GEREJA SETAN


GEREJA SETAN
BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Abad 21 adalah salah satu abad yang menantang pemikiran manusia terutama dalam memahami dan menjelaskan hal-hal yang berhubungan dengan Allah. Mengapa? Salah satu ciri dalam abad ini adalah pencapaian yang luar biasa dalam ilmu pengetahuan dan teknologi, sedemikian rupa sehingga orang menjadi lebih bergantung pada semua pencapaian tersebut yang nyata-nyata menolong dan meningkatkan efektifitas bahkan kualitas hidup. Teknologi seolah-olah telah menjadi jawaban bagi semua kebutuhan manusia modern. Ruang dan waktu tidak lagi menjadi batasan antar manusia untuk saling membangun hubungan. Informasi bergerak dengan cepat melalui sambungan internet. Dunia yangs emual tersekat oleh politik, budaya dan batas teritorial berubah menjadi global dan menyatu dalam gerak dinamis teknologi yang semakin merasuk di dalam segala aspek kehidupan manusia. Perkembangan tersebut memperlihatkan tanggap positif di satu sisi selama teknologi itu digunakan untuk mempermudah kehidupan manusia. Tetapi tanggap negatif akan muncul manakala semua kemajuan tersebut, ternyata berbalik menjadikan manusia sebagai objeknya, tersandera oleh hasil pikirannya sendiri melalui sejumlah produk teknologi dan justru mereduksi makna Allah yang transenden.
Salah satu contohnya adalah, kecenderungan manusia untuk semakin berpikir praktis (pragmatisme), berorientasi pada pengetahuan atau akalnya (rasionalisme) dan meringkas berbagai kerumitan, proses tradisional yang rumit dan bertele-tele, dalam sebuah shortcut teknologi sehingga bukan saja tenaga dan waktu yang di hemat, melainkan efektifitas dan efisiensi, termasuk didalamnya urusan modal dan sumber daya manusia. Orientasi manusia berubah karena mengarah pada hal-hal yang bisa dibuktikan, melibatkan pengalaman dan hasil pengamatan yang otentik (empirisme). Berdasarkan hal tersebut di atas, maka dua aliran filsafat yang pernah muncul di abad pertengahan (rasionalisme dan empirisme) dan satu aliran filsafat abad sembilan belas (pragmatisme), seolah kembali mendapat tempat di dalam berbagai aspek kehidupan bermasyarakat. Inilah yang kelak membentuk kecenderungan baru teologi abad ke-21 yang berusaha menyingkirkan Tuhan dari panggung aktifitas manusia dan membawa. Perkembangan agama Kristen selanjutnya tentu tidak terlepas dari peran serta orang Indonesia yang beragama Kristen. Jerih payah mereka penting untuk diperhitungkan. Mereka yang pergi keluar negeri untuk melanjutkan studi baik pendidikan sekuler maupun pendidikan teologi ikut ambil bagian dalam misi pemberitaan Injil ini. Tak terkecuali mereka yang bekerja selama beberapa tahun di luar negeri. Ketika mereka kembali sebagian besar terpengaruh dengan kehidupan di sana serta membawa aliran dan denominasi gereja baru. Perkembangan kekristenan tidak terlepas dari jerih lelah orang-orang Kristen terdahulu. Kita perlu belajar dari semangat mereka serta memberikan apresiasi atas perjuangannya dalam memberitakan Injil. Tuhan Yesus  sangat mengharapkan agar semua orang mendengar kabar sukacita dari-Nya dan mereka beroleh keselamatan kekal.















BAB II
Perkembangan Gereja Abad 21
. Aliran Lutheran
Cikal bakal agama Kristen Protestan tentu tidak terlepas dari reformasi Marthin Luther yang puncaknya tanggal 31 Oktober 1517. Kendati dia lahir dari keluarga sederhana tanggal 10 Nopember 1483 di Eisleben, namun semangatnya dalam memperbaharui sistem pelayanan gereja tidak pernah pudar. Reformasi ini berawal di Witten- Gereja Pecah berg-Jerman pada saat Yohanes Tetzel menjual surat pengampunan dosa atas perintah Paus Leo X di Roma. Reformasi yang dilakukannya tidak bertujuan merusak gereja, melainkan untuk mengingatkan Paus agar kembali menerapkan praktek-praktek pelayanan gerejawi sesuai dengan Alkitab.  Dalam pergumulan dan perjuangan yang cukup lama membuat Luther akhirnya dikeluarkan dari jabatannya sebagai imam di GKR. Namun dia terus menyuarakan kebenaran yang diyakininya berdasarkan Alkitab. Akibat reformasinya sebagian jemaat dari GKR memisahkan diri kemudian mengikutnya. Kehadiran Luther di tengah-tengah mereka menjadi sumber inspirasi untuk membangun sebuah paradigma baru. Para pengikut Luther pada akhirnya disebut aliran Lutheran. Setelah peristiwa reformasi dan teristimewa ketika Luther meninggal dunia tanggal 18 Februari 1546, maka  agama Kristen Protestan terpecah-pecah dalam berbagai aliran dan denominasi gereja sampai saat ini. Memang sebuah pekerjaan yang sulit untuk menentukan secara pasti gereja yang beraliran Lutheran secara murni. Walaupun demikian, setidaknya melalui The Lutheran World Federation (LWF) yang berdiri tahun 1947 dan Rheinische Missions Gesellschaft (RMG) yaitu lembaga pekabaran Injil yang ditangani oleh aliran Lutheran dan Calvinis dapat memberikan petunjuk ciri khas aliran ini. Beberapa gereja yang menyebut dirinya beraliran Lutheran sekaligus Calvinis, antara lain: HKBP, GKPS. GPKB, GKPI, HKI, GKLI, GKPA, GKPM, BNKP, ONKP,  AMIN, dan sebagainya. [1]
Reformasi Marthin Luther merupakan awal perpecahan gereja di seluruh dunia. Aliran Lutheran hasil perpecahan dari Gereja Katolik Roma.  Beberapa pokok ajaran gereja yang beraliran Lutheran secara umum, yaitu:
A.    Berdasarkan pada sola scriptura (hanya oleh Firman Allah), sola gratia (hanya oleh Anugerah), dan sola fide (hanya oleh Iman).
B.     Sakramen terdiri atas dua bagian yaitu Baptisan Kudus dan Perjamuan Kudus. Baptisan kudus setara dengan sunat. Baptisan dilakukan secarapercik bagi anak-anak atau orang dewasa yang baru percaya. Perjamuan kudus disebut konsubstansiasi yaitu pada saat makan roti dan minumanggur maka hakikat tubuh dan darah Kristushadir dalam diri kita secara nyata.
C.     Jabatan gereja ditetapkan oleh Allah sebagai pelaksana fungsi pelayanan Firman dan Sakramen Dalam hal ini pendeta melaksanakan tugas pengajaran dan penggembalaan yang dibantu oleh penatua, sedangkan diaken untuk pelayanan sosial.
D.    Suasana ibadah biasanya dilengkapi dengan lilin dan salib di altar. Khotbah menjadi pusat ibadah.
Nyanyian dan musik pada umumnya memakai musik Gregorian dan Kidung Jemaat. Namun saat ini puji-pujian dalam gereja ini sudah banyak mengalami perubahan dan percampuran dengan musik kontemporer lainnya.
