SURAT TITUS/KITAB TITUS



SURAT TITUS
    Latar Belakang
            menurut urutan waktunya Titus mengikuti I Timotius. Paulus, setelah meninggalkan Efesus, pergi ke Makedonia dan mungkin dari sana berlayar ke Kreta, dimana ia pernah singgah dalam pelayarannya ke Roma. Dalam kesempatan ini ia tinggal selama beberapa lama disana, lalu meninggalkan Titus untuk menyelesaikan pengukuhan jemaat dan memperbaiki kesalahan-kesalahan di jemaat. Ada yang bertanya-tanya apakah paulus merasa bahwa waktunya tidak banyak dan ia ingin kembali ke Efesus, karena ia berbicara mengenai mengirimkan Tikhikus ke Kreta (Titus 3:12) dalam waktu dekat. Tujuannya yang terakhir adalah Nikopolis (mungkin di Epirus), dimana ia merencanakan untuk tinggal selama  musin dingin.
            Keadaaan di Ktera sangat mengecewakan. Gereja tidak terorganisasi dan tingkah laku para anggotanya sangat ceroboh. Bila perintah dalam pasal 2 adalah suatu petunjuk dari apa yang dibutuhkan oleh jemaat disana., maka para prianya lalai dan ceroboh, wanita-wanita yang tua suka bergunjing dan bermabuk-mabukan, dan wanita-wanita mudanya malas dan genit. Mungkin pemberitaan injil karunia telah memberi kesan kepada orang- orang di Kreta bahwa keselamatan oleh iman tidak ada hubungannya dengan hidup tekun dan saleh. Eman kali (1:16; 2:7, 14; 3:1, 8, 14) dalam surat yang pendek ini orang-orang kristen diminta untuk melakukan perbuatan yang baik. Meskipun Paulus mengatakan bahwa orang-orang yang percaya memelihara perbuatan baik dengan seksama[1].

