak mungkin diwujudkannya sendiri. Pemimpin seorang
diri tidak akan dapat berbuat banyak dan bahkan mungkin tidak ada artinya sama
sekali. Oleh karena itu sebagian wewenangnya perlu didelegasikan pada para
pembantunya, agar dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien.
d. Fungsi Pengedalian
Fungsi
pengendalian merupakan fungsi kontrol. Fungsi ini
cenderung bersifat satu arah, meskipun tidak mustahil untuk dilakukan dengan
cara komunikasi secara dua arah. Fungsi pengendalian bermaksud
bahwa kepemimpinan yang
sukses atau efektif mampu mengatur aktivitas anggotanya secara terarah
dan dalam koordinasi yang efektif, sehingga memungkinkan tercapainya tujuan
bersama secara maksimal. Sehubungan dengan itu berarti fungsi pengendalian
dapat diwujudkan melalui kegiatan bimbingan, pengarahan, koordinasi, dan
pengawasan. Dalam kegiatan tersebut pemimpin harus aktif, namun tidak mustahil
untuk dilakukan dengan mengikutsertakan anggota kelompok/organisasinya.Pendapat
lain tentang peran kepemimpinan adalah seperti yang diungkapkan olehEmmett C
Murphy (1998) dalam bukunya yang berjudul “IQ Kepemimpinan” yaitu bahwa peran
kepemimpinan antara lain terbagi kedalam :
1.
Pemilih
2.
Penghubung
3.
Pemecah
Masalah
4.
Evaluator
5.
Negosiator
6.
Penyembuh
7.
Pelindund
8.
The
Synergizer
BAB IV
TEORI, TIPE, DAN METODE KEPEMIMPINAN
A. Teori
kepemimpinan
1. Teori
X dan teori Y
Teori
X dan Y pertama kali diperkenalkan oleh Douglas McGregor (1968), McGregor
menyatakan bahwa pendekatan konvensional dan teori Y adalah peranggapan yang
bersofat optimistis, dinamis dan fleksibel.
Teori
X beranggapan, bahwa manusia memilikikeinginan bekerja, mampu mangarahkan diri
sendiri, dan bersedia menerima tanggung jawab. Oleh Rustandi teori X dikatakan
peranggapan konvensional, yang berisi pertanyaan sebagai berikut:
1.
Manajemen bertanggung jawab untuk mengatur unsur-unsur dari usaha
produktif-uang, bahan, peralatan, dan orang-dalam kepentingan ekonomi berakhir.
2.
Menghormati orang lain, ini adalah proses mengarahkan usaha mereka, memotivasi
mereka, mengendalikan tindakan mereka, dan memodifikasi perilaku mereka agar
sesuai dengan kebutuhan organisasi.
3.
Tanpa intervensi aktif oleh manajemen, orang akan pasif-bahkan resisten-untuk
kebutuhan organisasi. Oleh karena itu mereka harus dibujuk, dihargai, dihukum,
dan dikendalikan. Kegiatan mereka harus diarahkan.Tugas manajemen yang demikian
hanya menyelesaikan sesuatu.
1. Tidak menyukai bekerja
2.
Tidak menyukai kemauan dan ambisi untuk bertanggung jawab, dan lebih menyukai
diarahkan atau diperintah
3.
Mempunyai kemampuan yang kecil untuk berkreasi mengatasi
masalah-masalahorganisasi.
4.
Hanya membutuhkan motivasi fisiologis dan keamanan saja.
5.
Harus diawasi secara ketat dan sering dipaksa untuk mncapai tujuan organisasi.
Untuk
menyadari kelemahan dari asumà teori X itu maka McGregor memberikan alternatif
teori lain yang dinamakan teori Y. asumÃs teori Y ini menyatakan bahwa
orang-orang pada hakekatnya tidak malas dan dapat dipercaya, tidak seperti yang
diduga oleh teori X. Teori ini memiliki anggapan bahwa kerja adalah kodrat
manusia seperti halnya kegiatan sehari-hari lainnya. Pekerja tidak perlu
terlalu diawasi dan diancam secara ketat karena mereka memiliki pengendalian
serta pengerahan diri untuk bekerja sesuai tujuan perusahaan. Pekerja memiliki
kemampuan kreativitas, imajinasi, kepandaian serta memahami tanggung jawab dan
prestasi atas pencapaian tujuan kerja. Pekerja juga tidak harus mengerahkan
segala potensi diri yang dimiliki dalam bekerja. Secara keseluruhan asumÃs
teori Y mengenai manusia adalah sebagai berikut:
McGregor
berpendapat bahwa baik klasik dan pendekatan hubungan manusia tergantung
manajemen sama ini serangkaian asumsi. McGregor berpendapat bahwa baik klasik
dan pendekatan hubungan manusia tergantung manajemen sama ini serangkaian
asumsi. Gaya keras menyebabkan manajemen pembatasan output, saling tidak
percaya, unionism, dan bahkan sabotase. McGregor disebut gaya kedua manajemen
"lunak" dan mengidentifikasi metode-metode sebagai permisif dan
kebutuhan kepuasan. McGregor menyarankan bahwa gaya lembut manajemen sering
mengarah ke manajer 'kegagalan untuk melakukan peran manajerial mereka. levels.