Aliran Calvinis
Aliran Calvinis dipelopori oleh Johannes Calvin (Jean Cauvin) yang lahir di Noyon-Perancis Utara tanggal 10 Juli 1509. Gerakan reformasi diawali di Perancis tahun 1534 kendati dia sendiri sebagai anggota GKR. Pengaruh Calvin terlihat dalam perdebatan konfesional gerejawi sepanjang abad ke-17, sehingga tradisi ini kemudian dikenal sebagai Calvinisme. Calvinisme adalah sebuah sistem teolog teologis dengan pendekatan kepada kehidupan orang Kristen yang menekankan kedaulatan pemerintahan Allah atas segala  sesuatu. Kedaulatan Allah merupakan kunci penting dalam kehidupan orang Kristen. Allah yang memanggil dan memilih setiap orang untuk percaya kepada­Nya. Aliran Calvinis mulai berkembang melalui penginjilan para misionaris abad ke-19 dan 20 di Jerman, Belanda, Amerika, Korea, Negeria, dan termasuk Indonesia yang sering disebut gereja Reformed[2]. Memang jarang kita menemukan gereja dengan nama Calvinis, tetapi beberapa gereja yang bercirikan Calvinisme atau dipengaruhi oleh paham Calvin telah berkembang di seluruh  wilayah Indonesia. Untuk mengetahui secara pasti aliran ini harus didasarkan pada pengakuan pemimpin gereja tersebut. Umumnya gereja ini tidak menggunakan nama Calvin dan juga tidak menganut paham Calvin secara murni. Pokok ajaran Calvin tidak jauh berbeda dengan Luther. Kedua tokoh gereja ini saling melengkapi satu sama lainnya. Mereka memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Sebagian besar Calvin melengkapi dan memperbaharui ajaran Luther yang masih dipengaruhi oleh latar belakang kehidupan biarawan di dalam Gereja Katolik Roma pada waktu itu. Pokok ajarannya dapat ditelusuri dalam buku Institutio, yaitu:
A.    Alkitab adalah Firman Allah yang satu-satunya sumber ajaran gereja yang benar (sola scriptura).
B.     Keselamatan diperoleh hanya karena kasih karunia Allah (sola gratia) melalui iman kepada Yesus Kristus (sola fide).
C.     Predestinasi adalah karya pemilihan Allah atas orang-orang berdosa berdasarkan anugerah-Nya yang tak terbatas.
D.    Hukum Taurat memiliki 3 fungsi utama, yaitu: menyatakan kehendak Allah, menyadarkan manusia atas dosanya, dan pedoman bagi manusia yang sudah dibenarkan untuk mengatur kehidupannya agar sesuai keteologis dengan pendekatan kepada kehidupan orang Kristen yang menekankan kedaulatan pemerintahan Allah atas segala sesuatu.
E.     Gereja adalah persekutuan orang yang sudah diselamatkan oleh kasih karunia Allah di dalam Yesus Kristus, sehingga pemberitaan Firman Allah dan pelayanan sakramen harus dilakukan dengan benar.
F.      Jabatan gereja terdiri atas empat, yaitu: pendeta (gembala), guru, penatua, dan diaken.
G.    Sakramen baptisan kudus dilayankan dalam ibadah jemaat secara percik. Baptisan sebagai simbol keikutsertaan seseorang dalam kematian dan kebangkitan Kristus. Baptisan tidak menyelamatkan serta bukan syarat untuk memperoleh keselamatan.
H.    Sakramen perjamuan kudus merupakan tanda yang ditetapkan oleh Allah untuk mengingat karya pengorbanan Kristus di kayu salib.  Pada saat perjamuan kudus roti dan anggur tidak berubah bentuknya, tetapi sebaga simbol dari tubuh dan darah Yesus Kristus.
I.       Puji-pujian yang dipakai di gereja Calvinis adalah nyanyian Mazmur. Mazmur dipahami sebagai nyanyian yang paling layak untuk memuji Allah karena terdapat dalam Alkitab dan ciptaan Roh Kudus yang ditulis oleh para hamba-hamba-Nya.
Secara singkat pokok ajaran Calvin yang paling populer yaitu doktrin rahmat sebagaimana diuraikan Baan (2009) dengan singkatan TULIP: Total depravity yaitu kerusakan total, Unconditional election yaitu Kedaulatan Allah merupakan kunci penting dalam kehidupan orang Kristen. Allah yang memanggil dan memilih setiap orang untuk percaya kepada­Nya. lihan tanpa syarat, Limited atonement yaitu penebusan terbatas, Irresistible grace yaitu anugerah yang tidak dapat ditolak, dan Perseverance of the saints yaitu ketekunan orang-orang kudus.
Dengan melihat sejumlah pokok ajaran di atas maka gereja yang beraliran Calvinis yaitu: GKPB, GPIB, GMIT, GKI, GPM, dan sebagainya. Kendati belum sepenuhnya menerapkan paham Calvin dalam setiap aspek pelayanannya. Berdasarkan pengamatan menunjukkan bahwa sebagian besar gereja Calvinis justru masih mengadopsi ajaran dari gereja lain, yang sebelumnya sangat bertentangan dengan Calvin itu sendiri.
Aliran Anglican
Aliran Anglican atau Church of England merupakan salah satu bukti bahwa orang Inggris pernah menjajah suatu wilayah tertentu di dunia. Perkembangan aliran ini terasa pada saat kepemimpinan raja Henry VIII (15091547) di Inggris. Dia memisahkan diri dari Gereja Katolik Roma sekitar tahun 1533 karena konflik dengan Paus Clemens di Roma. Raja Henry meminta untuk bercerai dengan istrinya Catharina dari Aragon yaitu putri Spanyol dengan alasan belum memiliki anak laki-laki dari pernikahannya. Kemudian meminta kepada Paus agar diijinkan untuk menikahi pembantunya yang bernama Anne Boleyn. Tentupermintaan ini tidak dikabulkan oleh Paus karena bertentangan dengan Alkitab.[3]
Dalam pendangan Aritonang (2000:86) menegaskan ada tiga faktor mendasar yang memicu pemisahan dari Gereja Katolik Roma ke aliran Anglican, yaitu: pertama, hasrat raja untuk mendapatkan anak laki-laki untuk mewarisi tahta; kedua, tumbuhnya perasaan nasionalisme dan anti-klerikalisme; ketiga, meluasnya gagasan-gagasan Luther. Dari penegaskan ini membuktikan bahwa akibat pengaruh kekuasaan, kepentingan pribadi, dan tujuanpopularitas menjadi pemicu perpecahan gereja.  Munculnya aliran ini disebabkan oleh keinginan raja Henry VIIImendapatkan anak laki­laki untuk mewarisi tahtanya. Perceraian merupakan jalan yang harus ditempuh untuk mencapai sebuah keinginannya. Aliran Anglican di Indonesia secara resmi berdiri pada  tahun 1829 dengan nama British Protestant Community at Jakarta di Jalan Arif Rahman Hakim sekitar tugu Pak Tani Jakarta Pusat. Hal ini terwujud melalui London Missionary Society (LMS) yang mengutus Pdt. W.H. Medhurst pada Januari 1822 yang berlatar belakang gereja Presbyterian. Selanjutnya Pdt. J.R. Denyes dari Gereja Methodist Episcopal Amerika pada tahun 1905-1907 ikut mengambil bagian dalam memajukan aliran ini, dan sebagainya. Selain di Jakarta ternyata aliran ini berkembang di Surabaya yang sebagian besar anggotanya orang Inggris. Kehadirannya diawali pada sebuah yayasan The Congregation of British Protestans of East Java pada tahun 1928.  Dengan kegigihan dan perjuangan jemaat maka yayasan ini berhasil membangun gedung gereja pada bulan Mei 1931 yang bernama Christ Church. Pada dasarnya aliran ini sangat kompromi dengan berbagai aliran dan denominasi gereja yang ada di Indonesia maupun diluar negeri. Untuk bisa membedakan aliran ini maka perlu kita melihat beberapa pokok ajaran yang menjadi ciri khasnya, yaitu: a) Otoritas di dalam gereja terdiri dari 3 unsur, yakni: Alkitab, tradisi, dan akal budi. b) Inkarnasi yaitu Allah menjadi manusia di dalam Yesus Kristus. Inkarnasi ini dipahami dalam pokok penting, yaitu: pertama, sekalipun manusia tidak berdosa, namun Allah tetap berinkarnasi di dalam Yesus Kristus; kedua,  dosa ada karena pemberontakan manusia  kepada Allah; ketiga, gereja harus terbuka terhadap seluruh pengalaman karena yang baik dan jahat menjadi sumber  pemahaman diri kita di hadapan Allah. C) Sakramen terdiri atas perjamuan kudus dan baptisan kudus. Selain itu upacara gerejawi yang mengandung nilai sakramental (bukan sakramen) yakni peneguhan sidi, pengakuan dosa, ucapara penahbisan, upacara pernikahan, dan perminyakan orang sakit. Anak-anak yang meninggal sebelum dibaptis tidak mendapat hukuman dari Allah. Baptisan dilakukan secara percik ataupun selam serta menambahkan nama baptis dibelakang namanya yang disaksikan oleh bapa dan ibu seraninya.
