PERAN HUKUM TAURAT DALAM ETIKA KRISTEN (95)



BAB 1
PEMBAHASAN

PERAN HUKUM TAURAT DALAM ETIKA KRISTEN .
Didalam kitab PL, Hukum taurat biasa disebut dengan “ Tora” . kata Ibrani ini asalnya dari kata kerja “ Hora “ , yang artinya mengajar [1] . dalam PB keempat injil Yesus yang diwarnai sikap dan perjalanan kehidupan Yesus terhadap Hukum Taurat a, bukan lah perantaran antara Tuhan dengan manusia [2] dan juga menjadi Salah satu tema yang menonjol pada zaman yesus adalah peran hukum taurat , masalah itu merupakan pokok perselisihan antara yesus dengan golongan golongan di sekitarnya serta antara paulus dan beberapa aliran dalam gereja perdana, maka pertanyaan pokok bagi kita ialah : apakah hukum taurat masih memegang peran dalam kehidupan Kristen ? jawaban yang diberikan kepada pertanyaan ini mendasari seluruh wawasan kita mengenai etika Kristen .menurut buku Dr. J. Verkuyl agama tanpa etika adalah sama dengan kemunfikan , etika tanpa agama adalah sama dengan kefasikan.[3]
A.     Warisan reformasi.
Untuk menjawab pertanyaan di atas tidak bias hanya dipecahkan oleh perjanjian baru sekali selamanya, melainkan dengan sejarah pemikiran Kristen dan gereja gereja reformasi,.Sehingga pertanyaan ini menimbulkan perdebatan yang berbeda antara LUTHER dan CALVIN. Zaman reformasi ini di kenal sebagai masalah “ hukum dan injil” ( law and gospel) [4] . gereja katolik Roma tidak mengadakan perbedaan antara titah yang pertama dengan titah yang kedua, tetapi kedua titah tersebut dijadikan satu dan titah yang kesepuluh dibaginya menjadi dua. Agar titah yang kedua ( tidak menyembah patung ) agak terdesak kebelakang, oleh sebab itu menurut pandangan katolik Roma, menyembah Santa dan Santo oleh aliran Protestan dipandang sebagai pelanggaran titah yang kedua, oleh sebab itu , titah yang kedua itu harus dibedakan dari titah yang pertama, gereja Lutheran memasukan titah yang kelima kedalam loh yang pertama, gereja calvinis memasukan keempat titah yang pertama kedalam loh yang pertama dan keenam titah berikutnya kedalam loh yang kedua[5]
Pandangan Luther
Luther sangat jelas membedakan antara hukum dengan injil, sebagai perbedaan antara “ karya allah yang aneh “ dan “karya allah yang wajar”[6]. Karya yang aneh itu terungkap dalam murka dan hukuman allah terhadap dosa, dan wajahnya yang beralih karena dosa, jadi, hokum yang aneh ini selalu menuduh dan mengancam, mendakwa dan membunuh .tetapi melalui itu timbul lah “karya allah yang wajar” melalui injilnya” hokum menunjuk kepada penyakit : injil,kepada orang yang bertobat. “ dan kristus mengaruniakan kepada kita kebenaran dan membebaskan orang yang percaya dari kuk hukum.  Dengan kebenaran kristus, manusia hidup sebagai putra allah yang bebas dibimbing roh suci .dan tidak lagi berdiri di bawah hukum.
Pandangan Calvin
Calvin setuju dengan Luther hukum menyadarkan orang tentang dosa dan mengantarkannya kepada kristus ,demikian pula bahwa karena anugrah kristus , kita dibebaskan dari paksaan dan ancaman hukum agar dapat hidup dibaewah pimpinan Roh. Tetapi ada juga perlawanan nya dengan Luther , hukum ini masih mempunyai peran positif ,hukum masih perlu bukan hanya untuk peringatan malinkan juga lebih lebih sebagai pendidik moral, menyangkut peran utama ini, maka konsep “ hukum “ menurut Calvin:  merangkum baik hukum musa maupun petunjuk petunjuk perjanjian baru, pentingnya , wewenang hokum taurat tidak mengendur. [7]
Perbandingan
