BAB 1
PEMBAHASAN
PERAN HUKUM TAURAT
DALAM ETIKA KRISTEN .
Didalam kitab PL, Hukum taurat biasa disebut dengan
“ Tora” . kata Ibrani ini asalnya dari kata kerja “ Hora “ , yang artinya
mengajar [1] .
dalam PB keempat injil Yesus yang diwarnai sikap dan perjalanan kehidupan Yesus
terhadap Hukum Taurat a, bukan lah perantaran antara Tuhan dengan manusia [2]
dan juga menjadi Salah satu tema yang menonjol pada zaman yesus adalah peran hukum
taurat , masalah itu merupakan pokok perselisihan antara yesus dengan golongan
golongan di sekitarnya serta antara paulus dan beberapa aliran dalam gereja
perdana, maka pertanyaan pokok bagi kita ialah : apakah hukum taurat masih
memegang peran dalam kehidupan Kristen ? jawaban yang diberikan kepada
pertanyaan ini mendasari seluruh wawasan kita mengenai etika Kristen .menurut
buku Dr. J. Verkuyl agama tanpa etika adalah sama dengan kemunfikan , etika
tanpa agama adalah sama dengan kefasikan.[3]
A. Warisan
reformasi.
Untuk
menjawab pertanyaan di atas tidak bias hanya dipecahkan oleh perjanjian baru
sekali selamanya, melainkan dengan sejarah pemikiran Kristen dan gereja gereja
reformasi,.Sehingga pertanyaan ini menimbulkan perdebatan yang berbeda antara
LUTHER dan CALVIN. Zaman reformasi ini di kenal sebagai masalah “ hukum dan
injil” ( law and gospel) [4] .
gereja katolik Roma tidak mengadakan perbedaan antara titah yang pertama dengan
titah yang kedua, tetapi kedua titah tersebut dijadikan satu dan titah yang
kesepuluh dibaginya menjadi dua. Agar titah yang kedua ( tidak menyembah patung
) agak terdesak kebelakang, oleh sebab itu menurut pandangan katolik Roma,
menyembah Santa dan Santo oleh aliran Protestan dipandang sebagai pelanggaran
titah yang kedua, oleh sebab itu , titah yang kedua itu harus dibedakan dari
titah yang pertama, gereja Lutheran memasukan titah yang kelima kedalam loh
yang pertama, gereja calvinis memasukan keempat titah yang pertama kedalam loh
yang pertama dan keenam titah berikutnya kedalam loh yang kedua[5]
Pandangan
Luther
Luther
sangat jelas membedakan antara hukum dengan injil, sebagai perbedaan antara “
karya allah yang aneh “ dan “karya allah yang wajar”[6].
Karya yang aneh itu terungkap dalam murka dan hukuman allah terhadap dosa, dan
wajahnya yang beralih karena dosa, jadi, hokum yang aneh ini selalu menuduh dan
mengancam, mendakwa dan membunuh .tetapi melalui itu timbul lah “karya allah
yang wajar” melalui injilnya” hokum menunjuk kepada penyakit : injil,kepada
orang yang bertobat. “ dan kristus mengaruniakan kepada kita kebenaran dan
membebaskan orang yang percaya dari kuk hukum.
Dengan kebenaran kristus, manusia hidup sebagai putra allah yang bebas
dibimbing roh suci .dan tidak lagi berdiri di bawah hukum.
Pandangan
Calvin
Calvin
setuju dengan Luther hukum menyadarkan orang tentang dosa dan mengantarkannya
kepada kristus ,demikian pula bahwa karena anugrah kristus , kita dibebaskan
dari paksaan dan ancaman hukum agar dapat hidup dibaewah pimpinan Roh. Tetapi
ada juga perlawanan nya dengan Luther , hukum ini masih mempunyai peran positif
,hukum masih perlu bukan hanya untuk peringatan malinkan juga lebih lebih
sebagai pendidik moral, menyangkut peran utama ini, maka konsep “ hukum “
menurut Calvin: merangkum baik hukum
musa maupun petunjuk petunjuk perjanjian baru, pentingnya , wewenang hokum
taurat tidak mengendur. [7]
Perbandingan
Demikian
lah pandangan kedua tradisi reformatories kenyataan nya masing masing wawasan
mengandung unsur unsur yang cukup menyakinkan.Tetapi juga mempunyai kelemahan
tersendiri bahwa Calvin menyadari bahwa orang Kristen perlu didikan dan dibina
oleh pedoman hidup yang berwibawa dan tegas. Luther sebaliknya , justru
menekankan pembaharuan yang dilaksanakan kristus yang melepas orang yang
mengandalkan dia dari belenggu hokum agar orang itu dapat hidup bebas dibawah
tuntunan roh Suci. Pendeknya, Luther membedakan Hukum dan Injil terlalu tajam
sehingga ia membuka jalan kea rah “ antinomisme” . yaitu sikap yang menyakal
norma dan patokan.