D. Aliran Mennonit
Aliran Mennonit dimulai oleh seorang Pastor dari Gereja Katolik Roma yang bernama Menno Simons. Dia dilahirkan di kota Witmarsum di Friesland Belanda tahun 1496 dan meninggal pada 31 Januari 1561. Aliran ini dapat digolongkan dalam kelompok gereja Anabaptis yang menolak baptisan anak-anak dan hanya mengakui baptisan percik dewasa. Perlu disadari bahwa aliran ini sebagai perpecahan dari aliran gereja Anabaptis yang ada di Swiss dan Jerman. Berkembangnya aliran Menonit adalah jawaban atas kekecewaan para pengikutnya terhadap reformasi yang telah dilakukan oleh Luther di Jerman, Calvin di Perancis, dan Zwingli di Swiss yang kurang radikal. [4]Ditambah lagi sikap Jan Matthijs dan pengikutnya dari aliran Anabaptis di Belanda yang memaksa masyarakat untuk menjadi pengikutnya dengan cara kekerasan serta ancaman senjata pada saat itu. Jemaat yang tidak setuju dengan paham Anabaptis keluar menjadi pengikut Menonit. Sepintas terlihat aliran ini sebuah gerakan reformasi yang menuju demokrasi radikal. Mereka menganut garis moderat yang anti terhadap kekerasan seperti perang, perceraian, poligami, perkelahian, dan sebagainya.
            Pemahaman mereka tentang demokrasi radikal yaitu setiap insan manusia tidak diperkenankan menyakiti menghakimi, dan menganggap diri lebih baik dari insan yang lain di dunia. Bisa dikatakan aliran ini lebih menekankan pada persamaan hak di hadapan Tuhan. Setiap anggota jemaatnya tidak diperbolehkan menjadi pejabat kemiliteran, kepolisian, hakim, atau bidangbidang lain yang bernuansa kekerasan dan penindasan. Anggotanya selalu dianjurkan untuk berbuat baik dengan berpedoman pada khotbah Tuhan Yesus yaitu “Khotbah diBukit”. Dalam menjalankan ajarannya selalu menggunakan demokrasi radikal. Menurut Mouffe (1984:143) sebagai pewaris Althusser serta membandingkannya dengan teori hegemoni Gramsci menjelaskan bahwa demokrasi radikal bertujuan untuk menciptakan suatu masyarakat di mana  semua orang, apa pun jenis kelaminnya, ras, dan posisi ekonomis, akan berada pada situasi efektif kesetaraan dan partisipasi di mana tidak ada basis bagi diskriminasi. Jadi, persamaan derajat dan hak hidup bagi manusia menjadi prioritas utama dalam aliran Menonit.
Kekerasan dan penindasan  bukanlah ciri khas sebuah gereja. Perbuatan baik menjadi kunci sukses dan identitas orang Kristen yang benar. Kehadiran orang Kristen membawa suasana kedamaian dan ketentraman. Aliran Menonit menolak kekerasan dan diskriminasi,  tetapi di sisi lain mereka konflik dengan Luther, Calvin, dan Anabaptis. Yang paling menonjol yaitu adanya perubahan konsep dan logika berpikir tentang pelaksanaan baptisan kudus. Baptisan dilayankan bagi orang dewasa secara percik. Selain dewasa secara jasmani juga harus dewasa secara rohani. Seseorang yang dewasa secara jasmani belum tentu dewasa secara rohani. Dewasa secara rohani berarti sungguh-sungguh menerima panggilan pertobatan, hidup baru, dan berperilaku sesuai kehendak Allah. Walaupun baptisan percik dewasa dilaksanakan di gereja ini, namun mereka tidak menggunakan istilah sakramen baptisan melainkan penetapan baptisan. Pemakaian istilah ini menunjukkan bukan hanya pendeta yang berhak melayankan upacara-upacara gerejawi, tetapi anggota jemaat pun bisa melaksanakannya. Oleh  sebab itu, sifat sakramental dari setiap upacara gerejawi ditiadakan. Beberapa ketetapan yang patut dilaksanakan oleh aliran ini menurut Aritonang (2000:121-122) yaitu: Baptisan, komuni (perjamuan kudus), pembasuhan kaki, kecupan suci, pengurapan (peminyakan), kerudung (bagi wanita) pada kebaktian, perkawinan, dan penumpangan tangan pada penahbisan. Akibat doktrin yang berbeda maka mereka dicap sebagai aliran sesat. Pemerintah maupun masyarakat yang tidak sepaham akan menindas dan mengusir mereka  di wilayah tersebut. Di balik penderitaan yang mereka  alami, justru semakin bersemangat untuk memberitakan ajarannya sambil mengungsi ke beberapa negara selain Belanda yaitu Rusia, Amerika, Canada, Mexico, Indonesia, dan beberapa negara yang memungkinkan untuk menerimanya. Gereja ini hampir semuanya tidak memakai nama Mennonit. Awalnya mereka disebut sebagai kelompok “Taufgesinnt” yang berarti kelompok orang yang melaksanakan pembaptisan dewasa secara percik. Aliran ini di Belanda memakai nama Doopsgezinden, Ethiopia dikenal dengan Meserete Kristos yang berarti dasar yang diletakkan Kristus, dan di Indonesia memakai nama gereja sesuai daerah dan budaya dimana berkembangnya aliran tersebut. Perkembangannya di Indonesia dimulai dari desa  Cumbring Jepara. Pernah ada di Sumatera Barat dan  Utara pada tahun 1830, namun mengalami kemunduran karena berada di bawah jajahan kolonial Hindia-Belanda pada waktu itu. Pada tanggal 16 Maret 1854 dilaksanakan pembaptisan pertama terhadap 5 orang di desa Cumbring oleh Zendeling Pieter Jansz. Beberapa tahun kemudian aliran ini berkembang secara signifikan dengan membentuk tiga sinode besar, yaitu: Gereja Kristen Muria  Indonesia (GKMI), Gereja Injili di Tanah Jawa (GITJ), dan  Jemaat Kristen Indonesia (JKI).
