Ø Allah tidak konsisten
Pemahaman awal bagi kita ketika membaca alkitab dari PL sampai ke PB,
mungkin akan berpikir bahwa Allah tidak itu tidak konsisten, bahwa Allah di PL
adalah Allah yang kejam. Kej 7 : 1-24 menceritakan tentang Tuhan yang
mendatangkan air bah kepada manusia. Allah di PL juga Allah yang gemar
menghukum, Kel 34 :1-35 tentang dua loh batu, Yos 8 : 15 -25 tentang kota Ai
yang dibinasakan menujukkan bahwa Allah pilih kasih kepada manusia.
Sementara jika kita membaca PB,
Allah yang penuh kasih, Dia menyembuhkan mata dua orang buta (Mat 9:27-31),
Yesus menyembuhkan hamba seorang perwira di kapernaum (Mat 8 : 5-13) dan banyak
lagi yang Yesus lakukan sebagai bukti kasihnya kepada umat manusia.
Jika kita
memiliki pemahaman yang demikian kita akan selaras dengan pendapat marsionisme,
yang mengatakan Allah di PL itu jahat sedang Allah di PB itu baik. Di dalam
yunus 4 :1-11 menunjukkan ketidak konsistenan Allah. Sedikit cerita tentang
Yunus, Seorang nabi, Yunus, disuruh Tuhan untuk pergi memberitakan firman
kepada orang-orang Niniwe. Sebaliknya, dia melarikan diri dan menumpang sebuah
kapal yang berlayar jauh keujung dunia.
Dia mencari
tempat menyendiri dan tidur, dan ditengah laut para pelaut harus menghadapi
ombak setinggi gunung dan mereka berdoa kepada dewa-dewa mereka, dan badai itu
berhenti setelah atas saran Yunus dilempar kelaut atas kejahatan Yunus kepada
Allah, dan dilaut di ditelan ikan besar. Dengan benar-benar menyesal dia berdoa
sungguh-sungguh untuk keselamatannya dan
Allah membebaskan selamat dari pantai. Dan dari kejadian inilah sang nabi
mematuhi perintah untuk pergi ke Niniwe untuk memberitakan firman keseluruh
kota itu. Maka pergilah Yunus sesuai dengan perintah Tuhan.
Tetapi,
pertobatan orang Niniwe merubah keputusan Allah untuk tidak menunggangbalikkan
kota itu, hal itu menimbulkan amarah Yunus .
Walaupun
Yunus sama sekali tidak senang dan tidak setuju dengan perbuatan TUHAN, dia
tidak dapat melepaskan diri daripadanya. Hubungan antara TUHAN dengan
Nabinya masih terlalu erat. Yunus berdoa
kepada Tuhan seperti dia lakukan juga didalam Perut ikan ( Yun 2 : 1) , tetapi
doa yang Yunus ucapkan adalah cukup aneh ; dalam doa itu Yunus menyanyangi diri
dan membenarkan diri. “ Ya TUHAN “ ,
Doa yang
Yunus ucapkan dalam Yun 4:2-3 berakhir dengan kata kata keras : cabutlah
kiranya nyawaku, nubuay yang Yunus ucapkan tidak terjadi, dan tidak sampai.
Kota Niniwe tidak di tunggang balikkan, oleh karena Tuhan Telah mengubah
rancangannya. Selanjutnya Yunus mengatakan : lebih baik mati dari pada Hidup .
ucapkan itu mengingatkan kepada orang Israel yang baru dibebaskan dari Mesir :
sebab lebih baik bagi kami untuk bekerja pada orang mesir daripada mati
dipadang Gurun ini, sama dengan orang Israel dipadang gurun, yunus berpendapat
bahwa tidak ada alasan untuk memuji Tuhan karna perbuatan yang ajaib.
adalah
orang-orang yang memiliki pemikiran sama seperti Yunus, tentang kenapa Allah
harus memusnahkan bangsa Sodom dan gumora, tentang kenapa Allah membantu bangsa
Israel untuk memusnahkan bangsa filistin, dan bangsa Ai. Allah itu tidak
konsisten. Semua akan mudah kita pahami,
terlebih dahulu kita melihat kepada sifat-sifat Allah.
Sifat-sifat Ilah
Allah
itu tidak berubah,
Dia adalah Allah yang penuh kasih baik dahulu sampai selama-lamanya. Yak 1:17
padaNya tidak ada perubahan atau bayangan pertukaran. Mat 3:6 bahwasanya Aku
Tuhan, tidak berubah. Ia adalah ia sebagai mana adanya. Allah itu tidak
terbatas, tidak dibatasi oleh dan pada ruang, Kis 17: 27, 28 “Dia tidak
jauh dari kita masing-masing : sebab di dalam Dia kita hidup, bergerak, ada”. Allah
itu bijaksana, “Tetapi pada Allahlah hikmat dan kekuatan, Dialah yang
mempunyai pertimbangan dan pengertian (Yes 66:12,13).
Allah
mengetahui apa yang harus dilakukan dan bagaimana melakukanya, cara mengatur
dan memerintah segala sebab-akibat untuk mencapai tujuanNya. Allah itu berkehendak, Ia dengan sadar
mendorong perbuatannya sendiri dan berniat melaksanakan tujuanNya. “
keputusan-Ku akan sampai, dan segala kehendak-Ku akan Kulaksanakan. Aku telah
merencanakannya, maka Aku akan melaksankannya” (Yes 46 : 10-11).