Khususnya
karena istilah istilah “antinomisme” dan “legalisme” disebutkan, maka perlu diulangi peringatan
bahwa kupasan ini ditujukan pada tradisi
Lutheran dan Calvinis ketimbang kepada Luther dan Calvin sendiri.
Pandangan
Althaus
Sekarang
kita akan meninjau usaha Althaus untuk ememcahkan masalah ini dalam uraiannya ,
ia menambahkan kepada pasangan “hukum injil “ satu gagasan lagi yaitu “
Perintah “ dan ini hamper sama dengan Hukum . perintah di hubungkan dengan
pemerintahan allah, yaitu sebagai unsur tetap dalam hubungan allah dengan
manusia . lalu althaus membedakan antara perintah allah yang permanen dan
bentuk yang khas dalam hokum taurat yang di peruntukkan bagi bangsa tertentu
selama masa yang terbatas. Dilihat dari kepatuhan musa dalam hukum allah maka
biar di katakana perintah allah masih di insafi. Althaus mengatakan “ orang
Kristen terlepas dari hukum , tetapi tidak terlepas dari perintah . perintah
ilahi, yang karena hukum digeser dari tempat yang sepantasnya, sekarang di
pulihkan melalui injil kepada kedudukan yang asli[8]
Akibat
pandangan althaus dapat disimpulkan demikian : kita jangan menyalah artikan
perintah allah didalam kristus sebagai tata aturan, karena perintah itu
memanggil untuk hidup didalam kebebasan roh kristus “: “ dimana roh tuhan ada,
disitu juga ada kemerdekaan “ ( 2 kor 3 :17) tetapi berdampingan dengan itu
penting dipahami bahwa kebebasan tidak bertentangan dengan perintah kristus
karena kebebasan ditemukan justru melalui perhatian pada tuntunan tuntunan
injil itu .
Penutup
Kini
kita kembali kepertanyaan yang di ajukan pada awal tadi, “ apakah hokum taurat
masih memegang peranan dalam kehidupan Kristen ?” jawabannya
1. Bahwa
allah yang mengungkapkan kehendaknya bagi kita melalui perintah kristus adalah
sama dengan allah yang telah menyingkapkan kehendak nya kepada kaum Israel
melalui taurat .karena itu kita masih dapat mengharapkan penjelasan mengenai
kehendak itu dengan memperhatikan hukum taurat juga.
2. Bertolak
belakang dari kenyataan bahwa wawasan etis perjanjian baru mensyaratkan
pandangan perjanjian lama dengan tidak selalu menyebutkan : apalagi perjanjian
lama meliput pelbagai matra dalam pengalaman manusia yang jarang disinggung
dalam perjanjian baru.
B. YESUS
DAN HUKUM TAURAT
Dalam pasal pertama injil Markus , pada waktu yesus
sedang mengajar dalam sinagoge, para hadirin takjub mendengar pengajarannya,
lalu berkata satu sama lain : “apa ini? Suatu ajaran baru “ kata yunani yang
digunakan adalah didakhe.yaitu ajaran moral. Yesus juga memenuhi Tuntutan –
tuntutan Hukum Taurat yang berarti bahwa Yesus dengan segenap hati tunduk
kepada tuntunan Hukum Taurat terdapat pada khotbah dibukit [9]
1. Yesus
Mensyaratkan Suatu Patokan Hukum Taurat Yang Lebih Mendasar
Bagi
kaum yahudi , hukum taurat merupakan pengungkapan sempurna akan kehendak allah
dan yang akan dilestarikan selama lamanya. Bagi yesus juga kehendak allah
terungkap melalui hukum taurat.
Bukti
pertama
Perhatikan
larangan yesus terhadap perceraian tertulis dalam markus 10 : 9. Apa alasan
yesus melarang perceraian biarpun di peroleh hukum taurat ?yang dirumuskan
demikian : “ pada awal dunia allah menciptakan mereka laki laki dan perempuan”
sebab itu laki laki akan meninggalkan ayah dan ibunya dan bersatu dengan
istrinya sehingga keduanya itu menjadi satu daging.
