Strategi Pengembangan Gereja

Pengertian Strategi Pengembangan Gereja dan memahami Teori Strategi Pengemangn Gereja
Pengertian Strategi ialah pendekatan secara keseluruhan yang berkaitan dengan gagasan perencanaan dan eksekusi sebuah aktivitas dalam kurun waktu
Pengertian Pengembangan Gereja ialah upaya dari sebuah proses atau cara yang dilakukan melalaui tahapan yang teratur untuk memperluas/memperbesar Gereja (Bangunan dan Iman) dari setiap iman Kristen
Jadi pengertian Strategi Pengembangan Gereja ialah  pendekatan secara keseluruhan yang berkaitan dengan perencanaan melalui kurun waktu yang ditetapkan untuk memperluas/memperbesar Gereja (Bangunan dan Iman) dari setiap Iman Kristen
Menurut Dr. Donald McGavran mengatakan bahwa teori Pertumbuhan Gereja merupakan “penerapan sosiologi dalam peritisan Gereja dan pencarian daerah pengijilan yang tepat untuk penempatan para Misionaris dengan bantuan statistik, grafik, peta, dan bahkan komputer[1]. Penulis McGavran menekankan pentinnya perumusan tujuan dalam peyusunan Strategi untuk mengembangkan Gereja, tetapi hal ini dinggap sebagai sesuatu yang kurang tepat oleh penulis.
Dasar untuk gereja yang Sehat Fondasi menentukan besarnya dan kekuatan sebuah gedung.  Anda tidak mungkin membangun gedung yang lebih besar dari dasar yang sudah ada. Gereja yang dibangun atas dasar yang tidak memadai atau yang salah takkan pernah mencapai ketinggian yang dimaksudkan Allah untuk gereja tersebut. Gereja itu akan roboh bila lebih tinggi daripada yang dapat ditanggung dasarnya. Tujuan anda akan menghasilkan 5 keuntungan yang baik bagi gereja anda :
            1. Membangun semangat juang. Paulus berkata bahwa kunci untuk mencapai keharmonisan dalam gereja adalah bersatu dalam tujuan. Jika misi anda tidak jelas, maka semangat juang anda akan rendah.
            2. Mengurangi frustasi. Pernyataan tujuan mengurangi frustasi karena penyataan itu mengizinkan kita melupakan hal-hal yang tidak begitu penting. Tujuan yang jelas bukan hanya menegaskan apa yang harus kita lakukan, tetapi juga menegaskan apa yang harus kita lakukan.
            3. Menetapkan konsentrasi. Kehidupan yang terfokus dan gereja yang terfokus akan mempunyai pengaruh jauh lebih besar daripada yang tidak terfokus.
            4. Menarik kerjasama.Jika gereja secara jelas menyampaikan tujuannya, orang pasti ingin bergabung. Ini disebabkan setiap orang sedang mencari sesuatu yang memberikan arti, tujuan, dan arah kepada hidup.
            5. Membantu evaluasi.Seperti yang dikatakan Peter Ducker, Apa usaha kita? dan Bagaimana keadaan usaha itu? inilah dua pertanyaan yang paling penting untuk mengevaluasi gereja anda. Pernyataan tujuan gereja anda harus menjadi standar untuk mengukur kesehatan dan pertumbuhan gereja anda.
Strategi yang dilakukan Oleh murid-murid Tuhan Yesus secara Umum
            1. Melalui Metode penyerahan Diri: Yesus menghendaki ketaatan Murid-murid-Nya
            Tuhan Yesus pertama mengundang murid-murid-Nya untuk mengikut Dia, kemudian meminta mereka untuk menaati Dia dalam penyerahan diri yang mutlak yang berdasarkan kepercayaan Mereka padanya
Tuhan Yesus menghendaki murid-murid yang taat dan setia. Tuhan tidak memaksa murid-murid-Nya untuk tetap tinggal bersama dengan Dia. Mereka yang tidak berani memeuhi tuntutan-Nya akan mengundurkan diri.
2. Melalui Amanat Agung
Amana Agung Kristus pada Gereja-Nya: “jadikanlah semua bangsa murid-ku” (Maius 28:19). Artinya, murid-murid-Nya harus pergi ke seluruh dunia dan membawa orang-orang untuk menjadi muris Yesus, seperti mereka
Untuk mencapai sasaran “menjadikan semua bangsa murid Kristus” diperlukan straregi “baptislah” (penginjilan), “ajarlah” (pembinaan), dan “pergilah” (pengutusan)
Untuk dapat “menuai ladang” diperlukan “pekerja” (Mat. 9:37-38) yang memenangkan jiwa, membimbing mereka yang percaya, memperlengkapi dan mengutus mereka untuk menghasilkan buah.