1.Siapakah penulisnya?
            Titus merupakan surat Pastoral jadi penulisan surat ini orang nya kemungkinan sama. Theolog diragukan, apakah rasul Paulus benar-benar penulis surat Titus. Adapun alasannyaa keraguan itu sebagai berikut:
1. Masalah-masalah theologis yang dibahas dalam surat Pastoral lain dari pada yang terdapat dalam surat yang pada umumnya diakui sebagai berasal dari Paulus yang disebut “paulinis”. Misalnya adanya ajaran sesat Gnostik dalam surat Titus, yang hanya mungkin timbul lebih kemudian dari pada Paulus, yaitu pada abad ke-II.
2. Adanya perhatian khusus untuk peraturan gereja dan tradisi gereja (ajaran yang orthodox) yang mengandaikan taraf perkembangan gereja yang lebih mantap dan kemudian dari pada zaman rasul Paulus. Dikatakan, bahwa kebebasan roh dan karunia-karunia roh dalam gereja pertama telah diganti dengan ketertiban, peraturan-peraturan dan jabatan-jabatan gereja.
3. Gaya bahasa dan istilah-istilah yang dipakai untuk sebagaian besar lain dari pada yang dipakai dalam surat-surat yang paulinis.
4. Nama-nama tempat tinggal yang disebut dalam surat Pastoral tidak sesuai dengan data-data dari perjalanan-perjalanan Paulus di dalam Kisah Para Rasul.[2]
            Ada keberatan psokologis  yang harus diajukan terhadap teori ini. Sangat tidak masuk akal, bahwaa seorang penulis yang menyamar sebagai Paulus dan berusaha meniru gaya bahasa dan theologia Paulus sampai soal pribadi yang kecil, membuat kecerobohan besar dengan menulis bagian-bagian yang menyimpang dari kekhasan Paulus dan keberatan lain adalah, bahwa tidak mungkin penulis surat pastoral yang menuntut hati nurani yang suci dari para pengerja gereja,  ia sendiri berbuat curang di dalam penulisan surat Pastoral. Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan kalau Surat Pastoral berasal dari Paulus sendiri.[3]
            Menurut Duyverman surat pastoral merupakan kesatuan. Ciri-cirinya juga sama. Jadi, pengarangnya juga hanya seorang saja yaitu Paulus, sebab-sebab yang dikemukakan yaitu, gaya bahasa dan istilah-istilah, keadaan jemaat,dan  alam teologis.[4]
            Banyak ahli dewasa mengatakan Paulus mungkin tidak menulis surat Pastoral dalam menimbang persoalan ini, ada empat pokok utama yang perlu diperhatikan yaitu, pertama kegiatan-kegiatan Paulus sulit untuk mencocokan kegiatan Paulus yang digambarkan dalam surat ini dengan laporan kegiatan dalam kitab Kisah Para Rasul. Kedua penataan jemaat yang diperhatikan dalam surat ini sudah jauh lebih berkembang ketimbang yang dapat dilihat dari surat Paulus yang lebih awal. Sebab itu, menurut pendapat beberapa ahli, surat Pastoral mencerminkan keadaan jemaat abad kedua, yang sudah melembaga dan dipimpin oleh uskup dan pejabat lain, tetapi perkaranya tidak begitu mudah. Ketiga ajaran, beberapa ahli mengatakan, surat Pastoral mengandung sedikit sekali ajaran yang khas Paulus. Keempat gaya bahasa dan kosakata kekuatan sebenarnya dari pendapat bahwa surat Pastoral tidak ditulis oleh Paulus terletak pada bidang gaya bahasa dan kosakata surat tersebut. Dr. Harrison mengemukakan bahwa semua kata itu merupakan ciri khas dari penulis-penulis Kristen abad kedua dari bagian penulisan-penulisan abad pertama. Disamping itu, terdapat pemakain kata-kata “dan” dan “tetapi” serta kata-kata penghubung lainnya.[5]
            Menurut Susilaradeya penulis surat Titus ialah Paulus sendiri tertulis pada (Titus 1:1).[6]

2.Kepada siapa surat ini ditulis?
            Menurut Budiman surat Titus ditulis paulus kepada Titus dengan isi. Kepada Titus, anakku yang sah menurut iman kita bersama: kasih karunia dan damai sejahtera dari Allah Bapa dan Kristus Yesus, juruselamat kita, menyertai engkau. Titus dipercaya oleh Paulus untuk memulihkan hubungannya dengan jemaat Korintus yang tadinya retak oleh pertentangan-pertentangan ( 2 Kor 7: 6-13).[7]
            Surat Titus tidak ditulis kepada jemaat-jemaat, melainkan kepada Titus di Kreta.[8]
 Menurut Susilaradeya surat Titus ditulis Paulus kepada Titus, orang Yunani yang percaya kepada Yesus melalui pelayanan Paulus.[9]
            Titus adalah seorang Kristen bukan Yahudi. Ia pergi bersama Paulus ke sidang Rasuli di Yerusalem, dimana Paulus memenangkan pendapatnya bahwa Titus tak Usah disnat (Gal 2:1,3). Ia pun diminta Paulus sebagai utusannya, dengan mengunjungi jemaat di Korintus ketika terjadi konflik dengan Paulus ( 2 Kor 7:6, 13-14, 12:18). Tak pelak lagi ia memiliki karunia untuk memimpin perundingan dengan cakap, karena jelas ia berhasil memulihkan hubungan antara gereja dengan Paulus. Paulus kemudian hari mengutusnya sekali lagi kesana untuk persiapan-persiapan akhir bagi pengumpulan dana itu ( 2 Kor 8:17).[10]
            Paulus menulis surat kepada Titus di Kreta (tahun 64) dan meminta kepadanya untuk mengggabung di Nikopolis dan melanjutkan pekerjaan rasul Paulus di daerah itu.[11]