Bukti
kedua
Tidaklah
berlebihan kiranya bila dikatakan bahwa, dari sudut pandangan yesus , hukum
taurat seleruhnya diadakan untuk manusia bukan manusia untuk hukum taurat.
Taurat dimaksudkan demi kesejahteraan manusia, sebagaimana telah kita tekankan
dalam pembahasan mengenai “ Taurat sebagai karunia”
Disini
sebaiknya disisipkan sepatah kata tentang salah satu pokok perdebatan, yakni :
apakah kecaman kecaman yesus tertuju pada hukum taurat sendiri atau hanya pada
tradisi penatua penatua .
Patokan
lengkap
Yesus
memahami kehendak allah dalam terang kedatangan pemerintah allah, maka
kepedulian yesus bukan pada soal “ apa yang telah tersurat?” melainkan “ apa
yang dirancangkan allah demi kesejahteraan manusia ?” maka patokan lengkap yang
menggantikan hukum taurat dapat dirumuskan demikian .
2. Yesus
Bertindak Dengan Wibawa Terhadap Hukum Taurat
Tentu
kita sekalian sepakat bahwa kehendak allah adalah norma yang selalu berlaku
dalam kehidupan orang Kristen , namun tetap ada pertanyaan mengenai bagaimana
kehendak itu dapat kita ketahui.
Antitese-antitese
Dalam
antitese pertama dan kedua , tentang pembunuhan dan perzinahan , yesus menuntut
supaya larangan masing masing hukum juga mencakup sikap batin ; jangan marah
terhadap saudaramu dan jangan memandang seorang wanita dengan nafsu. Antitese
keempat (hal bersumpah) dan kelima( hal yang membalas dendam ) sama sekali
melawan bahkan meniadakan hukum hukum yang bersangkutan.
Kelahiran
Ritual
Kewibawaan
yesus tampak lagi dalam sikapNya terhadap soal ketahiran ritual, peraturan
tentang hal yang tahir dan yang najis , tentang makanan yang halal dan yang
haram menduduki tempat penting dalam hukum taurat .
Bukan
hanya peraturan halal-haram yang ditiadakan yesus, tetapi juga seluruh wawasan
yang mengaitkan kesucian dengan tanda tanda lahirlah dan
jasmaniah.pertimbangkan peristiwa yang dikisahkan dalam Lukas, mengenai seorang
wanita yang sudah duabelas tahun menderita perdarahan , lalu mendekati yesus dan menyentuh ujung jubahnya
ingin disembuhkan.
Yesus
dan Dosa Titah
Tentu
saja penaidaan beberapa bagian hukum taurat tidak menentang pernyataan bahwa
yesus tidak berniat meniadakan inti sarinya Melainkan untuk menggenapinya.
Dalam kaitan ini, dapatkah dikatakan bahwa yesus menggenapi teras hukum taurat
, yaitu kesepuluh perintah
3. Yesus
Sendiri Sebagai Perwujudan Kehendak Allah Yang Sempurna Menggantikan Hukum
Taurat
Kita
baru melihat bahwa kewibawaan Yesus Secara Konkret melampaui wewenang hukum
taurat.Lalu langkah ketiga sudah nyata, yaitu bahwa hukum taurat digeser dari
kedudukan utama, kemudian digantikan dengan yesus sendiri. Yesus adalah pembawa
anugrah ilahi dan pemerintahan allah hadir dalam diri yesus,
Pada
dasarnya, bukan hukum baru yang menggantikan hukum lama, pemandu orang Kristen
bukanlah sepasang hukum sebagai pengganti kesepuluh huku, bahkan bukam “hukum
kasih “ yang menggantikan enam ratus delapan belas hukum dalam taurat.
Penggeseran
taurat sebagai jalan keselamatan belum dapat di beritakan, namun tanda tanda
sudah muncul sepanjang pelayanan yesus bahwa peranan taurat sedang berubah
pertanda bahwa dalam kegiatan Nya pemerintah allah sudah mulai mewujud di
tengah tengah tatanan lama.
C. PAULUS
DAN HUKUM TAURAT
Garis
Batas Antara Dua Zaman
Bagaimanakah
bisa terjadi bahwa paulus yang dulu begitu menekuni hukum Taurat , kini
mengganti kesetiaannya pada taurat dengan pengandalan pada kristus ? perubahan
mendalam ini pasti dimulai pada saat ia mendengar perkataan dari mulut yesus
yang telah bangkit, “ akulah yesus yang engkau aniaya” (kis 9:5) .