Demikian lah pandangan kedua tradisi reformatories kenyataan nya masing masing wawasan mengandung unsur unsur yang cukup menyakinkan.Tetapi juga mempunyai kelemahan tersendiri bahwa Calvin menyadari bahwa orang Kristen perlu didikan dan dibina oleh pedoman hidup yang berwibawa dan tegas. Luther sebaliknya , justru menekankan pembaharuan yang dilaksanakan kristus yang melepas orang yang mengandalkan dia dari belenggu hokum agar orang itu dapat hidup bebas dibawah tuntunan roh Suci. Pendeknya, Luther membedakan Hukum dan Injil terlalu tajam sehingga ia membuka jalan kea rah “ antinomisme” . yaitu sikap yang menyakal norma dan patokan.
Khususnya karena istilah istilah “antinomisme” dan “legalisme”  disebutkan, maka perlu diulangi peringatan bahwa kupasan ini ditujukan pada tradisi Lutheran dan Calvinis ketimbang kepada Luther dan Calvin sendiri.
Pandangan Althaus
Sekarang kita akan meninjau usaha Althaus untuk ememcahkan masalah ini dalam uraiannya , ia menambahkan kepada pasangan “hukum injil “ satu gagasan lagi yaitu “ Perintah “ dan ini hamper sama dengan Hukum . perintah di hubungkan dengan pemerintahan allah, yaitu sebagai unsur tetap dalam hubungan allah dengan manusia . lalu althaus membedakan antara perintah allah yang permanen dan bentuk yang khas dalam hokum taurat yang di peruntukkan bagi bangsa tertentu selama masa yang terbatas. Dilihat dari kepatuhan musa dalam hukum allah maka biar di katakana perintah allah masih di insafi. Althaus mengatakan “ orang Kristen terlepas dari hukum , tetapi tidak terlepas dari perintah . perintah ilahi, yang karena hukum digeser dari tempat yang sepantasnya, sekarang di pulihkan melalui injil kepada kedudukan yang asli[8]
Akibat pandangan althaus dapat disimpulkan demikian : kita jangan menyalah artikan perintah allah didalam kristus sebagai tata aturan, karena perintah itu memanggil untuk hidup didalam kebebasan roh kristus “: “ dimana roh tuhan ada, disitu juga ada kemerdekaan “ ( 2 kor 3 :17) tetapi berdampingan dengan itu penting dipahami bahwa kebebasan tidak bertentangan dengan perintah kristus karena kebebasan ditemukan justru melalui perhatian pada tuntunan tuntunan injil itu .
Penutup
Kini kita kembali kepertanyaan yang di ajukan pada awal tadi, “ apakah hokum taurat masih memegang peranan dalam kehidupan Kristen ?” jawabannya
1.      Bahwa allah yang mengungkapkan kehendaknya bagi kita melalui perintah kristus adalah sama dengan allah yang telah menyingkapkan kehendak nya kepada kaum Israel melalui taurat .karena itu kita masih dapat mengharapkan penjelasan mengenai kehendak itu dengan memperhatikan hukum taurat juga.
2.      Bertolak belakang dari kenyataan bahwa wawasan etis perjanjian baru mensyaratkan pandangan perjanjian lama dengan tidak selalu menyebutkan : apalagi perjanjian lama meliput pelbagai matra dalam pengalaman manusia yang jarang disinggung dalam perjanjian baru.
B.     YESUS DAN HUKUM TAURAT
Dalam  pasal pertama injil Markus , pada waktu yesus sedang mengajar dalam sinagoge, para hadirin takjub mendengar pengajarannya, lalu berkata satu sama lain : “apa ini? Suatu ajaran baru “ kata yunani yang digunakan adalah didakhe.yaitu ajaran moral. Yesus juga memenuhi Tuntutan – tuntutan Hukum Taurat yang berarti bahwa Yesus dengan segenap hati tunduk kepada tuntunan Hukum Taurat terdapat pada khotbah dibukit [9]
1.      Yesus Mensyaratkan Suatu Patokan Hukum Taurat Yang Lebih Mendasar
Bagi kaum yahudi , hukum taurat merupakan pengungkapan sempurna akan kehendak allah dan yang akan dilestarikan selama lamanya. Bagi yesus juga kehendak allah terungkap melalui hukum taurat.