3. Melalui Pelipatgandaan diri
Yesus menghendaki para muris menjadi serupa dengan Dia, dan menjadikan orang lain serupa dengan Dia. Pelipatgandaan ini terus berkembang kepada orang-orang dan untuk semakin banyak orang
Kerajaan Allah seperti biji sesawi: dimulai dengan tampaknya Kecil tetapi akan berkembang menjadi sangat besar, Seluruh strategi penginjilan-Nya, bahkan penggenapan maksud kedantangan Nya
Metode Alkitab dan Sejarah Misi (mengapa bergeser atau bertransformasi)
Dalam Alkitab Digambarkan tentang penyebaran Injil Oleh Yesus secara keseluruhan, dalam Mengabarkan Injil secara pribadi adalah pemberitaan Injil dalam hidup sehari-hari, dimana seorang yang telah mengenal Kristus berupaya memperkenalkan Kristus kepada orang lain dan mengajaknya menerima Kristus. Lalu orang yang baru menerima Kristus itu dibimbing menjadi saksi Kristus pula.
Namun ada sifat-sifat tertentu yang umum pada semua orang. 'Seperti air mencerminkan wajah, demikianlah hati manusia mencerminkan manusia itu' (Amsal 27:19). Dengan kata lain, kita sering melihat diri kita sendiri tercermin dalam diri sesama kita. Sering reaksi kita sama dengan reaksi mereka, dan perasaan kita sama dengan perasaan mereka. Maka dalam melakukan pendekatan kepada mereka, kita dapat mempertimbangkan reaksi dan perasaan mereka dengan menempatkan diri kita pada posisi mereka sebagai pendengar berita Injil. Dalam menjalankan MIP kita harus selalu memakai metode yang sesuai dengan kepribadian kita sendiri dan juga dengan kepribadian orang yang kita injili.
A.    Tuhan Yesus dengan wanita Samaria (Yohanes 4)
Ada beberapa hal yang penting perhatikan dalam metode Yesus dalam peristiwa ini.
1.      Yesus sengaja mencari wanita itu (Yohanes 4:4).
2.      Yesus tidak terikat pada tradisi dan tidak terpengaruh oleh diskriminasi rasial (Yohanes 4:9).
3.      Yesus memilih waktu yang tidak akan menimbulkan salah paham (4:6). Sebaiknyalah melakukan MIP kepada teman sejenis untuk menghindari motif kita disalahtafsirkan (1Tesalonika 5:22; 2Korintus 6:3).
4.      Yesus seorang diri bercakap-cakap dengan pendengar-Nya (Yohanes 4:8).
5.      Pendekatan Yesus pada hal rohani adalah wajar dan bijaksana; misalnya, Ia minta tolong pada wanita itu (Yohanes 4:7) dan barulah Dia mengarahkan percakapan dari air minum kepada air hidup.
6.      Yesus tidak dibelokkan dari tujuan-Nya oleh pertanyaan mengenai agama (Yohanes 4:20-24).
7.      Yesus memaparkan rahasia keinginan hati perempuan itu (Yohanes 4:15).
8.      Yesus menunjuk kepada dosanya (Yohanes 4:16-18).
9.      Yesus memperkenalkan diriNya sebagai Mesias (Yohanes 4:26). Tujuan MIP ialah membawa orang ke dalam persekutuan dengan Kristus.






MANAJEMEN PENGEMBANGAN GEREJA
Salah satu ciri organisme atau mahluk hidup adalah pertumbuhan, pertumbuhan adalah salah satu ciri atau tanda dari kehidupan, tetapi bukan saja organisme yang mengalami pertumbuhan, organisasi juga dalam hal ini gereja Tuhan harus mengalami pertumbuhan, megapa? karena ini adalah tanda gereja Tuhan yang sehat.
Beberapa arti pertumbuhan gereja:
  1. Pertumbuhan gereja ialah segala sesuatu yang mencakup soal membawa orang-orang yang tidak mempunyai hubungan pribadi dengan Yesus Kristus ke dalam persekutuan dengan Dia dan membawa mereka menjadi anggota gereja yang bertanggung jawab. (C. Peter Wagner)[2]
  2. Pertumbuhan gereja ialah kenaikan yang seimbang dalam kualitas, kuantitas dan kompleksitas organisasi gereja local. (Ron Jenson Dan Jim Stevens)
Apakah Perencanaan itu ?