Ia juga menunjukkan bahwa karyawan sering mengambil keuntungan dari manajer
yang terlalu permisif dengan menuntut lebih banyak, melainkan tampil di tingkat
yang lebih rendah.
Mc.Gregor tertarik pada karya Abraham Maslow (1908-1970) untuk menjelaskan mengapa asumsi Teori X tidak efektif menyebabkan manajemen. Maslow telah mengusulkan bahwa kebutuhan manusia diatur dalam tingkat, dengan kebutuhan fisik dan keamanan di bagian bawah hierarki kebutuhan dan sosial, ego, dan kebutuhan aktualisasi diri di tingkat atas hirarki.
Mc.Gregor tertarik pada karya Abraham Maslow (1908-1970) untuk menjelaskan mengapa asumsi Teori X tidak efektif menyebabkan manajemen. Maslow telah mengusulkan bahwa kebutuhan manusia diatur dalam tingkat, dengan kebutuhan fisik dan keamanan di bagian bawah hierarki kebutuhan dan sosial, ego, dan kebutuhan aktualisasi diri di tingkat atas hirarki.
BAB VI
AKTUALISASI
KEPEMIMPINAN TRANSFORMASI
A.
Memahami Transformasi Dalam Pandangan Kristen
Transformasi menjadi istilah yang sangat penting pada akhir-akhir ini.
Dalam kamus besar bahasa indonesia kata transformasi berarti :1. Perubahan rupa
( bentuk, sifat, fungsi), 2. Perubahan struktur grametikal menjadi struktur gramatikal lain dengan
menambah, mengurangi, atau menata kembali unsur-unsurnya.dalam PL dan PB
transformasi mempunyai istilah creation ex nihilo dan metamorphein.
1. Creatio ex nihilo
Istilah creatio ex
nihilo diperkenalkan oleh Theophilus of antioch dalam kitab kejadian. Pada abad
ke-4 saat Agustinus menerima konsep penciptaan dari ketidakadaan
menjadi ada, maka gereja menerimanya sebagai sifat penciptaan alam semesta.
Pada mulanya adalah ketidakadaan , lalu Allah ( theos / elohim) menciptakan
sesuatu menjadi ada, dari yang tidak ada, dari yang ada inilah yang disebbut
istilah creatio ex nihilo atau out of nothing
( dari yang tidak ada menjadi
ada).
K. Bertens m.enjelaskan Allah menciptakan dari “ yang
tidak ada” (ex nihilo). Sebelum dunia
diciptakan tidak ada apa-apa, sehingga juga tidak ada dualisme yang asasi
antara Allah dan benda, antara yang baik dan yang jahat. Allah melakukan penciptaan
dari sesuatu yang tidak ada
menjadi ada. Ini merupakan suatu loncatan, suatu transformasi dalam arti
sesungguhnya. Jadi manusia tidak hanya mengalami transformasi diri, tapi juga
melakukan hal ini dengan sengaja dan terencana. Hal yang serupa terjadi ketika
manusia mentransformasi lingkungannya. Manusia dapat melakukan hal ini karena
manusia merupakan makhluk individual yang memiliki kesadaran diri dan akal budi
untuk membawanya mengalami proses
pembelajaran secara terus menerus.
2. metamorphein dan metanoia
Penulis mengutip dalam PB
kata penting untuk menjelaskan
apa yang dimaksudkan dengan
perubahan adalah metamorphein, seperti
yang digunakan Paulus dalam tulisannya kepada jemaat di Roma dan di Korintus ( rm. 12:2; 1 kor.
3:18). Nepel menjelaskan
metarmophein adalah perubahan
pembaharuan yang sama sekali berkelainan. Sebagai manusia yang diperbaharui
secara utuh, maka orang kristen mampu melayani kristus secara bulat dan penuh, yakni bukan kepada sebagaian manusia saja dan bukan padakesempatan-kesempatan saja.
Perubahan menurut Heitink
adalah perwujudan diri sebagai manusia dan sesama dalam kasih dan kebebasan, sebagai pihak
terikat pada kesalahan dan nasib.