Bukti pertama
Perhatikan larangan yesus terhadap perceraian tertulis dalam markus 10 : 9. Apa alasan yesus melarang perceraian biarpun di peroleh hukum taurat ?yang dirumuskan demikian : “ pada awal dunia allah menciptakan mereka laki laki dan perempuan” sebab itu laki laki akan meninggalkan ayah dan ibunya dan bersatu dengan istrinya sehingga keduanya itu menjadi satu daging.
Bukti kedua
Tidaklah berlebihan kiranya bila dikatakan bahwa, dari sudut pandangan yesus , hukum taurat seleruhnya diadakan untuk manusia bukan manusia untuk hukum taurat. Taurat dimaksudkan demi kesejahteraan manusia, sebagaimana telah kita tekankan dalam pembahasan mengenai “ Taurat sebagai karunia”
Disini sebaiknya disisipkan sepatah kata tentang salah satu pokok perdebatan, yakni : apakah kecaman kecaman yesus tertuju pada hukum taurat sendiri atau hanya pada tradisi penatua penatua .

Patokan lengkap
Yesus memahami kehendak allah dalam terang kedatangan pemerintah allah, maka kepedulian yesus bukan pada soal “ apa yang telah tersurat?” melainkan “ apa yang dirancangkan allah demi kesejahteraan manusia ?” maka patokan lengkap yang menggantikan hukum taurat dapat dirumuskan demikian .
2.      Yesus Bertindak Dengan Wibawa Terhadap Hukum Taurat
Tentu kita sekalian sepakat bahwa kehendak allah adalah norma yang selalu berlaku dalam kehidupan orang Kristen , namun tetap ada pertanyaan mengenai bagaimana kehendak itu dapat kita ketahui.

Antitese-antitese
Dalam antitese pertama dan kedua , tentang pembunuhan dan perzinahan , yesus menuntut supaya larangan masing masing hukum juga mencakup sikap batin ; jangan marah terhadap saudaramu dan jangan memandang seorang wanita dengan nafsu. Antitese keempat (hal bersumpah) dan kelima( hal yang membalas dendam ) sama sekali melawan bahkan meniadakan hukum hukum yang bersangkutan.
Kelahiran Ritual
Kewibawaan yesus tampak lagi dalam sikapNya terhadap soal ketahiran ritual, peraturan tentang hal yang tahir dan yang najis , tentang makanan yang halal dan yang haram menduduki tempat penting dalam hukum taurat .
Bukan hanya peraturan halal-haram yang ditiadakan yesus, tetapi juga seluruh wawasan yang mengaitkan kesucian dengan tanda tanda lahirlah dan jasmaniah.pertimbangkan peristiwa yang dikisahkan dalam Lukas, mengenai seorang wanita yang sudah duabelas tahun menderita perdarahan , lalu  mendekati yesus dan menyentuh ujung jubahnya ingin disembuhkan.


Yesus dan Dosa Titah
Tentu saja penaidaan beberapa bagian hukum taurat tidak menentang pernyataan bahwa yesus tidak berniat meniadakan inti sarinya Melainkan untuk menggenapinya. Dalam kaitan ini, dapatkah dikatakan bahwa yesus menggenapi teras hukum taurat , yaitu kesepuluh perintah

3.      Yesus Sendiri Sebagai Perwujudan Kehendak Allah Yang Sempurna Menggantikan Hukum Taurat
Kita baru melihat bahwa kewibawaan Yesus Secara Konkret melampaui wewenang hukum taurat.Lalu langkah ketiga sudah nyata, yaitu bahwa hukum taurat digeser dari kedudukan utama, kemudian digantikan dengan yesus sendiri. Yesus adalah pembawa anugrah ilahi dan pemerintahan allah hadir dalam diri yesus,
Pada dasarnya, bukan hukum baru yang menggantikan hukum lama, pemandu orang Kristen bukanlah sepasang hukum sebagai pengganti kesepuluh huku, bahkan bukam “hukum kasih “ yang menggantikan enam ratus delapan belas hukum dalam taurat.
Penggeseran taurat sebagai jalan keselamatan belum dapat di beritakan, namun tanda tanda sudah muncul sepanjang pelayanan yesus bahwa peranan taurat sedang berubah pertanda bahwa dalam kegiatan Nya pemerintah allah sudah mulai mewujud di tengah tengah tatanan lama.

