PENGUDUSAN DAN KESEMPURNAAN DAN HUKUM TAURAT DALAM KEHIDUPN KRISTEN


PENGUDUSAN DAN KESEMPURNAAN DAN HUKUM TAURAT DALAM KEHIDUPN KRISTEN [1]
(hal 318-349)

      PENGUDUSAN DAN KESEMPURNAAN
                        kita akan Memeriksa pandangan PB tentang kesempurnaan untuk menemukan apakah cita-cita itu dapat di ungkapkan secara paling penuh dalam hidup ini. Peristilahannya hanya di jelaskan terlebih dahaulu. PB lebih memperhatikan proses menguduskan atau dikuduskan daripada memperdebatkan kodrat pengdusan itu. Bila kita berbicara tentang pengudusan, ita tidak mengabaikan segi dinamis dari gagasan itu. Kita akan mendapat bukti bahwa PB mendukung adanya suatu proses pengudusan dari pada suatu peristiwa pengudusan yang terjadi sekali untuk selamanya.                                
                                                                                                                        Hal:  318
       Kitab-kitab Injil Sinoptik
Ø   Salah satu pernyataan Yesus tentang cita-cita Kristen yang paling jauh jangkauanya ialah ( Mat 5 : 48 “haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna” wawsan kesempurnaan ini mempunyai pola yang paling tinggi, yaitu tak kurang dari kesempurnaan Allah sendiri. Cita-cita kesempurnaan itu membutuhkan otoritas Yesus sendiri supaya di anggap otentik (asli).
Ø  Istilah yang dipakai (Teoleios) dengan tepat berarti lengkap. Lagi pula ucapan ini muncul dalam pembahasan tentang kasih, dan mungkin saja bahwa kesempurnaan yang di maksud ialah kesempurnaan kasih.                                                          Hal: 319
Ø   Ada petunjuk yang jelas dalam Kitab-Kitab Injil sinoptik bahwa cita-cita yang di tetapkan dihadapan orang-orang tidakalah bisa dicapai dan lebih merupakan sasaran yang akan di penuhi dimasa depan.
                                                                                    Hal: 320