Manusia haya dapat berubah di jalan
pertobatan ( metanoia) dalam praktik
kehidupannya sehari-hari. Dengan demikian, tidak ada cara lain untuk berbalik kepada Allah , kecuali melalui panggilan pertobatan
dalam menanggapi karya pembebasan Kristus.
B.
Kepemimpinan Transformasi
( Transformational Leadership)
Gagasan awal mengenai gaya kepemimpinan transformasional dan transoksional
ini dikembangkan oleh James Macfregor Burns yang menerapkannya dalam konteks
politik. Kepemimpinan transoksional
didasarkan pada otoritas birokrasi dan legitimasi didalam organisasi.
Kepemimpinan transformasional merupakan suatu proses dimana pemimpin dan
pengikutnya bersama-sama saling meningkatkan dan mengembangkan moralitas dan
motivasinya. Dapat disimpulkan kepemimpinan transformasional merupakan kepemimpinan
yang mampu mendatangkan perubahan didalam organisasi karena adanya pemimpi yang
mampu memotivasipengikutnya dengan cara-cara tertentu dalam membentuk rasa
percaya diri, rasa kagum juga rasa segan
sehingga mereka berbuat lebih dari yang biasa dilakukan. Kemampuan ini
ditunjukkan melalui prilaku mempengaruhi idealisme, motivasi inspirasioanal,
stimulasi intelektual dan konsiderasi individual.
2. Tujuh Prinsip Kepemimpinan Transformasi
Erik Rees mengatakan bahwa ada tujuh prinsip untuk menciptakan kepemimpinan transformasional yang
sinergis yaitu:
a.simplifikasi: keberhasilan dari kepemimpinan
b. motivasi: kemampuan untuk mendapatkan komitmen
c.fasilitasi : kemampuan secara efektif
d. inovasi: kemampuan secara berani dan bertanggung jawab
e. mobilitas : pengerahan sumber daya
f. siap siaga : kemampuan untuk siap belajar tentang diri
mereka sendiri
g. tekad : tekad bulat untuk sampai akhir dengan baik dan
tuntas.
C. Karakter Pemimpin Transformasional
Bass dan Avolio (1996) menggambarkan bahwa pemimpin
transformasiomal pada tahap tengah
memiliki karakteristik yang menunjukkan
perilaku, memunculkan motivasi inspirasi sebagai berikut:
1.
Menunjukkan perilaku karismatik
2.
Memunculkan
motivasi inspirasional
3.
Memberi stimulasi
intelektual
4.
Memperlakukan pengikut
dengan memberi perhatian kepada individu
D.
Menuju Kepemimpinan Transformasional
Pada era
globalisasi seperti sekarang ini organisasi yang mampu bertahan dan berkembang adalah yang melakukan
perbaikan secara terus menerus ( continious improvement) dalam pembentukan
keunggulan kompetitif. Kepemimpinan
transformasi menjadi salah satu upaya
dalam menyikap perkembangan zaman , karena dalam kepemimpinan transformasi ada
sebuah proses yang memotivasi orang
dengan menarik cita-cita dan nilai moral yang lebih tinggi,
mendefenisikan dan mengartikulasikan visi masa depan dan membentuk basis
kredibilitas.
Pemimpin dikatakan
sukses jika banyak orang –orang yang mengikutinya dengan setia, taat dan
memberikan pengapdian yang tinggi. Maka sebagai seorang pemimpin atau calon pemimpin perlu kiranya kita
menjadi seorang pemimpin
transformasional.
1. Kepemimpinan transformasional dan
perubahan
Pada saat ini kehidupan berlangsung dengan banyak
permasalah dan tantangan sehingga setiap
orang dituntut untuk lebih fleksibel, kritis dan terampil berpikir kreatif sehingga mampu
menangani perubahan secara baik dan
positif. Kepemimpinan transformasi atau bisa disebiut sebagai kepemimpinan
inovasi karena banyak mengajarkan perubahan
dalam organisasi menjadi penting untuk dipahami dan dimaknai dalam
penerapannya.
2. Hubungan kepemimpinan transformasional dengan kreatifitas
Salah satu karakteristik pemimpin transformasional adalah
stimulasi intelektual. Stimulasi intelektual berarti kemampuan pemimpin untuk menstimuli pemikiran atau ide-ide pengikutnya ( intellectual
stumilation) agar meransang kreativitas
pengikutnya dan mendorong untuk menemukan pendekatan-pendekatan baru
terhadap masalah lama.
3. Pemimpin transformasional dalam perubahan kultur
Pemimpin transformasional adalah menjadi seorang “
perceptual learner” atau pembelajat yang tidak pernah mengenal lelah.