C.     PAULUS DAN HUKUM TAURAT
Garis Batas Antara Dua Zaman
Bagaimanakah bisa terjadi bahwa paulus yang dulu begitu menekuni hukum Taurat , kini mengganti kesetiaannya pada taurat dengan pengandalan pada kristus ? perubahan mendalam ini pasti dimulai pada saat ia mendengar perkataan dari mulut yesus yang telah bangkit, “ akulah yesus yang engkau aniaya” (kis 9:5) .
Selain itu, paulus sadar akan kekhilafannya dalam hal menganiaya pengikut pengikut yesus. Tadinya ia yakin bahwa atas nama hukum taurat mereka harus dianiaya karena mereka sedang memberitakan masias palsu.
Sekarang kita mempunyai jawaban pada soal mengapa secara begitu mendadak taurat dalam pemikiran paulus digeser dan diganti dengan pribadi yesus. Kemesiasan allah dinyatakan terlebih dahulu kepada kalangan yang tidak setia pada taurat dan ia pun di salibkan. Ternyata bagi paulus kematian kristus ( dan pasti harus ditambahkan kebangkitan kristus pula ) merupakan garis batas antara dua zaman .kenyataan ini dapat kita gunakan untuk merangkakan uraian selanjutnya.


Peranan Taurat Hingga Kristus
Paulus mengenal kedua wajah yang ditampilkan oleh hukum taurat.Sementara para ahli melihat disini suatu ambiguitas atau kekurangtegesan pemikiran paulus, tetapi lebih tepat kalau ini diuraikan sebagai kepekaan paulus terhadap sejarah nyata dari taurat dalam pengalaman kaum Israel. Paulus berbicara tentang  pemerintahanallah yang tunggal yang memenuhi seluruh hukum taurat. Menurut nya penerimaan hukum taurat merupakan salah satu warisan istimewa bagi kaum Israel, demikian lah segi positif dari penilaian paulus.
Akan tetapi peranan negative nya : antara taurat sebagai karunia allah dan taurat sebagai tuduhan  dan hukuman karena dosa.
Akhirnya peranan taurat hingga kristus ditegaskan sebagai yang mengurung orang di bawah kekuasaan dosa “ sebagai pengawas kita sampai kristus datang “ begitu kristus datang kita tidak lagi seperti budak yang tahluk kepada hukum taurat melainkan kita telah dilepaskan menjadi putra/I yang dewasa dalam kerajaan allah.
Kristus Sebagai Kesudahan Taurat
Sub judul ini bertumpu pada surat roma 10 : 4 .kata aslinya adalah telos yang mengandung dua arti : akhir dan sasaran. Arti manakah yang dimaksud paulus. Menurut penulis, kita tidak perlu membedakan kedua arti tersebut ,yang penting adalah asal kita mengingat bahwa dengan menyempurnakan hukum Taurat , kristus membawa niatnya yang asli kepada sasarannya serta menggantikannya dengan sesuatu lebih sempurna yaitu dirinya sendiri
Keadaan baru ini tidak diartikan oleh paulus sebagai kelonggaran untuk berbuat semaunya. Ia mengatakan “ memang kamu telah di panggil untuk merdeka . tetapi janganlah kamu mempergunakan kemerdekaan itu sebagai kesempatan untuk kehidupan dalam dosan melainkan layanilah seorang akan yang lain kasih. ( Gal 5 : 13) dalam hal ini paulus mendahului Calvin yang menitikberatkan juga pada tuntutan yang terkandung dalam injil.
D.    HUKUM TAURAT DAN KASIH
Kasih merupakan pokok utama dari Hukum Taurat, dimana didalamnya Allah menuntut kasih “ kasih itu adalah kegenapan Hukum Taurat “ . Allah menuntut apa yang diberukan-Nya yakni kasih. Kasih dalam tuntutan Hukum Taurat diuraikan Sebagai Berikut :
·         Bagian Pertama ( hukum taurat 1-4 ) : hukum untuk mengasihi Allah
·         Bagian kedua ( Hukum Taurat 5-10 ) : hukum untuk mengasihi sesama.[10]
a.       Kasih kepada Allah
Kita mengasihi Allah sebab Allah lebih dahulu mengasihi kita dengan mengutus anaknya sebagai perdamaian bagi dosa dosa kita, kasih terhadap Allah berarti hidup dari kasihnya dan dikuasai oleh anugrah Allah [11] kasih kepada allah menuntut suatu perhatian yang khusus serta waktu khusus seperti doa dan pergumulan dengan firman Allah. Allah meminta kemauan kita, tetapi ia meminta hati dan jiwa kita sepenuhnya. [12]
b.      Kasih kepada diri sendiri
Yesus memerintah “ kasihi lah sesame mu manusia seperti dirimu sendiri “ Luther dan Karl Barth berpendapat , bahwa tidak benar bila orang memerintah supaya mengasihi diri sendiri[13] , dalam hal ini ada dua macam kasih kepada dirimu sendiri .
·         Kasih kepada diri sendiri yang lahir dari kasih Allah kepada manusia, yaitu dengan patut kepada Perintah Allah.
·         Kasih kepada diri sendiri yang menurut kodrat itu termasuk dosa.
c.       Hubungan Hukum Taurat dengan kasih .
Kasih merupakan kegenapan Hukum taurat yang terdapat dalam PL dan PB. Dalam Ul 6 : 4 ditekankan kasih kepada Allah dan dalam Yoh 13 : 34 dinyatakan supaya kamu saling mengasihi sama seperti aku telah mengasihi kamu . dengan demikian kasih adalah inti dari hukun Taurat , yaitu mengasihi Allah dan mengasihi sesama manusia [14]

.