Selain
itu, paulus sadar akan kekhilafannya dalam hal menganiaya pengikut pengikut
yesus. Tadinya ia yakin bahwa atas nama hukum taurat mereka harus dianiaya
karena mereka sedang memberitakan masias palsu.
Sekarang
kita mempunyai jawaban pada soal mengapa secara begitu mendadak taurat dalam
pemikiran paulus digeser dan diganti dengan pribadi yesus. Kemesiasan allah
dinyatakan terlebih dahulu kepada kalangan yang tidak setia pada taurat dan ia
pun di salibkan. Ternyata bagi paulus kematian kristus ( dan pasti harus
ditambahkan kebangkitan kristus pula ) merupakan garis batas antara dua zaman
.kenyataan ini dapat kita gunakan untuk merangkakan uraian selanjutnya.
Peranan
Taurat Hingga Kristus
Paulus
mengenal kedua wajah yang ditampilkan oleh hukum taurat.Sementara para ahli
melihat disini suatu ambiguitas atau kekurangtegesan pemikiran paulus, tetapi
lebih tepat kalau ini diuraikan sebagai kepekaan paulus terhadap sejarah nyata
dari taurat dalam pengalaman kaum Israel. Paulus berbicara tentang pemerintahanallah yang tunggal yang memenuhi
seluruh hukum taurat. Menurut nya penerimaan hukum taurat merupakan salah satu
warisan istimewa bagi kaum Israel, demikian lah segi positif dari penilaian
paulus.
Akan
tetapi peranan negative nya : antara taurat sebagai karunia allah dan taurat
sebagai tuduhan dan hukuman karena dosa.
Akhirnya
peranan taurat hingga kristus ditegaskan sebagai yang mengurung orang di bawah
kekuasaan dosa “ sebagai pengawas kita sampai kristus datang “ begitu kristus
datang kita tidak lagi seperti budak yang tahluk kepada hukum taurat melainkan
kita telah dilepaskan menjadi putra/I yang dewasa dalam kerajaan allah.
Kristus
Sebagai Kesudahan Taurat
Sub
judul ini bertumpu pada surat roma 10 : 4 .kata aslinya adalah telos yang
mengandung dua arti : akhir dan sasaran. Arti manakah yang dimaksud paulus.
Menurut penulis, kita tidak perlu membedakan kedua arti tersebut ,yang penting
adalah asal kita mengingat bahwa dengan menyempurnakan hukum Taurat , kristus
membawa niatnya yang asli kepada sasarannya serta menggantikannya dengan
sesuatu lebih sempurna yaitu dirinya sendiri
Keadaan
baru ini tidak diartikan oleh paulus sebagai kelonggaran untuk berbuat
semaunya. Ia mengatakan “ memang kamu telah di panggil untuk merdeka . tetapi
janganlah kamu mempergunakan kemerdekaan itu sebagai kesempatan untuk kehidupan
dalam dosan melainkan layanilah seorang akan yang lain kasih. ( Gal 5 : 13) dalam
hal ini paulus mendahului Calvin yang menitikberatkan juga pada tuntutan yang
terkandung dalam injil.
D.
HUKUM TAURAT DAN KASIH
Kasih
merupakan pokok utama dari Hukum Taurat, dimana didalamnya Allah menuntut kasih
“ kasih itu adalah kegenapan Hukum Taurat “ . Allah menuntut apa yang
diberukan-Nya yakni kasih. Kasih dalam tuntutan Hukum Taurat diuraikan Sebagai
Berikut :
·
Bagian Pertama ( hukum
taurat 1-4 ) : hukum untuk mengasihi Allah
·
Bagian kedua ( Hukum
Taurat 5-10 ) : hukum untuk mengasihi sesama.[10]
a. Kasih
kepada Allah
Kita mengasihi
Allah sebab Allah lebih dahulu mengasihi kita dengan mengutus anaknya sebagai
perdamaian bagi dosa dosa kita, kasih terhadap Allah berarti hidup dari
kasihnya dan dikuasai oleh anugrah Allah [11]
kasih kepada allah menuntut suatu perhatian yang khusus serta waktu khusus
seperti doa dan pergumulan dengan firman Allah. Allah meminta kemauan kita,
tetapi ia meminta hati dan jiwa kita sepenuhnya. [12]
b. Kasih
kepada diri sendiri
Yesus memerintah
“ kasihi lah sesame mu manusia seperti dirimu sendiri “ Luther dan Karl Barth
berpendapat , bahwa tidak benar bila orang memerintah supaya mengasihi diri
sendiri[13] ,
dalam hal ini ada dua macam kasih kepada dirimu sendiri .