4. Kepemimpinan transformasional dalam komitmen kerja
Komitmen bekerja dimulai dari keteladanan seorang
pemimpin. Pemimpin transformasional
adalah seorang yang memiliki nilai-nilai internal yang baik untuk dapat
diteladani oleh pengikutnya. Komitmen bekerja terjadi pada seseorang apabila
diyakin bahwa harapan nya itu masuk akal
dan dapat munculnya inspilasi. Komitmen kerja merupakan kesatuan yang saling mendukung dalam mencapai proses mencapai tujuan
organisasi.
5. Kepemimpinan transformasional dalam
pengambilan keputusan
Pemimpin transformasional akan menyadari bahwa
pengambilan keputusan dalam organisasi
tidak merugikan pengikutnya. Pengambilan keputusan dilakukan berdasasrkan
proses komunikasi dan partisipasi dengan keseluruhan pengikutnya. Sedangkan pendekatan yang
diambil dapat bersifat individual atau
kelompok, sentralisasi atau dosentralisasi, partisipasi/ tidak berpartisipasi,
maupun demokratis atau konsensus.
AKTUALISASI
KEPEMIMPINAN VISIONER
A. Visi Dalam Sudut Pandang Kristen
1. Darimana visi berasal?
Gaya kepemimpinan visioner merupakan salah satu gaya
kepemimpinan kontemporer yang dianggap paling efektif saat ini. Para ahli
mengatakan bahwa visi itu penting, bahkan sangat penting. Alkitab sudah
menjelaskan bahwa “ bila tidak ada wahyu ( visi) menjadi liarlah rakyat.” (
Amsal 29:18). Melalui ayat diatas maka
jelas bagi kita umat Allah bahwa visi memiliki peranan yang sangat penting
dalam menghasilkan perubahan. Visi datangnya dari Tuhan. Tuhanlah yang menaruh
atau memberikan visi dalam jiwa seseorang. Tuhan melakukan visi kepada pemimpin
kristen karena adanya hati yang berbeban untuk melakukan kehendak Allah.
2. Visi pemimpin kristen
Visi merupakan pemberian dari ‘ mata iman’ untuk melihat
yang tidak kelihatan, untuk mengetahui
apa yang tidak mampu diketahui, dan memikirkan apa yang tidak mampu
dipikirkan. Barna menjelaskan visi merupakan gambaran mental yang jelas
mengenai masa depan yang lebih baik,
yang disampaikan Tuhan kepada para pemimpin yang adalah juga hamba-hamba
pilihan-Nya yang didasari pemahaman yang tepat mengenai Tuhan, diri sendiri dan
situasi. Pemimpin tanpa visi akan
mengalami kematian : kematian dalam hal ide-ide. Kreativitas, imajinasi,
inovasi juga evektivitas. Visi menyangkut iman, ( 2 korintus 5:7, efesus
1:18-20,3:20). Visi akan membuat umat Allah bertumbuh secara rohani dan
berkembang. Visi dari Allah memberikan kejelasan akan gambaran masa
depan. Visi itu akan hidup dalam
hati dan bergerak keluar sehingga
nyata dalam menghujudkannya. Visi
Allah memberikan masa depan yang penuh harapan karena rancangan-rancangan Allah adalah
rancangan damai sejahtera bukan rancangan kecelakaan ( yer 29:11).
3. Karakter pemimpin visioner
Visi menjadi pengikat
dalam organisasi, visi juga membimbing orang-orang kearah yang jelas
dengan sikap empati dan mendapatkan kepercayaan diri. Ada sejumlah karakter yang harus dimiliki oleh pemimpin visioner yaitu:
a. Berpegang erat kepada nilai-nilai
keimanan yang diajarkan firman Allah
b. Berjiwa melayani
c. Memiliki visi yang jelas
d. Integritas
e. Berani bertindak
f. Membangun hubungan secara efektif
g. Pemberi insprirasi dan memotivasi
kepada orang lain supaya bekerja dengan kreatif
h. Mampu merumuskan visi dengan jelas
i.
Komitmen yang
jelas
j.
Agen perubahan
Upaya untuk membangun karakter pemimpin visioner dapat dilakukan melalui
pengalaman, pendidikan dan latihan, pembinaan spiritual, dan internalisasi
secara kontinu.
B. Kepemimpinan Visioner
1. Konsep kepemimpinan visioner
Kepemimpinan visioner (visionary Leadership) muncul
sebagai respon dari statement “ the only thing of permanent is change” yang
menuntut pemimpin memiliki kemampuan
dalam menentuan arah masa depan melalui visi. Gereja sebagai sebuah
organisasi tidak terhindar dari perubahan karena itu gereja harus bisa menjadi
sebuah organisasi pembelajaran yakni sebuah organisasi yang dibangun atas
keimanan dan nilai-nilai teologis yang kuat, juga orang-orang secara
terus-menerusmau menerus kapasitas dirinya untuk mencapai performa terbaiknya.