BAB II
KESIMPULAN  DAN SARAN
A.     KESIMPULAN
kita jangan menyalah artikan perintah allah didalam kristus sebagai tata aturan, karena perintah itu memanggil untuk hidup didalam kebebasan roh kristus “: “ dimana roh tuhan ada, disitu juga ada kemerdekaan “ ( 2 kor 3 :17) tetapi berdampingan dengan itu penting dipahami bahwa kebebasan tidak bertentangan dengan perintah kristus karena kebebasan ditemukan justru melalui perhatian pada tuntunan tuntunan injil itu .
bagi paulus “sesuatu yang lain “ yang berwibawa dalam kehidupan Kristen serta yang mendasari tuntutan etika Kristen , tak lain tak bukan adalah realitas baru dalam kristus . dan landasan barun ini akan kita perbincangkan dalam bab berikutnya
Taurat merupakan petunjuk hidup, penuntut dan pengajaran bagi orang orang Kristen , hukum taurat juga tidak ada artinya tanpa kasih , manusia juga hendaknya mengasihi Allah sebab Allah terlebih dahulu mengasihi manusia .
B.     SARAN
Penulis mengakui banyak kesalahan dalam penyusunan makalah ini, baik dalam pengetikan, tata bahasa, dan ide ide pokok yang kurang mendukung, maka sebab dari itu , penulis meminta maaf ,sudi kiranya setiap pembaca mengkritik dan memahami isi makalah ini, untuk membangun hasil yang lebih baik lagi untuk makalah berikutnya, teima kasih………









[1] Pdt. Budiman Tua Simarmata, M.Th Dalam Bukunya “ Etika Dasar Umum Dan Cara Pengambilan Keputusan Etis Kristiani Dalam Era Globalisasi “ Hal 94
[2] Pdt. Budiman Tua Simarmata, M.Th Dalam Bukunya “ Etika Dasar Umum Dan Cara Pengambilan Keputusan Etis Kristiani Dalam Era Globalisasi “ Hal 95
[3] Dr. J. Verkuyl dalam bukunya “ Etika Kristen Bagian Umum “ hal 101
[4]Verne H. Fletcher dalam buku “  Suatu pendekatan pada etika Kristen, “ hal 173-174
[5] Dr. J. Verkuyl dalam bukunya “ Etika Kristen Bagian Umum “ hal 101
[6] Verne H. Fletcher dalam buku “  Suatu pendekatan pada etika Kristen, “ hal 175
[7] Verne H. Fletcher dalam buku “  Suatu pendekatan pada etika Kristen, “ hal 176
[8] Verne H. Fletcher dalam buku “  Suatu pendekatan pada etika Kristen, “ di kutip lgi dari “ althaus , 1996a, 28. “ hal 179 
[9] Pdt. Budiman Tua Simarmata, M.Th Dalam Bukunya “ Etika Dasar Umum Dan Cara Pengambilan Keputusan Etis Kristiani Dalam Era Globalisasi “ Hal 95

[10] Pdt. Budiman Tua Simarmata, M.Th Dalam Bukunya “ Etika Dasar Umum Dan Cara Pengambilan Keputusan Etis Kristiani Dalam Era Globalisasi “ Hal 102
[11] Pdt. Budiman Tua Simarmata, M.Th Dalam Bukunya “ Etika Dasar Umum Dan Cara Pengambilan Keputusan Etis Kristiani Dalam Era Globalisasi “ Hal 106
[12] Dr, J. Verkuyl  “ etika Kristen bagian umujm “ hlm. 142
[13] Pdt. Budiman Tua Simarmata, M.Th Dalam Bukunya “ Etika Dasar Umum Dan Cara Pengambilan Keputusan Etis Kristiani Dalam Era Globalisasi “ Hal 108
[14] Pokok Hukum Taurat , http://forumkristen.com/komunitas.

Comments