Tanggapan Kelompok
Masih ada
banyak lagi sifat-sifat ilah, namun untuk menjawab bahwa Allah tidak konsisten
kita cukup mengutarakan beberapa sifat yang di atas, Setelah melihat sifat
Ilah, kita akan menyadari bahwa Allah itu konsisten, Segala yang dilakukan
Tuhan adalah untuk menunjukkan kedaulatannya. Itu adalah kehendaknya, itu
adalah kebujksanaanNya. Janganlah hendanya kita seperti Yunus, apakah kemarahan
Yunus layak ? tentu tidak sebab Allah berdaulat atas ciptaanya. Adakah kita
bisa menuntut sebagai ciptaan? Tentu saja tidak. Sebab Allah itu bijak, dan dia
tahu apa yang terbaik kepada umatnya.
Apa yang
dilakukan oleh Yunus telah membatasi kebebasan Tuhan, mau mengikat kebebasan Tuhan kepada Nubuat
yang telah diucapkan oleh nabi Yunus; Niniwe akan di Tunggang Balikkan. Dengan
demikian Yunus berusaha untuk membatasi Kemungkinan yang ada pada Tuhan;
kemungkinan untuk mengampuni dan menerima kembali manusia yang telah berbalik
dari tingkah lakunya yang jahat. Yunus tidak mau membagakan kemungkinan itu,
Yunus mengkehendaki bahwa bertindak Konsikuen, berpegang kepada keputusanNya,
kepada prinsip prinsip umum ; keadilan dan hokum yang berlaku.
Begitu
jugalah kita, yang membaca Alkitab dan berpikiran bahwa Allah tidak konsisten,
kita telah membatasi Kedaulatan Allah dengan logika kita. Maka pentinglah bagi
kita untuk tidak hanya menggunakan akal untuk mengerti isi Alkitab, tetapi
hendaklah kita menggunakan iman juga. Webster menjelaskan bahwa kata
“sovereign” (Indonesia: berdaulat), memiliki arti:
1 above or
superior to all others; chief; greatest; supreme 2 supreme in power, rank, or
authority 3 of or holding the position of a ruler; royal; reigning 4
independent of all others 5 . . .
1 Di atas atau superior dibanding semua yang lain;
pemimpin; yang terbesar; tertinggi 2 tertinggi dalam kuasa, tingkat, atau
otoritas 3 memegang posisi seorang penguasa; rajani; bertahta 4 independen
terhadap semua yang lain 5 . . .
Jadi, dapat
kita lihat bahwa “kedaulatan” berhubungan dengan “kuasa,” “pemerintahan” dan
“otoritas.” Dari definisi “kedaulatan” tidak ada suatu keharusan bahwa pribadi
yang berdaulat menentukan segala sesuatu.
Manusia patut
mengucap syukur bahwa
Allah bukan saja
mahakuasa dan maha
berdaulat, tetapi juga mahakasih, mahaadil,
mahakudus, dan maha
penyayang. Oleh karena
itu, segala sesuatu
yang Allah perbuat melalui kuasa dan kedaulatanNya,
pastilah mencerminkan kasih, keadilan, dan kekudusanNya.
Allah itu
konsisten, Segala Sesuatu yang di kehendakinya adalah bentuk kedaulatan Allah,
memang kebanyakan dari kita menekankan bahwa Allah adalah mahakasih, tanpa
melihat aspek lain dari sifat-sifat
Allah, maka ia akan sampai kepada kesimpulan yang salah. Banyak orang senang
dengan Allah yang mahakasih, tetapi
tidak mau Allah
yang mahakudus atau
Allah yang mahaadil.
Sebenarnya,
bahwa Allah mahatahu sekaligus mahakasih, sama sekali tidak bertentangan jika
kita tidak beranggapan Allah menentukan segala sesuatu. Allah memberikan
manusia pilihan (kehendak bebas), dan mereka bisa memilih untuk menentang Allah
atau percaya pada Allah. Allah bahkan menjadi manusia dan mati bagi semua
orang (baik yang
menentang maupun percaya), dan
itu membuktikan kasihNya.
Tetapi, Allah bukan
hanya mahakasih, tetapi juga mahaadil, dan mahakudus.
Setiap
manusia yang menentang Allah dan tidak diselesaikan dosanya oleh Yesus, dihukum
secara kekal dalam Neraka. Allah ingin ada pribadi-pribadi yang dapat memilih
dengan bebas, yang pada akhirnya memilih untuk menyembah Allah. Karena ada
pilihan yang bebas (dengan konsekuensi masing-masing yang sudah diumumkan
sebelumnya), maka Allah tidak berlawanan dengan kasihNya jika Ia menghukum
mereka yang menentangNya.
Jadi bukan
Allah yang tidak konsisten, kita manusialah yang menentukan bagaimana kita
kepada Allah kita,. Jika kita tidak menerima kedaulatan Allah kita akan seperti
nabi Yunus yang protes terhadap kehendak
Allah.
Comments
Post a Comment