2. Strategi pemimpin visioner
a. Fokus pada tujuan organisasi
b. Membuat rencana jangka panjang
c. Mengembangkan visi bagi masa depan organisasi
d. Selalu berada dalam kondisi siap dan
dinamis untuk perubahan
e. Selalu mengetahui perubahan kebutuhan konstituen/pelanggan
C. Kompetensi pemimpin visioner
Barbara brown mengajukan sepuluh kopetensi yang harus
dimiliki oleh pemimpin visioner yaitu:
1. Visualizing
2. Futuristic thinking
3. Showing foresight
4. Proactive planning
5. Creative thinking
6. Taking risks
7. Process alignment
8. Coalition building
9. Continuous learning
10. Embracing change
D. Peran pemimpin visioner
1. Peran penentu arah (direction setter)
2. Agen perubahan ( agent of change)
3. Juru bicara (spokesperson)
E. Kekuatan visi bagi pemimpin dan organisasi gereja
Dengan adanya visi dari Allah, pemimpin visioner akan
mampu memberikan yang terbaik dari dirinya. Visi memiliki kekuatan yang besar dan dasyat bagi perubahan,
pertumbuhan dan pengembangan organisasi gereja. Ada empat kekuatan visi bagi
gereja yaitu:
1. Visi menggerakkan organisasi gereja
2. Visi menentukan tujuan organisasi gereja
3. Visi memberi motivasi dalam gereja
4. Visi memberi harapan dalam organisasi gereja
PSIKOLOGI KRISTEN
A.
Memahami Makna Hidup
1. Makna hidup dalam pandangan filosofis
Makna hidup
manusia ada dua yaitu: 1. Eksitensi manusia itu sendiri dan 2.
Pengharapannya akan hidup setelah kematian. Ada 5 pandangan mengenai makna dan
tujuan hidup manusia yaitu:
a. Ateisme: penolakkan terhadap Allah
atau tidak mengakui Allah dalam alam semesta
b. Eksistensialisme : sebagai usaha untuk memfilsafatkan sesuatu dari sudut
pandang pelakunya
c. Nihilisme : menolak adanya Allah yang berkuasa dalam menciptakan alam
semesta dan berusaha menghilangkan eksitensi dunia ini.
d. Humanisme : menganggap bahwa : a. Manusia sebagai individu rasional yang
paling tinggi keberadaannya, b. Manusia sebagi sumber terakhir, c. Mengutamakan perkembangan kreatifitas dan
moralitas individu secara rasional dan menolak dihubungkan suatu yang
adikodrati.
2. Makna hidup dalam pandangan kekristenan
Kekristenan
memberikan suatu pandangan yang berbeda tentang hidup
manusia.Kekristenan memberikan arti hidup sebagai anugrah dari tuhan dalam
karya agung yang direncanakan-Nya. Alkitab menjelaskan bahwa makna hidup dan
tujuan hidup harus dipahami dalam dua hal yakni:
a. Tentang keberadaan Allah
b. Tentang keberadaan Allah
3. Dimensi-dimensi Manusia
a. Dimensi keindividuan
b. Dimensi kesosialan
c. Dimensi keberagamaan
d. Dimensi kesusilaan
B.
Pengaruh tokoh-tokoh gereja terhadap psikologi
1. Agustinus of hippo ( 354-430)
a. Biografi Agustinus
St. Agustinus of hippo lahir di Tagasta, Numidia pada 13
november 354 dan meninggal 28 agustus 430. Ayahnya Patricius seorang pejabat
pada kekaisaran romawi, ibunya monica adalah penganut kekristenan yang amat
taat.
b. Ajaran-ajaran Agustinus
1. Ajaran Agustinus tentang Tuhan
2. Ajaran Agustinus tentang jiwa
3. Ajaran Agustinus tentang teori pengetahuan
2. Thomas Aquinas ( 1225-1274)
a. Biografi Aquinas
Thomas Aquinas adalah seorang filsuf dan teologi dari
italia yang sangat berpengaruh pada abad
pertengahan. Thomas dari Aquino lahir di roccasecca dekat napoli, italia pada
tahun 1225 dari keluarga bangsawan Aquinas. Ayahnya pangeran Landulf dari
Aquino dan ibunya bernama Cautess Teodora Carracciolo.
b. Ajaran-ajaran Thomas Aquinas
1. Ajaran Thomas Aquinas tentang teologi
a. Ajaran tentang Allah
b. Ajaran tentang manusia
c. Ajaran tentang sakramen
2. Ajaran Thomas Aquinas tentang jiwa
3. Ajaran Thomas Aquinas terkait dengan psikologi
C.