3.Apa maksud penulisan surat ini?
            Maksud surat Titus ditulis untuk menjelaskan kepada Titus apa yang harus dilakukan dalam pelayanannya dan megembalakan jemaat yang dipimpinnya . yaitu Titus harus memilih para pembina gereja yang aka melakukan dan mengajarkan kebenaran, juga yang ingin membantu orang lain, Paulus menyururh Titus mengajar orang dewasa dan orang muda, pria dan wanita untuk melakukan apa yang benar dan tindakan berselisih dan membenci harus dihapuskan setelah orang mengenal kebaikan dan kasih Allah.[12]
            Maksud penulisan surat Titus adalah  memberi petunjuk-petunjuk cara bagaimana menata hidup jemaat-jemaat dan menaggulagi ajaran-ajaran sesat. Ajaran sesat yang ada di Kreta mempunyai banyak persamaan dengan yang ada di Efesus (I,II Timotius) dan mengatur apa yang perlu diatur untuk menetapkan penatua-penatua disetiap kota-kota di Kreta.[13]
            Maksud penulisan surat Titus adalah memberi nasihat bagaimana orang Kristen harus bertindak baik dalam hubungan keluarga (Titus 2:1-5), baik dalam hubungan dalam jemaat dan sikap terhadap pemerintahan sekuler (Titus 3:1-7) semuanya harus mencerminkan aspirasi terbaik bagi dunia purba, agar firman Allah jangan dihujat orang (Titus 2:5).[14]
            Maksud penulisan surat Titus adalah memberi nasihat tertulis kepada Titus tentang tata cara jemaat yang untuk sementara waktu berada dalam tanggung jawab Titus. Selain itu Titus juga harus menolong Zenas dan Apolos dalam perjalana mereka[15]
            Maksud penulisan surat Titus bagaimana kehidupan Kristen yang baik dalam sehari-hari yang ditekankan adalah pentingnya iman, kata-kata yang benar, kebenaran, hidup bersih, disiplin pribadi dan kesadaran diri yang baik.[16]

4.Kapan dan dimana surat ini ditulis?
            Surat Titus ditulis antara tahun 60 dan 62 dan ditulis pada masa Paulus dipenjarakan di Efesus. Ada beberapa bukti yaitu, menejelang akhir kunjungannya ke Efesus, paulus memberi tahu bahwa dibanding dengan pekerja-pekerja kristen lainnya ia telah “lebih banyak berjerih lelah, lebih sering di dalam penjara, didera diluar batas, kerap kai dalam bahaya maut” (2 Kor 11:23). Bukti lain yaitu Paulus dipenjarakan di Efesus dapat ditemukan dlam kata pengantar bahasa Latin bagi kitab-kitab Perjanjian  Baru yang ditulis pada abad kedua dibawah pengaruh Marcion, seorang pemimpin aliran Gnostik[17]. Paulus dibebaskan di Roma dan surat Titus ditulis di Makedonia, tahun 64.[18]
            Paulus tiba di Roma pada 59M dan dilepaskan setelah 61M, maka 64 M Paulus menulis surat Titus[19]. Dari Kreta Paulus pergi ke Korintus (II TIM 4:20), ke Nikopolis (tit 3:12). Dari kota ini ia menulis surat Titus ke Kreta (tahun 64)[20]. Paulus menulis surat Titus di Roma pada saat pemenjaraan kedua di Roma[21].

5.Apakah surat Titus satu keseluruhan?
            Surat-surat Paulus ditujukan kepada jemaat-jemaat Kristen. Jumlahmya 4, masing-masing dikirim kepada perorangan. Dua surat pertama ditulis kepada Timotius, satu dari antara anak Paulus dalam iman dan yang sekarang menjadi gembala atau suatu jemaat Kristen. Yang ketiga dikirim kepada Titus, dengan penjelasan yang sama seperti tentang Timotius .[22]