            Perencanaan dapat didefenisikan sebagai “Suatu aktivitas manajerial yang mencakup menganalisa lingkungan, menetapkan tujuan, menentukan tindakan yang khas yang diperlukan untuk mencapai tujuan, dan juga untuk memberikan umpan balik atas hasil yang dicapai”.
            Ada beberapa Type Perencanaan, tetapi kebanyakan dapat dikategorikan dalam 2 (dua) type Strategis atau Taktis.
  • Rencana-rencana yang strategis meliputi suatu periode waktu yang panjang dan dapat disebut Rencana Jangka PanjangRencana-rencana jangka panjang mempunyai cakupan yang luas dan pada dasarnya menjawab pertanyaan bagaimana suatu organisasi harus menggunakan sumber dayanya selama lima hingga sepuluh tahun berikutnya. Rencana-rencana strategis tersebut tidak terlalu sering diubah demi merefleksikan perubahan-perubahan dalam lingkungan atau keseluruhan arah pelayanan.
  • Rencana-rencana taktis meliputi suatu periode waktu yang pendek, biasanya setahun atau kurang dari setahun. Rencana taktis disebut juga Rencana JangkaPendek atau Rencana Operasional.Rencana-rencana ini menentukan apa yang harus dikerjakan pada satu tahun tertentu untuk menggerakkan organisasi menuju tujuan jangka panjang. Dengan kata lain, apa yang kita kerjakan tahun ini (jangka pendek) perlu dihubungkan dengan kemana kita hendak berada dalam lima tahun sampai sepuluh tahun mendatang (jangka panjang).

KONDISI MANAJEMEN/PERENCANAAN GEREJA MASA KINI
Kenyataannya kebanyakan gereja dan pelayanan yang telah terlibat dalam perencanaan lebih berfokus pada jangka pendek dari pada jangka panjang, yang berarti bahwa setiap rencana tahunan tersebut tidak berhubungan dengan segala sesuatu yang sifatnya jangka panjang dan biasanya gagal dalam menggerakkan organisasi ke arah yang diinginkan pada masa depan.
            Lebih lanjut  Alvin J. Lindgren mengamati bahwa“Kebanyakan gereja tidak terlibat dalam perencanaan jangka panjang yang sistematis. Barangkali inilah alasan mengapa gereja belum mampu menjangkau masyarakat dan mengubah masyarkat dengan lebih efektif. Banyak gereja yang beroperasi berdasarkan perencanaan yang payah (parah). Mereka mempertimbangkan berbagai masalah yang mendesak dalam setiap pertemuan pengurus tanpa menempatkan maalah-masalah itu dalam perspektif yang tepat dalam kaitannya dengan masa lampau maupun masa depan”.
Lebih lanjut untuk menganalisa apakah gereja kita telah memiliki perencanaan yang strategis (jangka panjang) pertimbangkanlah pertanyaan-pertanyaan berikut ini :
  • Apakah anda tahu kemana anda pergi dan bagaimana Anda bisa sampai kesana?
  • Apakah setiap orang tahu apa yang sedang Anda coba capai? apakah setiap orang yang terlibat mengetahui apa yang diharapkan?
Jika jawaban salah satu pertanyaan adalah tidak, gereja Anda atau pelayanan Anda perlu mengembangkan suatu rencana jangka panjang dengan melibatkan sebanyak mungkin orang.
Ada tiga alasan mengapa Perencanaan tidak dilaksanakan dalam gereja dan pelayanan saat ini, yakni :
A.    Kurangnya Pelatihan Manajemen
Kebanyakan pendeta mempunyai pendidikan dan pengalaman manajemen yang kurang memadai sebelum memasuki kegiatan pelayanan dan mereka menghabiskan waktu melakukan fungsi pastoral karena dalam bidang itulah mereka terlatih. Selanjutnya, sedikit gereja yang dapat mengumpulkan sekelompok warga jemaat yang berpendidikan atau memiliki keterampilan menajemen. Dengan demikian, perencanaan, penetapan tujuan (sasaran), dan Fungsi manajemen lainnya sebagaian besar justru diabaikan.