E. Aliran Baptis
Aliran Baptis muncul sekitar awal abad ke-16 setelah  reformasi Luther. Kehadiran aliran ini erat hubungannya dengan gerakan Anabaptis yaitu aliran yang membaptis ulang orang Kristen secara selam kendati sudah pernah dibaptis secara percik pada saat masih bayi ataupun dewasa. Pada waktu itu Smyth dan rekan-rekannya ditindas oleh pemerintah Inggris karena dianggap sebagai pembawa aliran sesat dalam gereja dan Negara. Mereka mengungsi ke Belanda dan bergabung dengan aliran Mennonit pada tahun 1607. Jadi, aliran ini dipelopori oleh John Smyth yang berasal dari gereja Anglican di Inggris. Kemudian pada tahun 1609 Smyth dan rekanrekannya kembali menerima baptisan selam (baptisan ulang) di Belanda. Peristiwa pembaptisan ulang inilah menjadi cikal bakal terbentuknya jemaat Baptis Inggris yang pertama di Amsterdam. Awalnya mereka berkomitmen  tinggal di Belanda, tetapi beberapa penduduk di sana menolaknya. Pada akhirnya mereka kembali ke Inggris mendirikan aliran Baptis pertama pada tahun 1912. Perkembangan aliran Baptis di luar negeri terjadi tahun 1640 pada masa pemerintahan Oliver Cromwell. Keberadaannya di Indonesia melalui pelayanan dan penginjilan Jabez Carey di Maluku pada tahun 1814. Penginjilan Carey hanya sampai tahun 1818 yang kemudian melanjutkan penginjilan ke India. Kehadirannya di Maluku tidak diterima oleh kalangan orang yang sudah menjadi Kristen karena berusaha mempraktekan baptisan selam dewasa. Mereka hanya menerima konsep teologi yang diterapkan oleh Joseph Kam utusan NZG yang mempraktekkan baptisan anak secara percik
sesuai dengan paham Calvinis.
Perkembangan aliran Baptis di Indonesia kembali dimulai melalui penginjil Richard Burton dan secara khusus Nathaniel Ward yang bertahan di Padang-Sumatera Barat sampai meninggal pada tahun 1850. Sejak itu beberapa misionaris gereja Baptis dari luar negeri maupun orang pribumi tetap melanjutkan misinya untuk memberitakan Injil sampai saat ini. Terbukti sejumlah organisasi gereja Baptis telah berkembang dalam beberapa denominasi, antara lain: Persekutuan Gereja-gereja Baptis Irian Jaya (PGBIJ), Gabungan Gereja Baptis Indonesia (GGBI), Gereja Perhimpunan Injili Baptis Indonesia (GPIBI), Kerapatan Gereja Baptis Indonesia (KGBI), Gereja Baptis Independent di Indonesia (GBII), Sinode Gereja Kristen  Baptist Jakarta (SGKBJ), dan masih banyak lagi denominasi gereja-gereja Baptis yang masih terus berkembang. Beberapa pokok ajaran aliran gereja ini sehingga memiliki perbedaan dengan aliran atau denominasi lain,yaitu:
A.    Alkitab adalah Firman Allah yang dijadikan sumber hidup orang Kristen, dasar ajaran, dan pedoman berperilaku. Mereka memiliki kebebasan menafsirkan Alkitab secara fundamentalis, liberal, maupun modernis. Perbedaan dalam penafsiran sering menjadi kontroversial  yang berakhir pada pertikaian Pemahaman mereka tentang demokrasi radikal yaitu setiap insan manusia tidak diperkenankan menyakiti, menghakimi, dan menganggap diri lebih baik dari insan yang lain di dunia. Bisa dikatakan aliran ini lebih menekankan pada persamaan hak di hadapan Tuhan.
B.     Setiap anggota jemaatnya tidak diperbolehkan menjadi pejabat kemiliteran, kepolisian, hakim, atau bidang-bidang lain yang bernuansa kekerasan dan penindasan. Anggotanya selalu dianjurkan untuk berbuat baik dengan berpedoman pada khotbah Tuhan Yesus yaitu “Khotbah di Bukit”. Dalam menjalankan ajarannya selalu menggunakan demokrasi radikal. Menurut Mouffe (1984:143) sebagai pewaris Althusser serta membandingkannya dengan teori hegemon Gramsci menjelaskan bahwa demokrasi radikal bertujuan untuk menciptakan suatu masyarakat di mana semua orang, apa pun jenis kelaminnya, ras, dan posisi  ekonomis, akan berada pada situasi efektif kesetaraan dan partisipasi di mana tidak ada basis bagi diskriminasi. Jadi, persamaan derajat dan hak hidup bagi manusia menjadi prioritas utama dalam aliran Menonit.
C.     Kekerasan dan penindasan  bukanlah ciri khas sebuah gereja. Perbuatan baik menjadi kunci sukses dan identitas orang Kristen yang benar. Kehadiran orang Kristen membawa suasana kedamaian dan ketentraman.
D.    Aliran Menonit menolak kekerasan dan diskriminasi,  tetapi di sisi lain mereka konflik dengan Luther, Calvin, dan Anabaptis. Yang paling menonjol yaitu adanya perubahan konsep dan logika berpikir tentang pelaksanaan baptisan kudus. Baptisan dilayankan bagi orang dewasa secara percik. Selain dewasa secara jasmani juga harus dewasa secara rohani. Seseorang yang dewasa secara jasmani belum tentu dewasa secara rohani. Dewasa secara rohani berarti sungguh-sungguh menerima panggilan pertobatan, hidup baru, dan berperilaku sesuai kehendak Allah. Walaupun baptisan percik dewasa dilaksanakan di gereja ini, namun mereka tidak menggunakan istilah sakramen baptisan melainkan penetapan baptisan. Pemakaian istilah ini menunjukkan bukan hanya pendeta yang berhak melayankan upacara-upacara gerejawi, tetapi anggota jemaat pun bisa melaksanakannya.
 Oleh  sebab itu, sifat sakramental dari setiap upacara gerejawi ditiadakan. Beberapa ketetapan yang patut dilaksanakan oleh aliran ini menurut Aritonang (2000:121-122) yaitu: Baptisan, komuni (perjamuan kudus), pembasuhan kaki kecupan suci, pengurapan (peminyakan), kerudung (bagi wanita) pada kebaktian, perkawinan, dan penumpangan tangan pada penahbisan. Akibat doktrin yang berbeda maka mereka dicap sebagai aliran sesat. [5]Pemerintah maupun masyarakat yang tidak sepaham akan menindas dan mengusir mereka di wilayah tersebut. Di balik penderitaan yang mereka alami, justru semakin bersemangat untuk memberitakan ajarannya sambil mengungsi ke beberapa negara selain Belanda yaitu Rusia, Amerika, Canada, Mexico, Indonesia, dan beberapa negara yang memungkinkan untuk menerimanya. Gereja ini hampir semuanya tidak memakai nama Mennonit. Awalnya mereka disebut sebagai kelompok “Taufgesinnt” yang berarti kelompok orang yang melaksanakan pembaptisan dewasa secara percik.[6] Aliran ini di Belanda memakai nama Doopsgezinden, Ethiopia dikenal dengan Meserete Kristos yang berarti dasar yang diletakkan Kristus, dan di Indonesia memakai nama gereja sesuai daerah dan budaya dimana berkembangnya aliran tersebut. Perkembangannya, di Indonesia dimulai dari desa  Cumbring Jepara. Pernah ada di Sumatera Barat dan  Utara pada tahun 1830, namun mengalami kemunduran karena berada di bawah jajahan kolonial Hindia-Belanda pada waktu itu. Pada tanggal 16 Maret 1854 dilaksanakan pembaptisan pertama terhadap 5 orang di desa Cumbring oleh Zendeling Pieter Jansz. Beberapa tahun kemudian aliran ini berkembang secara signifikan dengan membentuk tidak sinode besar, yaitu: Gereja Kristen Muria  Indonesia (GKMI), Gereja Injili di Tanah Jawa (GITJ), dan Jemaat Kristen Indonesia (JKI).