·
Kasih kepada diri
sendiri yang lahir dari kasih Allah kepada manusia, yaitu dengan patut kepada
Perintah Allah.
·
Kasih kepada diri
sendiri yang menurut kodrat itu termasuk dosa.
c. Hubungan
Hukum Taurat dengan kasih .
Kasih merupakan
kegenapan Hukum taurat yang terdapat dalam PL dan PB. Dalam Ul 6 : 4 ditekankan
kasih kepada Allah dan dalam Yoh 13 : 34 dinyatakan supaya kamu saling
mengasihi sama seperti aku telah mengasihi kamu . dengan demikian kasih adalah
inti dari hukun Taurat , yaitu mengasihi Allah dan mengasihi sesama manusia [14]
.
BAB II
KESIMPULAN
DAN SARAN
A.
KESIMPULAN
kita
jangan menyalah artikan perintah allah didalam kristus sebagai tata aturan,
karena perintah itu memanggil untuk hidup didalam kebebasan roh kristus “: “
dimana roh tuhan ada, disitu juga ada kemerdekaan “ ( 2 kor 3 :17) tetapi
berdampingan dengan itu penting dipahami bahwa kebebasan tidak bertentangan
dengan perintah kristus karena kebebasan ditemukan justru melalui perhatian
pada tuntunan tuntunan injil itu .
bagi paulus “sesuatu
yang lain “ yang berwibawa dalam kehidupan Kristen serta yang mendasari
tuntutan etika Kristen , tak lain tak bukan adalah realitas baru dalam kristus
. dan landasan barun ini akan kita perbincangkan dalam bab berikutnya
Taurat
merupakan petunjuk hidup, penuntut dan pengajaran bagi orang orang Kristen ,
hukum taurat juga tidak ada artinya tanpa kasih , manusia juga hendaknya
mengasihi Allah sebab Allah terlebih dahulu mengasihi manusia .
B.
SARAN
Penulis
mengakui banyak kesalahan dalam penyusunan makalah ini, baik dalam pengetikan,
tata bahasa, dan ide ide pokok yang kurang mendukung, maka sebab dari itu ,
penulis meminta maaf ,sudi kiranya setiap pembaca mengkritik dan memahami isi
makalah ini, untuk membangun hasil yang lebih baik lagi untuk makalah
berikutnya, teima kasih………
[1] Pdt. Budiman Tua Simarmata, M.Th Dalam Bukunya “ Etika Dasar Umum
Dan Cara Pengambilan Keputusan Etis Kristiani Dalam Era Globalisasi “ Hal 94
[2] Pdt. Budiman Tua Simarmata, M.Th Dalam Bukunya “ Etika Dasar Umum
Dan Cara Pengambilan Keputusan Etis Kristiani Dalam Era Globalisasi “ Hal 95
[3] Dr. J. Verkuyl dalam bukunya “ Etika Kristen Bagian Umum “ hal 101
[4]Verne H. Fletcher dalam buku “
Suatu pendekatan pada etika Kristen, “ hal 173-174
[5] Dr. J. Verkuyl dalam bukunya “ Etika Kristen Bagian Umum “ hal 101
[6] Verne H. Fletcher dalam buku “
Suatu pendekatan pada etika Kristen, “ hal 175
[7] Verne H. Fletcher dalam buku “
Suatu pendekatan pada etika Kristen, “ hal 176
[8] Verne H. Fletcher dalam buku “
Suatu pendekatan pada etika Kristen, “ di kutip lgi dari “ althaus ,
1996a, 28. “ hal 179
[9] Pdt. Budiman Tua Simarmata, M.Th Dalam Bukunya “ Etika Dasar Umum
Dan Cara Pengambilan Keputusan Etis Kristiani Dalam Era Globalisasi “ Hal 95
[10] Pdt. Budiman Tua Simarmata, M.Th Dalam Bukunya “ Etika Dasar Umum
Dan Cara Pengambilan Keputusan Etis Kristiani Dalam Era Globalisasi “ Hal 102
[11] Pdt. Budiman Tua Simarmata, M.Th Dalam Bukunya “ Etika Dasar Umum
Dan Cara Pengambilan Keputusan Etis Kristiani Dalam Era Globalisasi “ Hal 106
[12] Dr, J. Verkuyl “ etika
Kristen bagian umujm “ hlm. 142
[13] Pdt. Budiman Tua Simarmata, M.Th Dalam Bukunya “ Etika Dasar Umum
Dan Cara Pengambilan Keputusan Etis Kristiani Dalam Era Globalisasi “ Hal 108
Comments
Post a Comment