B.     Perencanaan Dianggap Tidak Alkitabiah
Penerapan dan penetapan tujuan dari tipe strategis sebagian besar dengan sengaja diabaikan atau dihindari oleh gereja-gereja. Keengganan menerapkan perencanaan bertitik tolak dari kenyataan bahwa banyak orang memandang penerapan perencanaan yang strategis ini tidak tepat dan tidak rohani (Van Auken dan Johnson, 1984). sebagian merasa gereja bukanlah perusahaan bisnis, mereka seharusnya tidak diatur sedemikian rupa.
Suatu studi yang cermat tentang Alkitab menunjukkan bahwa orang-orang percaya patut dan harus melakukan perencanaan untuk urusan-urusan mereka sehari-hari. Apakah yang dikatakan oleh Alkitab tentang perencanaan? Kita percaya bahwa Roh Kudus menolong kita untuk mengetahui kehendak dan tindakan Allah. Kita melakukan yang terbaik, kemudian meminta Allah memberikan yang terbaik. Roh kita dikuatkan ketika rencana yang benar berada dalam kehendak Allah. Pertimbangkanlah ayat-ayat ini :
  • Mazmur 20 : 5     : “Kiranya diberikan-Nya kepadamu apa yang kau kehendaki dan dijadikanNya berhasil apa yang kau rancangkan”.
  • Mazmur 127:1     :     “Jikalau bukan TUHAN yang membangun rumah, sia-sialah usaha orang yang membangunnya; jikalau bukan TUHAN yang mengawal kota, sia-sialah pengawal berjaga-jaga”.
  • Amsal 15 : 22 :    “Rancangan gagal kalau tidak ada pertimbangan, tetapi terlaksana kalau penasihat banyak”
  • Amsal 16 : 3   :    “Serahkanlah perbuatanmu kepada TUHAN, maka terlaksanalah segala rencanamu”.
  • Amsal 16 : 9   : “Hati manusia memikir-mikirkan jalannya, tetapi TUHANlah yang menentukan arah langkahnya”.
KEUNTUNGAN PERENCANAAN DALAM GEREJA DAN PELAYANAN
Pada dasarnya ada dua alasan membuat perencanaan yaitu :
  1. Manfaat protektif, yakni berkurangnya kemungkinan membuat kesalahan dalam pengambilan keputusan dan
  2. Manfaat positif, yaitu bertambahnya keberhasilan dalam mencapai sasaran pelayanan.
Lebih penting lagi perencanaan jangka panjang dapat menjadi sebuah sarana pembaruan dalam kehidupan jemaat jika hal-hal berikut diperhatikan :
  1. Kesatuan jemaat dapat dicapai hanya jika semua segi kehidupan gereja melihat dirinya sendiri sebagai bagian dari suatu keseluruhan yang lebih besar dengan satu sasaran tunggal;
  2. Jika perencanaan kurang hati-hati, maka sering terjadi persaingan antara kelompok-kelompok dalam gereja dan meniru pekerjaan antara yang satu dengan yang lain.
  3. Tanpa perencanaan yang terorganisasi, kelompok-kelompok dalam gereja dapat merasa dirinya sebagai suatu tujuan pada dirinya sendiri dan kehilangan perspektif dalam hubungannya terhadap gereja
  4. Perencanaan jangka panjang dibutuhkan karena besarnya tugas gereja (Lingren,1965)
Gereja dapat memperoleh keuntungan dari proses perencanaan ini karena proses yang sistematis dan berkelanjutan ini memungkinkan kita untuk :
  1. Menganalisa posisi gereja, yaitu dengan cara  analisis SWOT (singkatan dari Strengths, weaknesses, Opportunities, Threats) yang menilai kekuatan, kelemahan internal gereja serta kesempatan atau peluang dan ancaman dari eksternal gereja. Tanpa perencanaan yang jelas dan berkelanjutan mustahil unsur ini diketahui.
  2. Menentukan Tujuan, sasaran, priorotas, dan strategi yang dilengkapi dalam periode tertentu. Perencanaan akan memampukan gereja untuk menilai sasaran yang telah ditetapkan dan akan menolong memotivasi Majelis Jemaat dan Anggota Jemaat untuk bekerja bersama-sama guna mencapai tujuan bersama.