E. Aliran Baptis
Aliran Baptis muncul sekitar awal abad ke-16 setelah  reformasi Luther. Kehadiran aliran ini erat hubungannyan dengan gerakan Anabaptis yaitu aliran yang membaptis ulang orang Kristen secara selam kendati sudah pernah dibaptis secara percik pada saat masih bayi ataupun dewasa. Pada waktu itu Smyth dan rekan-rekannya ditindas oleh pemerintah Inggris karena dianggap sebagai pembawa aliran sesat dalam gereja dan Negara. Mereka mengungsi ke Belanda dan bergabung dengan aliran Mennonit pada tahun 1607. Jadi, aliran ini dipelopori oleh John Smyth yang berasal dari gereja Anglican di Inggris. Kemudian pada tahun 1609 Smyth dan rekanrekannya kembali menerima baptisan selam (baptisan ulang) di Belanda. Peristiwa pembaptisan ulang inilah menjadi cikal bakal terbentuknya jemaat Baptis Inggris yang pertama di Amsterdam. Awalnya mereka berkomitmen  tinggal di Belanda, tetapi beberapa penduduk di sana menolaknya. Pada akhirnya mereka kembali ke Inggris mendirikan aliran Baptis pertama pada tahun 1912.
Perkembangan aliran Baptis di luar negeri terjadi tahun 1640 pada masa pemerintahan Oliver Cromwell. Keberadaannya di Indonesia melalui pelayanan dan penginjilan Jabez Carey di Maluku pada tahun 1814. Penginjilan Carey hanya sampai tahun 1818 yang kemudian melanjutkan penginjilan ke India. Kehadirannya di Maluku tidak diterima oleh kalangan orang yang sudah menjadi Kristen karena berusaha mempraktekan baptisan selam dewasa. Mereka hanya menerima konsep teologi yang diterapkan oleh Joseph Kam utusan NZG yang mempraktekkan baptisan anak secara percik sesuai dengan paham Calvinis[7]. Perkembangan aliran Baptis di Indonesia kembali dimulai melalui penginjil Richard Burton dan secara khusus Nathaniel Ward yang bertahan di Padang-Sumatera Barat sampai meninggal pada tahun 1850. Sejak itu beberapa misionaris gereja Baptis dari luar negeri maupun orang pribumi tetap melanjutkan misinya untuk memberitakan Injil sampai saat ini. Terbukti sejumlah organisasi gereja Baptis telah berkembang dalam beberapa denominasi, antara lain: Persekutuan Gereja-gereja Baptis Irian Jaya (PGBIJ), Gabungan Gereja Baptis Indonesia (GGBI) Gereja Perhimpunan Injili Baptis Indonesia (GPIBI), Kerapatan Gereja Baptis Indonesia (KGBI), GerejaBaptis Independent di Indonesia (GBII), Sinode Gereja Kristen Baptist Jakarta (SGKBJ), dan masih banyak lagi denominasi gereja-gereja Baptis yang masih terus berkembang. Beberapa pokok ajaran aliran gereja ini sehingga memiliki perbedaan dengan aliran atau denominasi lain,yaitu: 1) Alkitab adalah Firman Allah yang dijadikansumber hidup orang Kristen, dasar ajaran, dan pedoman berperilaku. Mereka memiliki kebebasan menafsirkan Alkitab secara fundamentalis, liberal, maupun modernis. Perbedaan dalam penafsiran sering menjadi kontroversial  yang berakhir pada pertikaian Pemahaman mereka tentang demokrasi radikal yaitu setiap insan manusia tidak diperkenankan menyakiti, menghakimi, dan menganggap diri lebih baik dari insan yang lain di dunia. Bisa dikatakan aliran ini lebih menekankan pada persamaan hak di hadapan Tuhan. Setiap anggota jemaatnya tidak diperbolehkan menjadi pejabat kemiliteran, kepolisian, hakim, atau bidang-bidang lain yang bernuansa kekerasan dan penindasan. Anggotanya selalu dianjurkan untuk berbuat baik dengan berpedoman pada khotbah Tuhan Yesus yaitu “Khotbah di Bukit”. Dalam menjalankan ajarannya selalu menggunakan demokrasi radikal. Menurut Mouffe (1984:143) sebagai pewaris Althusser serta membandingkannya dengan teori hegemoni Gramsci menjelaskan bahwa demokrasi radikal bertujuan untuk menciptakan suatu masyarakat di mana  semua orang, apa pun jenis kelaminnya, ras, dan posisi  ekonomis, akan berada pada situasi efektif kesetaraan dan partisipasi di mana tidak ada basis bagi diskriminasi. [8]
Jadi, persamaan derajat dan hak hidup bagi manusia menjadi prioritas utama dalam aliran Menonit. Kekerasan dan penindasan  bukanlah ciri khas sebuah gereja. Perbuatan baik menjadi kunci sukses dan identitas orang Kristen yang benar. Kehadiran orang Kristen membawa suasana kedamaian dan ketentraman. Aliran Menonit menolak kekerasan dan diskriminasi,  tetapi di sisi lain mereka konflik dengan Luther, Calvin, dan Anabaptis[9]. Yang paling menonjol yaitu adanya perubahan konsep dan logika berpikir tentang pelaksanaan baptisan kudus. Baptisan dilayankan bagi orang dewasa secara percik. Selain dewasa secara jasmani juga harus dewasa secara rohani. Seseorang yang dewasa secara jasmani belum tentu dewasa secara rohani. Dewasa secara rohani berarti sungguh-sungguh menerima panggilan pertobatan, hidup baru, dan berperilaku sesuai kehendak Allah. Walaupun baptisan percik dewasa dilaksanakan di gereja ini, namun mereka tidak menggunakan istilah sakramen baptisan melainkan penetapan baptisan. Pemakaian istilah ini menunjukkan bukan hanya pendeta yang berhak melayankan upacara-upacara gerejawi, tetapi anggota jemaat pun bisa melaksanakannya. Oleh  sebab itu, sifat sakramental dari setiap upacara gerejawi ditiadakan. Beberapa ketetapan yang patut dilaksanakan oleh aliran ini menurut Aritonang (2000:121-122) yaitu: Baptisan, komuni (perjamuan kudus), pembasuhan kaki, kecupan suci, pengurapan (peminyakan), kerudung (bagi wanita) pada kebaktian, perkawinan, dan penumpangan tangan pada penahbisan.  Akibat doktrin yang berbeda maka mereka dicap sebagai aliran sesat. Pemerintah maupun masyarakat yang tidak sepaham akan menindas dan mengusir mereka  di wilayah tersebut. Di balik penderitaan yang mereka  alami, justru semakin bersemangat untuk memberitakan ajarannya sambil mengungsi ke beberapa negara selain Belanda yaitu Rusia, Amerika, Canada, Mexico, Indonesia, dan beberapa negara yang memungkinkan untuk menerimanya. Gereja ini hampir semuanya tidak memakai nama Mennonit. Awalnya mereka disebut sebagai kelompok “Taufgesinnt” yang berarti kelompok orang yang melaksanakan pembaptisan dewasa secara percik. Aliran ini di Belanda memakai nama Doopsgezinden, Ethiopia dikenal dengan Meserete Kristos yang berarti dasar yang diletakkan Kristus, dan di Indonesia memakai nama gereja sesuai daerah dan budaya dimana berkembangnya aliran tersebut. Perkembangannya di Indonesia dimulai dari desa Cumbring Jepara. Pernah ada di Sumatera Barat dan Utara pada tahun 1830, namun mengalami kemunduran karena berada di bawah jajahan kolonial Hindia-Belanda pada waktu itu. Pada tanggal 16 Maret 1854 dilaksanakan pembaptisan pertama terhadap 5 orang di desa Cumbring oleh Zendeling Pieter Jansz. Beberapa tahun kemudian aliran ini berkembang secara signifikan dengan membentuk tiga sinode besar, yaitu: Gereja Kristen Muria  Indonesia (GKMI), Gereja Injili di Tanah Jawa (GITJ), dan  Jemaat Kristen Indonesia (JKI).