6.Apakah penulis mempergunakan sumber-sumber atau catatan-catatan
            Istilah orang-orang pilihan Allah sebagaimana juga “orang-orag kudus” dipakai untuk menyebut jemaat Tuhan (Rom 8:32,33; Koln3:12). Ugas rasul ialah memberitakan injil, sehingga mereka terpilih oleh Allah datang kepada kepercayaan (Rom 1:5), menjadi jemaat Tuhan, dan setelah itu iman mereka dipelihara dan dibina (mengenai hubungan antara pilihan Allah dengan tanggung jawab manusia lihat II Tim 2:10). Dan pengetahuan akan kebenaran (I Tim 2:4; II Tim 2:25). Seperti yang nampak dalam  ibadah kita (I Tim 4:6, 7; 6:3). Pengharapan akan hidup yang kekal (II Tim 1:1). Yang sebelumn permulaan zaman sudah dijanjikan ileh Allah (II TIM 1:9; Ef 1:4). Allah yang tidak berdusta janji Allah dapat diandalkan (Rom 3:4; ibr 6:18)[23]

7.Kanon
            Keterangan-keterangan dari tahun 180-220 ini belum mencukupi, tetapi sumber-sumber sudah jauh lebih banyak.
            Ada catatan dari Ireneus, uskup di Lyon (Prancis selatan) kira-kira tahun 180-190, mengutip keempat injil, Kisah Para Rasul dan surat-surat Paulus (kecuali Filemon).
            Tertulianus (197-220), ketua di Kartago yang kemudian memasuki aliran Montains. Yang dikuinya termasuk surat-surat Paulus
            Klemen Alexandrius (220) menggunakan kanon Muratori [24]



[1] Merril C. Tenney. Survey Perjanjian Baru (yayasan Penerbit  Gandum Mas) hal 416-417
[2] Dr. R. Budiman. Surat-Surat Pastoral ( Jakarta : Gunung Mulia, 1993)
[3] Ebit . Dr. R. Budiman
[4]  M.E. Duyverman Pembimbing ke dalam Perjanjian Baru (Jakarta : Gunung Mulia, 2016) hal 163
[5] Jhon Drane Memahami Perjanjian Baru (Jakarta : Gunung Mulia, 2006) hal 397-400
[6] . D. Susilaradeya Inti Alkitab Untuk Para Pemula (Jakarta: Gunung Mulia, 1997) hal 290
[7]Opcit Dr. R. Budiman hal 128
[8] Ebit Jhon Drane hal 396
[9] Ebit D. Susilaradeya hal 290
[10]Richard W. Haskin. Pengantar Perjanjian Baru (Jakarta : Gunung Mulia, 2006) hal 244
[11] Dr. R. Budiman. Surat-Surat Pastoral ( Jakarta : Gunung Mulia, 1993) hal 125
[12] D. Susilaradeya .Inti Alkitab Untuk Para Pemula (Jakarta: Gunung Mulia, 1997) hal 290
[13] Dr. R. Budiman. Surat-Surat Pastoral ( Jakarta : Gunung Mulia, 1993) hal 125
[14] Opcit  Jhon Drane hal 396
[15] Donald Guthrie. Pengantar Perjanjian Baru Volome 2 hal 239
[16] S. Wismoady Wahono. Disini Kutemukan (Jakarata : Gunung  Mulia, 2010) hal 470
[17] Jhon Drane. Memahami Perjanjian Baru (Jakarta : Gunung Mulia, 2006) hal 401
[18] M.E. Duyverman hal 162
[19] Ebit Donald Guthrie hal 230
[20] R.Budiman Surat-surat pastoral (Jakarta: Gunung Mulia)
[21] Ebit Richard W. Haskin hal 259
[22] Sasto Soedirdjo. Menggali Isi Alkitab (jakarta: Yasasan Komunikasi Bina Kasih, 1996) hal 23
[23] R.Budiman Surat-surat pastoral (Jakarta: Gunung Mulia hal 126-127
[24] M.E. Duyverman hal 231-233

Comments