  3. Mencapai komitmen dan kerjasama yang lebih besar dari para Penatua / Diaken dan anggota jemaat yang diarahkan untuk menghadapi tantangan dan menanggulangi masalah yang ditimbulkan oleh kondidi-kondisi yang berubah-ubah,
  4. Mengarahkan sumber dayanya untuk menghadapi perubahan-perubahan tersebut melalui antisipasi dan perisiapan. “Menyesuaikan diri atau mati” adalah suatu peringatan yang sangat tepat
Bagaimana dengan gereja kita? Apakah ketiga komponen pertumbuhan gereja itu telah berjalan seimbang?  Ingat, kehidupan bergereja tidak cukup hanya dengan ‘4-D’ (Datang, Duduk, Diam-dengar firman Tuhan-, dan Duit-persembahan).  Sangatlah baik Jemaatnya dapat menjadi berkat bagi orang lain, baik lewat kesaksian secara verbal yang mereka beritakan tentang Yesus kepada sesama maupun lewat kehidupan nyata mereka sehari-hari, serta akan lebih baik kehadiran  gereja dan pelayanan dapat membawa dampak yang baik bagi masyarakat.
FAKTOR-FAKTOR YANG MENYEBABKANTERJADINYA PENGEMBANGAN GEREJA
1.      Mengikut sertakan kuasa roh kudus.
Tentu dalam beberapa hal kuasa roh kudus merupakan dasar pertumbuhan semua gereja “Rasul Paulus berkata aku menanam, apolos menyiram, tetapi Allah yang memberikan pertumbuhan.[3]
2.      Mendidik para pelayan firman.
Diuraikan dalam buku ini para pelayan firman mereka saling mengajar, mereka bersekutu besama-sama, mereka beribadah, mereka mendorong, memperlengkapi dan menginjil para pelayan firman sebelum akhirnya melemparkan perkataan ”kalianlah” yang akan menjadi para pendeta.
3.      Pentingnya tanda ajaib dan mujizat
Sebab perkembangan gereja yang ketiga adalah pentingnya tanda mujizat seperti misalnya menyembuhkan orang sakit, mengusir setan, tanda-tanda ajaib lainnya.
Perkembangan gereja dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
Perkembangan internal
Yang dimaksud adalah peningkatan kualitas gereja. Orang Kristen dapat bertumbuh dalam penyembahan, pemahaman firman Allah, kasih terhadap satu sama lain, buah roh, kehidupan doa, dan dalam hal-hal lain.
Pengembangan ekspansi
Gereja melaukan perkembangan ekspansi dengan memperluas jangkauan pelayanan keluar yang membawa orang-orang baru dari luar kedalam persukutuan dengan gereja, baik kedatangan mereka itu dikarenakan pertobatan ataupun karena perpindah gereja.
Perkembangan ekstansi
Perkembangan ekstansi mempunyai arti yang sama dengan pembukaan atau perintisan gereja. Orang-orang yang baru bertobat dikumpulkan dalam jemaat-jemaat baru.
-          Perkembangan antar budaya
Perkembangan antra budaya juga mengacu pada pembukaan gereja-gereja baru, tetapi dalam hal ini gereja-gereja itu berada dalam budaya yang berbeda.
4.      Penginjilan yang mementingkan gereja
Anggota gereja yang bertanggung jawab merupakan kunci untuk membuka rahasia pertumbuhan gereja orang-orang mementingkan gereja dan hal ini menambah keefektipan mereka.  Sikap mereka yang terlihat suka memisakan diri bisa nya buakn disebabkan karena kasih atau hormat mereka kepada saudara-saudara seiman dari gereja lain., melainkan karena mereka merasa bahwa sifat penginjilan antar gereja itu sendiri yang sering terlalu mejauhkan diri dari gereja tempat mereka. Penenlitian menunjukkan bahwa program penginjilan dapat menarik, semarak, biaya penuh, diperlengkapi dengan tenaga ahli, didoakan dengan kuat, tetapi tidak menghasilkan buah, jika prpgram itu tidak dihubungakn sebagaimana mestinya dengan gereja-gereja setempat sebagai bagian yang tak terpisahkan dari program penginjilan itu sendiri. Tetapi petunjuk penginjil kepada bayi-bayi rohani yang baru lahir itu masih kekurangan satu hal yang sangat berharga terutama pada saat khusus dala kehidupan mereka itu. Baptisan dalam definisi paling sederhananya semata-mata berarti upacara untuk menyatu dengan tubuh kristus. Anggota tubuh itu saling menguatkan dan saling memelihara. Bila orang0orang bertobat ditambahkan pada gereja, mereka kemungkinan akan terys menyerahkan hidup mereka kepada kristus.
FAKTOR PENGHAMBAT PERTUMBUHAN GEREJA.