Gereja Setan
Gereja Setan bukanlah gereja dalam arti sosiologis, tetapi sekte yang didirikan oleh Anton Szandor Lavey karena ketidakpuasan dalam ajaran agama Kristen, sehingga  muncul aliran sempalan yang dinamakan Lavey dengan Church Of Satan/Gereja Setan.  Disebut dengan sekte karena Gereja Setan mempunyai pengikut sepaham dengan Lavey yang tergolong sedikit dan memisahkan diri daripada agama besar yaitu Agama Kristen, setelah memisahkan diri lalu membuat ritual yang tersendiri, walaupun ritualnya tersendiri namun masih ada nama ritual yang diambil dari agama kristiani seperti ritual Misa, dalam Gereja Setan Misa ini dikenal dengan sebutan Black Mass (Misa Hitam). Ketidakpuasan awal mulanya ketika Lavey bekerja sebagai pemain organ tunggal di sebuah karnaval. Dia melihat para pastur dan umat Kristen sering mengunjungi karnaval tersebut dan melihat para penari-penari telanjang serta melakukan tindakan yang tidak bersesuaian dengan agama mereka yakini seperti pastur memakai limusin yang sepatutnya dalam agama adalah pastur bergaya  sederhana dan juga para oknum agamawan gereja sering menarik bayaran penebusan dosa (indulgensi) dan uang tersebut digunakan dengan hal maksiat yang berdalih dengan agama. Oleh karena itu Lavey memberikan asumsi bahwa para golongan agamawan khususnya agama Kristen selalu melakukan hal yang berada dalam jangkauan maksiat.
Karena Gereja Setan dalam ketidakpuasan terhadap Gereja Kristen maka setelah pemisahan diri dari Gereja Kristen, Gereja Setan membuat/melakukan hal-hal yang ditentang oleh gereja Kristen, misalkan dalam musuh agama Kristen  adalah Setan yang disebut dengan Lucifer/Baphomet, Gereja Setan menyembah terhadap Lucifer tersebut. Agama Kristen melarang melakukan perbuatan zina, namun Gereja Setan malah melakukan perzinaan sampai-sampai zina dijadikan sebuah ritual bagi penganut satanisme, dalam Agama Kristen meminum hal yang memabukan itu dilarang, namun bagi Gereja Setan hal tersebut dijadikan suatu yang sakral dan ritual dalam perjamuan kudus mereka misalkan dengan memakai ekstasi yang cair dalam piala.[10] Jadi, bagi Kaum Satanis wujud dari Agama Kristen tersebut adalah wujud yang seharusnya terbalik. Semua hal yang baik menurut agama Kristen dalam gereja setan hal yang baik itu dirubah dengan wujud ekstrem 180 derajat untuk menjadi sebuah yang jahat. Untuk kasus Gereja Setan yang digerakan oleh Anton Szandor Lavey ini bisa dikatakan jenisnya adalah sekte ideologi okultisme yang mempunyai organisasi terstruktur dengan anggota yang tidak terlalu besar dan pengikutnya sukarela. Serta, mereka punya tokoh yang kharismatik yaitu Anton Szandor Lavey, namun kenyataannya mereka menyebutkan adalah Sebuah Gereja.  Dalam perkembangannya dari dulu hingga sekarang mereka mempunyai ideologi yang berdasarkan seksual, Gereja Setan tampaknya memuja seks sebagai unsur yang sangat penting dalam ritual. Mungkin hal ini adalah kebalikan dari pandangan Kristen yang menganjurkan kesucian tanpa seks (selibat) bagi pastur dan biarawati. Hal itu merupakan penghormatan untuk Tuhan yang disembah mereka yaitu Baphomet/Lucifer. Untuk bentuk satanisme dari Aleister Crowley dan Anton Szandor Lavey ada perbedaan.[11]
Crowley mengaku mendapatkan bisikan gaib dari makhluk yang bernama Aiwass lalu menyembah setan sedangkan Lavey mengklaim menerima satanismenya dari kebenciannya kepada umat kristiani setelah itu ia membaca buku-buku okultisme lalu menjadikan penyembahan terhadap setan yang dinamakan Baphomet. Untuk pada zaman Crowley, ajarannya tersebut tidak ada penerus murni dari ideologinya. Akan tetapi ajarannya tersebut banyak dijadikan kandungan dari dunia satanisme termasuk Lavey. Sedangkan Lavey setelah meninggal masih ada penerusnya yang hingga saat ini masih menjabat sebagai Magus tertinggi gereja setan yaitu Magus Peter H. Gilmore. Dalam perekrutan jamaah antara Crowley dan Lavey. Crowley lebih mementingkan terhadap penduduk sekitar ia tinggal. Sedangkan Lavey perekrutan jamaah gerejanya hingga memunculkan situs website dengan tujuan ideologi satanismenya lebih mendunia dan dikenal orang.
Dan untuk perekrutan jamaahnya tersebut Lavey membaginya secara lebih terstruktur. Simbol menurut Emile Durkheim adalah sesuatu hal sakral yang dapat membuat kebersamaan yang kuat antar sesama penganut sebuah keyakinan.[12] Begitu juga Simbol yang ada dalam Gereja Setan bisa membuat antar penganut yang disebut satanisme menjadi sesuatu solidaritas yang kuat, misalkan dalam ritual gereja setan, peserta diharuskan memakai kalung yang dihiasi oleh simbol baphomet ataupun simbol pentagram, di balik itu menjadikan sebagai kewajiban dalam aturan ritual Gereja Setan, ada sebuah keterikatan kebersamaan antar penganut Satanisme yaitu sama-sama memakai lambang sakral dalam pemujaan terhadap setan. Bisa dianggap simbol itu yang menjadi sebagai perekat kebersamaan Gereja Setan untuk menjalankan misi menentang kaum pengikut Gereja Kristen.