      Tulisan-tulisan Yohanes
Ø    Mengenai tema kita yang sekarang terdapat lebih banyak bukti dalam injil Yohannes yang diengkapi dengan 1 Yohanes daripada dalam kitab-kitab injil sinoptik.
Ø   Tema kasih terutama adalah khas tulisan-tulisan yohannes. Sebagai suatu kebajikan Kristiani, kasih itu berakar dalam kasih Allah kepada anaknya karena kasih sang Bapa (Yoh 3:35)- Yoh 5:20- Yoh 10:17- Yoh 15:9- Yoh17:24- Yoh 13; 15:9,12.                                     hal :321
Ø   Yohanes tidak hanya mengemukakan kasih sebagai suatu cita-cita untuk prose pemgudusan, melainkan juga menampilkan yesus sebagai yang menguduskan dirinya sendiri (Yoh 17:19). Tak kala Yesus berkata “aku menguduskan diriku bagi merek, supaya mereka pun dikuduskan dalam kebenaran” (ay 19)pasti yang ia maksudkan bukanlah menjadi suci, melainkan “menguduskan dirin-Nya bagi suatu tugas suci”. Dan berikut adalah ayat-ayat yang menekankn betepa pentingnya Roh untuk mencapai cita-cita dalam kehidupan Kristen : ( Yoh 3:3-5, Yoh 6:63, Yoh 3:34, Yoh 14:26, Yoh 16:13, Yoh 15:26, Yoh 16:7 dst)
                                                                                    hal:322-323
Ø   Kebanyakan tema yang di sebut diatas  muncul kembali dalam surat-surat Yohanes. Tema kasih dirangkumkan dalam peryataan bahwa Allah adalah Kasih (1 Yoh 4:81)
Ø   Soal kesempurnaan tanpa dosa terdapat dalam surat 1 Yohanes walaupun tidak dalam Injil Yohanes. “Karena itu setiap orang yang tetap berada di dalam Dia, tidak berbuat dosa lagi; setiap orang yang tetap berbuat dosa, tidak melihat dan tidak mengenal Dia dalam  1 Yoh 3:6 dan 1 Yoh 3:9 dan 1 Yoh 5:18. Ketiga ayat ini nampaknya menuntut bahwa setiap orang percaya dapat hidup dalam kesempurnaan tanpa dosa.                                                                                    Hal :323
Ø  Pokok masalahnya hanya dapat dipecahkan berdasarkan pemahaman yang tepat akan dosa. Sangat nyata bahwa Yohanes membuat perbedan antara dosa yang mendatangkan maut dan yang tidak mendatangkan maut.
                                                                                                hal : 324
      Hukum Taurat dalam Kehidupan Kristen
  1. Kitab-Kitab Injil Sinoptik
Ø  Disini kita akan memperlihatkan kata “Hukum” dan juga memperlihakan pemakainya, kata ini tidak pernah di pakai dalam marku, tetapi muncul 8 kali dalam Matius dan 9 kali dalam Lukas.
Ø  Arti Hukum yang terutama ialah Hukum Taurat
                                                                                                Hal: 335
q   Kita akan menggolongkan bukti tentang pandangan yesus mengenai Hukum taurat dalam dua bagian  umum :
Ø  Bukti yang menunjukkan bahwa yesus menghargai Hukum Taurat.
Ø  Bukti yang memperlihatkanya sebagai pengecam Hukum Taurat.
                                                                                    hal: 336
      A. Pandangan Yesus terhadap Hukum Taurat
                        Dalam kehidupannya, Yesus menghargai hukum Taurat, ia mengikuti kewajibannya menjalankan hukum Taurat, ia pergi kebait Allah mulai dari kecilnnya, ia belajar taurat, ia membayar bea untuk bait Allah (mat 17:24-27).  Akan tetapi pengajaran Yesus menekankan bahwa prinsip taurat harus diterima secara posistif.
                                                                                                hal:336
                        Markus memperlihatkan kecakapan Yesus mengerti hukum taurat dan menafsirkannya.  Ketika orang kaya ingin tahu bagaiman ia memperoleh hidup kekal (Mrk 10:17-18), Yesus menjawa dengan mengutip enam bagian dari Sepuluh Perintah, bahkan ia menekankan bahwa tidak cukup seseorang mentaati perintah itu namun  ia harus berserah kepada firman-Nya.  Dan matius memperlihatkan bahwa mentaati hukum taurat tidak boleh hanya kerean kewajiban semata, tetapi harus merupakan bentuk ketaatan yang sepenuhnnya, pernyaataan kasih  kepada Allah dan sesama (bnd. Mat 23:5 &Mrk 12:28)                                                                  Hal:338