Dalam rencana strategi pada umum nya seperti kita ketahui, sasaran harus ditentukan sebelum melakukan metode yang kan dipakai karena itu tugas kita adalah merencanakan strategy perkembangan gereja dari itu penginjilan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pengembnagna gereja tersebut. Karena itu, kita perlu memahami dengan jelas hubungan dengan penginjlan dan pengembangan gereja. Dan disini yang perlu kita ketahui bahwa ada beberapa definisi tentang penginjilan yang ada sekarang ini tidaklah membantu, tetapi malah menghambat perkembangan-perkembangan gereja.  Walaupun penginjilan dan pertumbuhan gereja mempunyai hubungan yang sangat erat, keduanya tidak boleh di campuradukan. Dalam lingkungan akademis Amerika, kedua mempunyai  wadah keilmuan yang berbeda : Academy of evangelism in Thelogical Education ( Akademi penginjilan dalam pendidikan Theologi ) dan North American Society for church Growth (Lembaga Amerika Utara untuk perkembangan gereja).
Pertumbuhan gereja meliputi segala sesuatu yang ada sangkut pautnya dalam usaha membawa orang-orang yang tidak mempunayi hubungan pribadi dengan Yesus Kristus kepada persekutuan dengannya dan kepada keanggotaan gereja yang bertanggung jawab. Pertumbuhan gereja adalah suatu displlin ilmu yang menyelidiki sifat-sifat, perluasaan, perintisan, pelipatgandaan, fungsi dan kesejahteraan gereja-gereja Kristen dalam hubungannya dengan penerapan efektif dari amanat Allah untuk menjadikan semua bangsa muridnya “Matius 28:18-20. Para penyelidik pertumbuhan gereja berusaha keras untuk mengintegerasikan prinip-prinsi Theology yang abadi dari firman Allah perihal perluasaan gereja dengan wawasan yamg mutahir dibidang ilmu sosial maupun ilmu perilaku. Hal diatas dilakukan dilakukan dengan mengunakan sebagai kerangka acuan awal, landasan-landasan pertumbuhan gereja yang telah dikembangkan oleh Donald M.C.G.AVRAN.
Pertumbuhan gereja bisa terjadi secara biologis, yaitu melalui perpindahan anggota gereja maupun karena pertobatan-pertobatan jiwa-jiwa baru.  Pertumbuhan karena perpindahan anggota gereja telah terjadi kepercayaan meninggalkan keanggotaan mereka pada suatau gereja dan beralih ke gereja lainnya. Penginjilian terutama berhubungan dengan perkembangan gereja karena pertobatan jiwa-jiwa baru. Tetapi, penginjilan juga harus berhubungan dengan penginjilan gereja. Disini penginjilan pada hakikatnya tidak ada sangkut paut dengan pertumbuhan gereja karena suatu perpindahan gereja.
Dalam hal ini, ruang lingkup pertumbuhan gereja lebih luas dibandingkan dengan  penginjilan. Tetapi masalah-masalah yang dibahas dalam penginjilan tidak selalu berhubungan dengan pertumbuhan gereja. Banyak penginjil profesioanl yang hanya tertarik untuk membawa banyak jiwa kepada kristus, tetapi mereka tidak begitu mempersoalkan apakah nantinya orang-otrang yang bertobat dibawah pelayanan mereka itu menjadi anggota gereja atau tidak.  Metode-metode penginjilan yang khusus lebih banyak dibicarakan secara terinci dalam bidang penginjilan dibandingkan dengan pertumbuhan gereja.
Banyak faktor yang mempengaruhi pertumbuhan normal dan perkembangan tubuh manusia, kurangnya makanan yang bergizi menghambat pertumbuhaan jasmani; kurangnya vitamin-vitamin dalam tubuh manusia maka terhambat pertumbuhan tubuh manusia maka tubuh tidak akan bertumbuh sebagaimana yang diinginkan. Alkitab membandingkan gereja dengan tubuh jasmani. Seperti tubuh jasmani maka pertumbuhan dan perkembangannya dipengaruhi oleh banyak faktor. Kadang-kadang berbagai masalah timbul dalam gereja. Masalah ini dapat menghambat pertumbuhan rohani; apabila pertumbuhan rohani “terhambat” maka gereja tidak akan berlipat ganda sebagaimana mestinya. Pada bagian ini masalah-masalah umum yang menghalangi  pengembangan  gereja :
1.      Pendeta sebagai pemmpin. Dalam hal ini pendeta sebagai pemimpin suatu gereja seharusnya dapat memberi dampak yang bak bagi perkembangan gereja tersebut. Namun dalam hal ini pendeta sebagai pemimpin dari suatu gereja seharusnya adalah faktor tepenting dari perkembangan gereja, karena dalam hal kepemimpinan seharusnya pendeta mampu menerima masukan dari warga jemaat yang ada, bila warga jemaat tersebut memberikan masukan yang membangun .  Maka seharusnya sikap pendeta menerima apa yang menjadi masukan yang membangun dari warga jemaat tersebut. Pendek katanya seorang pendeta atau pemimpin dalam suatu jemaat seharusnya tidaklah otoriter.Karena jika seorang pendeta atau pemimpin dalam kepemimpinan nya maka akan berdampak buruk kepada warga gereja. Maka dalam hal ini seharusnya pendeta sebagai pemimpin tidak boleh menjadi penghambat perkembangan dari suatu gereja.