Simbol yang dipakai antara Crowley, Lavey, dan Freemason, ada hubungan kesamaan yang menarik diantara mereka tersebut. Crowley semasa hidupnya  aktif dalam anggota Order of the Golden Dawn yang mana organisasi tersebut adalah organisasi yang berkaitan dengan freemason, dan simbol tersebut sekarang dipakai oleh Lavey dalam melakukan praktek ritualnya.  Lambang 666 yang menjadikan dasar Crowley adalah lambang yang bermakna setan/the beast number namun dalam segi Lavey lambang 666 adalah lambang yang sering dijadikan propaganda. Dunia hiburan dijadikan dasar propaganda yang dianut oleh Gereja Setan. Para kaum agamawan biasanya menilai dunia hiburan adalah dunia yang gelap, dunia yang penuh dengan aroma dosa. Namun dalam Gereja setan dunia hiburan dianggap sebagai ladang untuk mempengaruhi dengan propaganda sekaligus ladang untuk mengajak kalangan umat yang lemah dalam agamanya agar terjerumus kedalam lubang hitam yang mereka buat.  Musik adalah hal yang berkembang pesat didunia Barat, musik yang mengiringi dalam Gereja Setan ini adalah musik yang beraliran keras, seperti Rock, Black Metal, Death Metal, Punk, Underground dan sebagainya. Oleh karena itu, musik adalah hal yang sangat mudah didengar oleh anak muda. Band-Band satanisme menyuarakan lirik lagu yang bernuasa Atheis, seksual, tentang pemujaan terhadap Baphomet, Lucifer, tentang AntiGod (Anti Tuhan), dan AntiChrist (Dajjal). Bukan hanya dari lirik lagu saja yang mereka suarakan, akan tetapi dari sampul album mereka dihiasi hal yang berunsur satanisme tersebut. Sehingga, lama kelamaan musik aliran keras dianggap musik yang menyuarakan tentang Satanisme.[13]
Namun, hal tersebut tidak bisa dihentikan karena negara Barat adalah negara yang bebas dalam berkreasi bidang seni. Setelah musik, dunia perfilman juga dijadikan tempat mereka mempropogandakan ajaran mereka.  Dua film seperti Rosemary Baby dan The Devil’s Rain adalah film yang berdasarkan unsur satanisme yang dipadukan dengan aliran horror yang pada waktu itu film horor memang berkembang pesat di negara Barat khususnya New York. Dengan Film-film tersebut Church of Satan/Gereja Setan bisa menampikan eksistensi satanismenya. Fenomena ini hampir sama dengan aliran musik yang banyak mendapatkan kritikan dari pemerhati. Namun hal tersebut tidak bisa dihentikan karena Film adalah Budaya Seni yang bebas berkembang. Dalam Game Virtual yang kebanyakan peminatnya adalah anak-anak, juga banyak terdapat propaganda mereka[14]. Hal-hal yang ditampilkan dalam Game tersebut bisa dikatakan adalah sesuatu pengenalan fenomena Satanisme yang diramu dengan tampilan untuk menghibur, namun dibalik hiburan itu Gereja Setan mengupayakan pengenalan bagi diri mereka sekaligus menjerumuskan dengan cara yang halus.   Pengaruh gereja Setan dari dunia musik sebenarnya banyak meluncurkan dalam sisi propaganda untuk masyarakat Barat. Namun, tidak diketahui berapa banyak orang yangterpengaruh Gereja Setan dalam sisi propaganda  dunia musik dikarenakan dalam literatur yangdidapat tidak ada jumlah anggota gereja Setan masuk karena telah mendengarkan musik-musikyang beraliran satanisme.
Musik dari dahulu hingga sekarang selalu dipakai dalam acara pemujaan ritual-ritual agama, karena Tuhan adalah hal yang indah, sehingga harus disandingkan dengan hal-hal yang indah sebagaimana halnya musik.Saat ini Gereja Setan yang memakai musik sebagai alat-alat ritual, tetapi musik yang mereka gunakan tidak seperti musik religi yang dipakai dalam berbagai agama, melainkan musik yang mereka tanamkan adalah musik yang jahat, sehingga musik-musik tersebut diterjemahkan dalam bentuk keterbalikan/perlawanan terhadap hal yang sakral dalam Gereja Kristen pada umumnya, misalkan mengejek terhadap Yesus dan mengagungkan akan nama Baphomet.
Gereja setan dibentuk dan berasal Amerika Serikat (AS), sedangkan disana istilah gereja bukan hanya digunakan dikalangan Kristen, sehingga ada macam-macam nama kelembagaan non-kristen yang memakai istilah gereja (church). Misalnya : Church of Buddihst, dll dan tentu tak ketinggalan church of satan. Gereja setan bukanlah sesuatu yang muncul mendadak sontak pada parohan abad ke-20[15]. Latar belakang terbentuknya yaitu, pemujaan terhadap setan atau terhadap roh-roh (spritisme) sebenarnya sudah berlangsung sejak lama, mungkin sejak manusia pertama (kej.3). dalam PL kita banyak menemukan tentang pemujaan setan, yang dilakukan oleh bangsa-bangsa Israel, tetapi kadang-kadang juga menggoda bangsa Israel untuk mengikutinya. Istilah ibraninya adalah s’tn diterjemahkan dalam bahasa Indonesia sebagai setan, iblis, roh-roh jahat dll. Di dalam Yesaya 14:12 dikatakan “ Wahai, engkau sudah jatuh dari langit, hai bintang timur, putera fajar…” di dalam terjemahan King James “bintang Timur” disebut “lucifer”. Ia memberontak, diusir da dijatuhkan dari sorga, dan ialah yang dikenal sebagai setan atau iblis. Maka karena itu di dalam gereja Setan Lucifer disebut”Tuhannya”. Dan mereka memiliki kitab yang disebut the satanic bible adalah book of Lucifer.
Dikalangan berbagai agama di luar bangsa Israel dan sebelum kitab-kitab PL ditulis, pemujaan setan atau yang sejenisnya sudah lama dikenal. Di dalam agama Zarathustra (Zoroaster) Persia, misalnya setan sudah dikenal dengan nama Angra Mainyu (Ahriman), yang adalah saudara kembar dari Ahura mazda (nama untuk tuhan atau ilah yang dsembah penganut agama ini). Zoroaster mengajarkan bahwa Angra Mainyu dan Ahura mazda terus bertarung sepanjang masa, sampai Angra Mainyu kalah.
Pada abad XV-XIX di Eropa terjadi pemburuan yang intensif terhadap para penyihir. Di satu sisi hal ini mungkin patut dipuji sebagai tindakan yang sungguh-sungguh untuk membasmi para pemuja setan, tetapi di sisi lain justru member citra yang buruk bagi gereja Kristen sebagai lembaga atau pun kumpulan orang-orang yang menghalalkan kekejaman dan pembunuhan besar-besaran.
Sejarah satanisme pada Zaman Modren (Hingga terbentuknya Gereja Setan)
Sejarah satanisme (pemujaan terhadap setan) pada zaman modern (abad ke-20) dapat disebut dimulai dengan kiprah Aleister Crowley (1875-1947) di AS. Ia banyak menulis dan menberi pengajaran mengenai seluk beluk sihir, walaupun ia menyangkal sebagai seorang satanis. Ia selalu menentang ajaran gereja Kristen dimana ia semula menjadi anggota, termaksud yang disampaikan oleh orang tuany, sampai-sampai ibunya menyebut ia binatang buas 666. Dan ternyata ia dengan senang hati menerima sebutan itu. Sejak 1898 hingga akhir hidunya dia banyak berkiprah dilingkungan perkumpulan okultisme. Salah satu diantaranya sejak 1912 adalah ordo Empli Orientis (OTO) di Jerman. Perkumpulan ini banyak member tekanan pada sihir seks.
Tokoh kedua yang terpenting adalah Anton Szandor Lavey (1930-1998). Ia berasal dari keluarga berlatar belakang Transilvania (Eropa Tengah) yang akrab dengan berbagai cerita rakyat tentang vampire dan sihir. Ketika masih pemula, Lavey adalah pemain music disebuah pasar malam. Pada setiap sabtu malam ia biasa melihat sejumlah pria menyaksikan Striptease, lalu pada minggu pagi mereka itu mengikuti kebaktian gereja yang tak jauh dari situ. Saat ibadah, mereka itu gemar sujud dibangku tobat, mohon pengampunan, lalu pada malam minggu berikutnya kembali menonton Striptease[16].  Berdasarkan itu Lavey kemudian menyimpulkan “saya tahu bahwa gereja Kristen hanya mengajarkan kemunafikan, dan bahwa nafsu manusiawi akan menang”.