Kajian psikologi kristen
1. Paradigma psikologi kristen
Didalam 1 tersalonika 5:23 dan ayat-ayat alkitab firman
Tuhan yang dapat diangkat untuk menjadi
dasar dalam membangun psikologi kristen.
Alkitab memberikan penjelasan bahwa manusia terdiri dari tubuh, jiwa, roh
dan sifat manusia terdiri dari dua macam dasar realitas: fisik( bahan atau
alam) dan spiritual ( supranatural). Dalam rumusan ini ada beberapa hal yang
ditekankan yaitu:
1. Bahwa alkitab kristen berdasarkan firma Tuhan yang ditulis dalam alkitab
sebagai standar tertinggi
2. Psikologi kristen dibangun atas pola pokir
dalam kristen yang tentu saja
terlepas dari kerangka antologi (hakekat jiwa), epistimologi ( bagaimana
cara mempelajari jiwa) dan aksiologi (tujuan mempelajari jiwa) dalam cara
pandang kristen.
3. Bahwa psikologi kristen
membicarakan tentang proses, fungsi dan
prilaku yang dikaji melalui alkitab
4. Bahwa psikologi kristen sarat akan nilai etik
Dengan demikian jelas bahwa tujuan psikologi kristen
mengkaji prilaku manusia secara kompleks yang mencakup jiwa, roh, pikiran,hati,
tubuh, juga perasaan. Alkitab menggunakan istilah untuk menggambarkan manusia:
1. Manusia jasmaniah
a. Manusia lama ( efesus 4:22)
b. Manusia lahiriah ( 2 korintus 4:16)
c. Manusia duniawi ( 1 korintus 3:3)
2. Manusia rohaniah
a. Manusia baru (efesus 4:24)
b. Manusia rohani ( 1 korintus 2:15)
c. Manusia batiniah ( 2 korintus 4:16)
2. Dasar- dasar dalam psikologi kristen
Kebenaran firman Allah adalah jawaban atas semua
masalah-masalah dan fenomena-fenomena terkait dengan manusia dengan segala
keberadaan dan keunikannya. Firman Allah yang akan memberikan penerangan secara
sempurna untuk memotivasi manusia dalam mengkaji dirinya sediri, hubungan
dengan sesamanya, dan lingkungannya secara tepat dan benar. Dengan dimikian
jelas bahwa alkitab merupakan buku
pelajaran yang paling otoritatif tentang masalah perilaku manusia.
Alkitab bukanlah sebuah buku teks tentang psikologi, melainkan teks tentang
Tuhan dan hubungan-Nya dengan umat
manusia secara lengkap terkait dengan eksitensi manusia secara fisikal,
psikologikal,spiritual, dan sosial. Psikologi kristen menjadi dasar dalam membangun kesehatan mental manusia.
3. Implikasi bagi dunia kristen
Willian James mengatakan agama mempunyai efek kepada
kehidupan spiritual dan mampu
menggerakkan karya spiritual. Agama memberikan semangat hidup, meluaskan
kepribadian, memperbaharui daya hidup memberikan
makna dan kemulian baru pada hal –hal biasa dalam kehidupan.
SPIRITUAL
KRISTEN
A. Ruang lingkup spiritual kristen
1. Hakikat spiritual kristen
Hidup keagamaan
bukan hanya sekedar pengetahuan, ritual, atau seremoni, tetapi harus menjadi
pedoman dalam kehidupan. Menurut Burkhardt (1993) spiritualitas meliputi
aspek-aspek : 1. Berhubungan dengan
sesuatu yang tidak diketahui atau ketidakpastian dalam kehidupan, 2.
Menemukan arti dan tujuan hidup, 3. Menyadari kemampuan untuk menggunakan
sumber dan kekuatan dalam diri sendiri, 4. Mempunyai perasaan keterikatan
dengan diri sendiri dan dengan yang maha tinggi.
Dalam Oxford
English Dictionary, untuk memahai makna kata spiritualitas dapat diketahui dari
arti kata berikut: persembahan,dimensi supranatural, berbeda dengan dimensi
fisik, perasaan atau penyataan jiwa, kekudusan,sesuatu yang suci. Sedangkan
berdasarkan etimologi spiritual berarti sesuatu yang mendasar, penting dan
mampu menggerakkan serta memimpin cara berpikir dan bertingkah laku seseorang.
Spiritual kristen merupakan pengalaman keagamaan antara seseorang dengan Tuhan.