2.      Individu. selanjutnya faktor dari penghambat gereja yaitu dalam diri Jemaat yang ada karna dalam hal ini individu atau faktor Internal dari warga jemaat merupakan suatu faktor yang berpengaruhi dalam perkembangan gereja.  dalam hal ini faktor internal adalah rendahnya semnangat Jemaat dalam mengikuti ibadah, kegiatan-kegiatan yang di rancang oleh gereja guna menjadikan gereja bertumbuh dan berkembang. hal ini disebabkan oleh adanya kemalasanan yang telah tertanam dalam jiwa setiap individu (Jemaat) sehingga apapun yang kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh gereja tidak dilakukan warga jemaat secara Niat dari hati hanya sebagai formalitas (Cth: Kebaktian Sektor). ini merupakan faktor yang paling umum dihhadapi oleh-oleh gereja yang menghambat pertumbuhan dan pengembangan gereja.
3.      Penatua-Penatua Gereja.penatua-penatua  sebagai salah satu pengahambat pengembangan gereja karena jaman sekarang penatua tidak melakukan pelayan-pelayanan dengan baik  terhadap jemaat mereka hanya atau menginginkan Uang dari jemaat. 
4.      Kekurangan visi. Alkitab berkata: Jikalau tidak ada visi, umat binasa (Amsal 29:18). Visi rohani orang-orang tertentu terbatas pada keluarga dan lingkungan mereka sendiri saja. Ada juga yang dipenuhi dengan visi yang nan jauh disana dengan sebutan yang aneh-aneh, sementara orang-orang di luar gereja mereka sendiri mati tanpa mengenal Kristus.
5.      Pertumbuhan yang dangkal. Injil Markus 4:1-20, menegaskan bahwa ketika benih firman Allah tidak berakar dalam hidup kita, maka hasilnya adalah pertumbuhan rohani yang dangkal. Apabila dating penganiyaan dan kesukaran, maka akan mati secara rohani (Markus 4:17).
6.      Masalah-masalah pribadi yang tidak terselesaikan. Konflik terjadi apabila para anggota gereja memiliki masalah-masalah pribadi yang tidak terselesaikan di antara mereka. Jika konflik-konflik ini tidak ditangani dengan benar, maka hasilnya adalah perpecahan.
7.      Pertumbuhan gereja terpengaruh.  apabila para pemimpin tidak memenuhi syarat-syarat rohani yang ditegaskan dalam Alkitab tidak menaruh perhatian yang benar dan sungguh-sungguh pada firman Allah, pendidikan dan kemampuan tidak pada ukuran yang benar.Tidak mau berubahOrang-orang yang cenderung untuk menolak perubahan, tidak ada pelipatgandaan, banyak orang yang puas sebagaimana adanya mereka tidak siap dengan metode-metode baru, tidap punya pandangan-pandangan baru yang Alkitabiah.
8.      Masalah-malasah komunikasi. Pelipatgandaan terhalang oleh sikap penyampaian Injil para pemberita Injil berusaha menarik perhatian dengan kata-kata yang hebat dan memamerkan pengetahuan teologia, mereka tidak berkomunikasi pada tingkat kebutuhan manusia. Tindakan-tindakan mereka tidaklah sejalan dengan kata-kata mereka.
9.      Ketakutan.Takut akan kegagalan adalah musuh yang terbesar dari pelipatgandaan. Hal ini ditegaskan oleh Yesus tentang talenta Injil, Matius 25:14-30. Hamba yang takut tidaklah menguntungkan, ia tidak berlipat ganda secara rohani.