Kepercayaan Lavey akan kekuatan dan kemenangan nafsu kedagingan manusia semakin kuat ketika ia bekerja sebagai juru potret bagi kepolisian San Fransisco. Disitu ia melihat akibat yang mengerikan dari sifat manusia yang jahat, dan itu mendorong ia mendirikan sebuah gereja  untuk memuja setan. Tubuhnya yang tinggi besar, rambut dicukur plontos, janggut dirawat dengan baik, sorotan matanya yang tajam menusuk, ia mengenakan jubah romawi dengan kalung oerak di lehernya. Di lingkungan orang-orang bermoral bejat justru kehadirannya disambut hangat, sehingga terbentuklah Gereja setan pada 30 April 1966.  





BAB III
PENUTUP
A.    KESIMPULAN DAN SARAN
Dalam bagian penutup ini akan dibahas bagaimana sebaiknya gereja membangun suatu rancangn bangun teologi di tengah berbagai tantangan dan derasnya konsekuensi akibat kemajuan zaman di abad ke-21.  Pertama, gereja perlu membangun kembali teologi Kristen abad ke-21 yang memberikan jawaban terhadap berbagai perkembangan dan kemajuan di dalam penelitian Alkitab. Dalam hal ini, gereja tidak perlu takut goncang ataupun terintimidasi. Fakta sejarah selalu membuktikan bahwa Allah ikut membela gerejaNya dan itulah yang akhirnya membuat gereja bisa bertahan di sepanjang sejarah yang  penuh dengan pergolakan. Jika pada masa-masa sebelumnya pernah terjadi usaha para bapa Apologetik membela imannya, maka tantangan kontroversial yang mengguncang iman Kristen di abad ke-21 ini hanya dapat dihadapi dengan kontruksi ajaran yang benar dan usaha untuk tetap berdiri di atas ajaran itu. Rancangan bangun teologi abad ke-21 memang menjadi sebuah kebutuhan mendesak yang perlu dipikirkan gereja supaya usaha menggarami dunia ini tidak terhambat dengan berbagai perkembangan yang justru bertolak belakang dari iman dan ajaran Kristen yang ada. 
Kedua, dapat ditarik kesimpulan bahwa sebuah rancang bangun teologi selalu disusun berdasarkan kebutuhan zaman. Maka kebutuhan zaman di abad ke21 perlu diidentifikasi oleh teolog-teolog Injili supaya melalui rancangan bangun tersebut, teologi Injili dapat menjadi jawaban ditengah derasnya arus modernisasi dan globalisasi dunia. Kini semua orang bisa menafsirkan Alkitab secara bebas dan bebas pula menggunakannya untuk kepentingan apapun. Bahkan semua orang bisa bebas untuk percaya Alkitab atau tidak. Melalui rancang bangun teologia abad ke21, kekristenan akan dilahirkan dalam zaman yang serba post-modern ini sebagai satu-satunya jalan bagi kebahagiaan, kebenaran dan keselamatan. Munculnya agama-agama lain dan agama-agama alternatif sebagai ciri masyarakat modern jangan dianggap sebagai ancaman terhadap kekristenan. Justru melalui fenomena tersebut, kekristenan dapat memposisikan  dirinya sebagai satu-satunya teologi tahan uji yang membawa pada jalan keselamatan.  Ketiga, teologi yang muncul di abad ke-21 tidak lagi bersifat holistik. Juga tidak akan muncul teolog-teolog dunia seperti yang pernah terjadi masa sebelumnya. Yang bermunculan adalah teolog-teolog lokal yang terkonsentrasi untuk membahas isu-isu lokal. Untuk itu perlu dipersiapkan jalur formal yang memadai bagi para teolog lokal ini, misalnya melalui jalur pendidikan resmi, agar saat berteologi, mereka memiliki dasar pijakan yang kokoh dan tidak goyah menghadapi arus liberalisme dalam kekristenan. 
Keempat, salah satu fenomena yang harus disikapi oleh teologi Kristen di abad ke-21 adalah kecenderungan manusia untuk mempertanyakan transendensi Allah dan sifat-sifat supernatural-Nya. Hal ini terjadi karena manusia sudah terkooptasi oleh kemajuan berpikir sainstik dan teknologi dan lebih berpusat pada dirinya sendiri. Usaha-usaha yang menggugat kekristenan akan menjadi agenda terpenting disepanjang abad ini. Maka gereja perlu merapatkan barisan dan tidak lagi terpecah di dalam denominasi sehingga bersaing memperebutkan jemaat.  Kelima, salah satu keberhasilan gereja mula-mula di zaman para rasul dan Bapa Apostolik adalah kuatnya mereka dalam memegang ajaran dan tidak bersandar pada pengertiannya sendiri. Inilah yang seharusnya menjadi landasan  utama bagi penyusunan ajaran teologi abad ke-21, sebuah teologi yang membawa kita semua mendekat dan lebih dekat lagi pada-Nya. Seperti firman Tuhan ajarkan, dalam Yeremia  9:23-24,    "Janganlah orang bijaksana bermegah karena kebijaksanaannya, janganlah orang kuat bermegah karena kekuatannya, janganlah orang kaya bermegah karena kekayaannya, tetapi siapa yang mau bermegah, baiklah bermegah karena yang berikut: bahwa ia memahami dan mengenal Aku, bahwa Akulah TUHAN yang menunjukkan kasih setia, keadilan dan kebenaran Di bumi; sungguh, semuanya itu Kusukai, demikianlah firman TUHAN."


[1] Jones, W.T. and Robert J. Fogelin. A History of Western Philosophy - The Twentieth Century to Quine and Derrida. Orlando: Harcourt Brace College Publishers, 1997.

[2] Grenz, Stanley J. dan Roger E. Olson, 20th Century Theology – God and the world in a transitional Age. Illionis: InterVarsity Press, 1992.
[3] Enns, Paul. The Moody Handbook of Theology Jilid 2. Malang: Literatur SAAT, 2004.
[4] Enns, Paul. The Moody Handbook of Theology Jilid 2. Malang: Literatur SAAT, 2004.
[5] Hadiwijono, Harun. Pemikiran Reformatoris Abad ke-20. Jakarta: PT. BPK Gunung Mulia, 2004.
[6] Jacobs, SJ, Tom. Paham Allah Dalam Filsafat, Agama-agama dan Teologi. Yogyakarta:Penerbit Kanisius, 2002.

[7] Drewes, B.F. dan Julianus Mojau, Apa Itu Teologi – Pengantar ke dalam Ilmu Teologi.Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2003.
[8] Jacobs, SJ, Tom. Paham Allah Dalam Filsafat, Agama-agama dan Teologi. Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 2002.
[9] Jones, W.T. and Robert J. Fogelin. A History of Western Philosophy - The Twentieth Century to Quine and Derrida. Orlando: Harcourt Brace College Publishers, 1997.
[10] Avis, Paul. Ambang Pintu Teologi. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2001.

[12] Emile Durkheim, The Elementary Fo ms of the Religious Life, diterjemah kan o leh Inyiak Ridwan Muzir dengan judul, Sejarah Agama, (Yogyakarta: IRCiSoD, 2003), h. 72
[13] Pengaruh gereja Setan dari dunia musik sebenarnya banyak meluncurkan dalam sisi propaganda untuk masyarakat Barat. Namun, tidak diketahui berapa banyak orang yang terpengaruh Gereja Setan dalam sisi propaganda  dunia musik dikarenakan dalam literatur yang didapat tidak ada ju mlah anggota gereja Setan masuk karena telah mendengarkan musik-musik yang beraliran satanisme.
[15] Audi, Robert. The Cambridge Dictionary of Philosophy. United Kingdom: Cambridge
University Press, 1999.
[16] Striptease berarti wanita yang menari sambil telanjang

Comments