Semangkin tinggi spiritualitas seseorang semangkin mahir ia mengelola emosinya,
membangun hubungan harmonis dengan makhluk Tuhan lainnya, dan semangkin tinggi
spiritual sesseorang memahami makna hidupnya dan memberi makna bagi sesamanya.
2. Manusia sebagai peta teladan Allah
Manusia sebagai image of god. Inilah yang membedakan
manusia dengan ciptaan lain, image of god menjadikan manusia sebagai ciptaan
yang paling mulia dan unik. Kedewasaan rohani dapat dilihat pada umatnya
khususnya mereka yang menyebut diri pemimpin kristen / pemimpin rohani
diataranya:
1. Menjadi ciptaan baru
2. Hidup berdamai
3. Pelaku firman Allah
3. Karakteristik pemimppin spiritual kristen
Ada 13 karakter pemimpin spiritual kristen yaitu:
a. Penuh pengabdian
b. Memiliki kasih
c. Rendah hati
d. Memberi teladan
e. Memiliki kehidupan doa
f. Memiliki prisip yang kuat
g. Memiliki visi yang jelas
h. Menjadi inspirasi bagi banyak orang
i.
Memiliki integritas yang tinggi
j.
Seorang yang bertanggung jawab
k. Seorang yang multikultural
l.
Menjadi pemersatu
m. Paradigma kesulitan dan penderitaan
B. Telaah spiritual nabi Nehemia
1. Latar belakang kehidupan Nehemia
Nehemia yang berarti yahweh menghibur. Terpilihnya
nehemia karena kemahirannya mencapur
minuman khas kesukaan raja juga karena pelayanannya terbaiknya selalu diberikan
kepada tamu kerajaan. Nehemia merupakan seorang pemimpin spiritual. Nehemia
adalah salah seorang pemimpin yang inspirasional dan visioner didalam alkitab.
2. Keistimewaan Nehemia
Nehemia merupakan salah seorang pemimpin yang handal.
Keistimewaan yang dimiliki membawanya pada keberhasilan dalam memimpin, dan
karena keistimewaan ini pula Allah sangat mengasihi Nehemia, sehingga apapun
yang dikerjakannya sebagai pemimpin berhasil.
Ada sepuluh keistimewaan Nehemia yaitu:
a. Ketekunannya dalam berdoa
b. Imannya yang teguh
c. Kerendahan hatinya
d. Kecintaannya terhadap tanah air
e. Kepeduliannya akan kesejahteraan orang lain
f. Memiliki visi yang jelas
g. Keberaniannya menggung resiko untuk
langkah yang dipilihnya
h. Tanggung jawab terhadap tugas
i.
Integritas
j.
Administrator yang baik
k. Bertindak tepat waktu
3. Kepemimpinan Nehemia
Nehemia salah seorang yang memenuhi kriteria, karena itu
Allah memilih Nehemia untuk memimpin membangun reruntuhan yang ada di
Yerusalem.
a. Nehemia seorang pemimpin yang visioner
b. Nehemia seorang motivator
C. Telaah Spritual Ezra
1. Latar Belakang Kehidupan Ezra
Nama Ezra berarti “ pertolongan “. Ezra berasal dari
keturunan imam, keluarga zadok. Ezra dikenang karena kepemimpinan spiritualnya.
Kemampuaannya menggerakkan dan mempengaruhi orang untuk membangun kehidupan
rohaninya.
2. Karakter Ezra
a. Pendoa yang setia
b. Hidup dengan iman
c. Ezra setia pada firman Tuhan
d. Tidak mementingkan diri sendiri
e. Pemrakarsa pembaharuan
f. Finansial yang jujur
3. Peminpin yang inspirasi
Ezra merupakan pribadi yang menangkan, bersahabat, dan
terbuka terhadap hal-hal yang ada disekitarnya. Ezra adalah seorang pemrakarsa
kebangunan rohani. Pengabdian, dedikasi dan kecintaannya pada Allah ditunjukkan
melalui perkataan, sikap dan perbuatannya. Melalui kehidupan ezra, kita sebagai
pemimpin kristen/ rohani diajar bahwa teori, metode, model atau stategi
kepemimpinan bisa saja dipelajari. Suatu pengalaman yang didalamnya kita diajar
untuk mangajar, dididik untuk mengubahkan, dibentuk menjadi teladan, dan
dibaharui untuk memperbaharui.