      B. Kesadaran Yesus Bahwa Hukum Taurat Tidak Lengkap
                        Ajaran dan Kehidupan Yesus menuntut lebih dari kataatan kapada Taurat, taurat mengajarkan jangan membalas dendam tetapi Yesus mengatakan agar kita tidak hanya tidak membalas dendam tetapi kita diajarkan untuk mengampuni (x:orang yang tidak membalas dengan belum tentu sudah mengampuni, mungkin ada kebencian tetapi tidak bertindak)—bnd Mat 5:38-39. Taurat mengajarkan untuk memaafkan 7 kali tetapi Yesus berkata harus memaafkan 70x7 kali.    Hal : 339
      Donal Guthrie menyimpulkan beberapa hal mengenai pandangan Yesus terhadap Hukum Taurat menurut Injil Sinoptik:
1.  Yesus menganggap hukum taurat sebagai ketetapan Allah yang bersifat berwibawa dalam hal-hal agama.
2. Ia melihat kebutuhan untuk menembus kepada hal-hal batiniahnya, yang membuatnya lebih dari sekedar hal-hal lahirian.
3. Ia tidak pernah menganggap bahwa hubungan manusia denga Allah dapat didasarkan pada pemeliharaan hukum Taurat karena ini digantikan oleh kerelaan Allah mengampuni manusia berlandaskan misi Yesus.
4. Perjanjian yang lama diganti dengan perjajian yang baru (Mat 26:26) dan yang baru menggenapi yang lama.                                                              Hal : 340
      Tulisan-tulisan Yohanes
                        Pemakaian kata nomos (hukum) dalam Injil Yohanes sama pemakaiannya dengan Injil Sinoptik.  Pemakaiaan kata hukum ditekankan kepada kelima kitab Musa, namun kutipan kitab diluar kitab Musa (kitab para nabi) juga dikatakan hukum (bnd:Yoh 10:34; 12:34).  Dalam Yohanes kata hukum (nomos) pasti mengungkapkan keseluruhan kitab PL.  oleh sebab itu, penggunakan Hukum Taurat dibandingkan dengan anugerah yang datang oleh Kristus. 
                        Injil Yohanes memperlihatkan pendekatan yang baru terhadap Taurat oleh Yesus.  Seperti dalam Injil Sinoptik, pusat pembicaraan mengenai hukum taurat bertolak pada hari sabat.  Yaitu sikap Yesus yang tetap mengadakan pekerjaan pada hari sabat, khusunnya menyembuhkan pada hari sabat, hal ini terjadi karena kegiatan Allah tidak berhenti pada hari sabat (Yoh 5:17).  Namun dalam bagian ini Yesus ingin memperlihatkan bahwa Ia adalah Allah yang berhak atas hari sabat dan tetap melaksanakan kegiatan pada hari sabat dan bahwa lebih penting menyelamatkan seseorang ketimbang melakukan kegiatan agama yang secara lahiriah saja.   Hal :342
                         Sikap Yesus terhadap Taurat merupakan tindakan-Nya untuk memperlihatkan kepada banggsa yahudi bahwa penafsiran Yahudi yang traisional itu keliru.  Yahudi mengizinkan melakukan sunat pada hari sabat (Yoh 7:22-23) namun tidak mengizinkan melakukan penyembuhan pada hari sabat.
                        Yesus memperlihatkan bahwa bagi Yesus taurat member kesaksian tentang Dia bukan mempersalahkan Dia dan Taurat tidak mengikat dia sebab Ia adalah Anak Allah.
      Kisah Para Rasul
                        Kisah para Rasul mencatat kisah yang menunjukan bahwa orang Kristen awal tetap memberikan penghargaan tinggi kepada taurat bahkan sebagia mereka tetap memegang taurat syarat memperoleh keselamatan, hal ini dibuktikan dengan adannya sidang di Yerusalem yang membahas mengenai sunat.  Memang sebagain dari mereka sudah ada yang dapat memahami makna Kekristenan yang benar.  Sebagian dari mereka menerima kenyataan bahwa turunnya Roh Kudus keatas orang-orang bukan Yahudi (tidak memiliki Taurat) merupakan bukti bahwa Allah mengaruniakan kepada mereka keselamatan (Kis 11:18).                 Hal: 347
                        Penafsiran mereka yang salah terhadap taurat merupakan suatu yang sangat sulit dilakukan, latar belakang mereka telah sangat mempengaruhi pandangan dan pemahaman mereka, bahkan Petrus memerlukan penglihatan Ilahi untuk membuatnnya yakin bahwa pandangan yang menurut mereka baru adalah benar.  Namun  pada akhirnnya penerimaan akan pandangan yang baru ini dapat diterima.                                 Hal: 348
      Paulus
                        Untuk mengerti pandangan teologis Paulus secara tepat, maka sangat penting untuk memahami sikapnya terhadap Taurat, baik sebelum maupun sesudah pertobatanya. Pengalamanya sendiri mempengaruhi cara penggungkapan keyakinan: kendati demikian ajarannya memberi landasan penting bagi suatu pandangan yang benar-benar “Kristen” dan karena itu normatif, terhadap Turat dan Kemerdekaan.                                                          Hal: 349



[1] Ringkasan Buku:  Donald Guithree.  Teologi Perjanjian Baru 2 (Jakarta:BPK, 1996)

Comments