D. Upaya-upaya untuk meningkatkan spiritual kristen
1. Memiliki kehidupan doa dan puasa
2. Disiplin dalam membaca
3. Temukan tujuan/ makna hidup
4. Melatih iman, kesabaran, dan pengharapan
5. Melatih sikap fleksibel
6. Kesadaran yang tinggi terhadap diri
dan lingkungan
7. Melatih berpikir secara holistik
8. Melatih keberanian menghadapi dan memanfaatkan kesulitan
9. Melatih kemampuan refleksi tinggi
10. Kemampuan berkontemplasi tinggi
11. Tumbuhkan kepedulian, kasih sayang, dan kedamaian
12. Melatih kepekaan diri terhadap suara roh kudus dan bisikan
13. Melatih diri melayani dan rendah
hati
KONSELING KRISTEN
A.
Hubungan antara teori konseling dengan kepemimpinan
1. Pendekatan teori konseling
Teori-teori ini kemudian dikembangkan dalam konseling diantaranya:
a. Pendekatan cognitive learning atau pembelajaran kognitif
b. Pendekatan behavioral
c. Pendekatan humanistik
d. Pendekatan gestalf
e. Pendekatan operant learning
f. Pendekatan unitative learniang atau yang dikenal dengan istilah social
modeling
g. Pendekatan emotional learning atau
yang dikenal dengan istilah social modeling
h. Pendekatan psikoanalisa
i.
Pendekatan konseling pribadi
2. Teknik konseling dalam kepemimpinan
a. Asertif digunakan untuk membantu konseli dalam hal ini orang yang dipimpin
atau bawahan mampu mengungkapkan perasaan-perasaan yang dialami dengan cara
–cara yang baik
b. Desensisasi sistematis merupakan teknik konseling behavioral
c. Pengkondisian Aversi bertujuan untuk meningkatkan kepekaan konseli mengamati respon pada stimulus yang
disenanginya dengan kebalikan stimulus tersebut
d. Pembentukan prilaku model
e. Adaptive
B.
Memahami konseling kristen
1. Pengertian konseling kristen
Beberapa pengertian konseling dan rumusnya akan membantu
kita memahami bagaimana pentingnya konseling.R. Collins menyebut konseling
kristen sebagai konseling alkitabiah, dan mendefenisikan “konseling kristen” (
konseling alkitabiah) adalah usaha yang dilakukan oleh konselor kristen untuk
membantu orang kristen lain ( konseli) dalam menlani proses pengudusan yang
dilakukan oleh Allah, dengan demikian diharapkan hal ini akan memungkinkan
konseli akan menemukan hidup yang sesuai dengan kehendak Tuhan dan menjadi
semangkin serupa dengan kristus.
2. Tujuan konseling kristen
Ada beberapa tujuan konseling kristen antara lain :
a. Membantu konseling melakukan kehendak Tuhan sesuai dengan yang
difirmankannya
b. Menolong konseling dalam memaknai tujuan hidupnya didalam Tuhan yakni hidup
menyenangkan hati Tuhan
c. Membina Iman konseli untuk mengerti dan memahami rencana dan kehendak Allah
d. Memberikan saran kepada konseli dalam pengambilan keputusan sesuai firman
Tuhan
e. Memperluas cakrawala konseli
f. Menasehati konseli
3. Prinsip- prinsip konseling kristen
a. Firman Allah
b. Kuasa Roh Kudus
c. Kasih Allah
C.
Tahap- tahap Konseling kristen
1. Tahap perkenalan dan pembinaan
2. Tahap membangkitkan minat
3. Tahap membina hubungan
4. Tahap menungkapkan
5. Tahap penjajakan masalah
6. Tahap pembahasan bersama
7. Tahap membangkitkan kesadaran konseli untuk berubah
8. Tahap evaluasi
D.
Menjadi konselor kristen yang unggul
Ada sejumlah ciri-ciri konselor yang ideal berdasarkan alkitabiah yaitu:
1. Memiliki kasih Yesus
2. Memiliki tingkat kerohanian yang baik
3. Dipenuhi roh kudus
4. Optimis dan responsif terhadap konseli
5. Memiliki sikap empati
6. Memahami konseli
7. Berminat dengan sungguh-sungguh menolong meringankan beban konseli
8. Senantiasa berbuat baik
9. Memiliki pengetahuan yang luas
10. Bersikap etis dan bertanggung jawab
E.
Peran konseling kristen dalam pengembangan kepemimpinan
Telah dijelaskan diatas bahwa konseling kristen berakar pada kebenaran
alkitab yaitu firman Tuhan. Konseling menjadi salah satu cara yang efektif
dalam mengatasi perbedaan-perbedaan yang ada sehingga setiap individu mampu
menerima dan mengahargai individu yang lain. Berperan sebagai konselor berarti
pemimpin sedang melaksanakan perannya sebagai fasilitator, pemberi arahan,
penasehat dan sebagai teman.
Comments
Post a Comment