10.  Ketidak-percayaan. Israel tidak memasuki tanah perjanjian karena ketidakpercayaan mereka (Bilangan 13). Mereka kembali mengembala di padang belantara sampai seluruh generasi itu mati selama kurun waktu 40 tahun. Ketidak-percayaan menghambat pertumbuhan rohani dan pelipatgandaan.
11.    Pengelompokkan di dalam gereja. Kadang-kadang “kelompok-kelompok” terbentuk di dalam gereja dan persekutuan yang lain, sebuah kelompok adalah kumpulan orang-orang yang terpisahkan dan tidak mau menerima orang lain di dalam persekutuan mereka.

STRATEGI PEKEMBANGAN GEREJA DIBERBAGAI NEGARA DAN INDONESIA
Strategi adalah “garis-garis besar pendekatan yang harus digunakan untuk mencapai tujuan.[4]  Pernyataan untuk mencapai tujuan adalah mengindikasikan bahwa sebelum terbentuk strategi, tujuan terlebih dahulu telah ditetapkan.  Jadi, gereja dapat menentukan strategi pertumbuhan apabila telah didasarkan kepada pengenalan dan pengetahuan apa yang menjadi tujuan gereja.  Ada lima tujuan gereja menurut Rick Warren, yaitu: “mengasihi Tuhan Allah dengan segenap hati, mengasihi sesama manusia seperti diri sendiri (pelayanan), pergi dan menjadikan murid (penginjilan), membaptis (persekutuan), dan mengajar untuk taat (pengajaran/pemuridan).”[5]  Dengan sederhana dapat disimpulkan bahwa tujuan gereja adalah melayani, bersekutu, dan bersaksi.  Keberhasilan strategi untuk mencapai tujuan, terletak kepada tujuan yang jelas, dapat diukur dan dapat dicapai.
Strategi pertumbuhan/perkembangan gereja adalah suatu langkah-langkah pendekatan untuk dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan berupa perkembangan dan perluasan tubuh Kristus baik dalam kuantitas maupun kualitas, dalam bentuk yang nampak maupun isinya yang tidak tampak. Strategi pertumbuhan gereja sangat penting dan mengandung konsep alkitabiah.  Salah satu dasar Alkitab yang menunjukan kepentingan strategi bagi pertumbuhan gereja adalah pernyataan Yesus yang mengatakan “Lihat, Aku mengutus kamu seperti domba ke tengah-tengah serigala, sebab itu hendaklah kamu cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati (Mat. 10:16).”
Gereja sebagai sedang jemaat yang beribadah adalah sebuah komunitas yang hidup di dalam dunia yang semakin berubah, baik dalam segi moral, ilmu pengetahuan dan teknologi, dan berbagai aspek yang lain.  Oleh karena gereja berada dalam dunia yang semakin berubah, maka gereja harus berusaha untuk tetap mempertahankan eksistensi gereja sebagai tubuh Kristus, dengan berkontekstual sesuai dengan keadaan dunia tanpa harus melupakan prioritas utama panggilan gereja, yaitu bersaksi,melayani dan bersekutu; dengan cara gereja harus mempunyai strategi berupa membentuk perencanaan, pemberdayaan sumber daya manusia dalam gereja, dan membentuk kelompok sel.  Agar dapat mencapai tujuan berdasarkan strategi, gereja harus tetap bersandar kepada Roh Kudus oleh karena gereja berada dalam dunia yang semakin berubah, yang dapat menghasilkan kelelahan dan keputusasaan bagi gereja dalam menjalankan strategi.  Robert dan Evelyn Bolton mengatakan “pada waktu jemaat menyerah kepada pekerjaan Roh Kudus, Ia menyegarkan dengan hidup baru dan kegembiraan.[6]
Dari uraian strategi perkembangan gereja sebelumya yang dibahas oleh kelompok yang lain, maka dengan ini kami menyimpulkan berikut ini berbagai strategi yang diterapkan untuk perkembangan gereja :
1.      Strategi melalui penyebaran agama lewat kesaksian pribadi (personal testimony)

Umumnya orang Kristen mengklaim memiliki pengalaman pribadi dengan Yesus Kristus yang mereka klaim sebagai Tuhan yang hidup, the living Lord. Pengalaman ini umumnya beranekaragam, dari mendengar sendiri langsung suara Yesus di dalam hati atau lewat telinga ketika seorang Kristen sedang mencari bimbingan spiritual, atau melihat Yesus sendiri menampakkan diri dalam wujud laki-laki berjubah putih dan bercahaya, sampai mendapatkan kesembuhan ilahi dari penyakit-penyakit berat yang menurut pendekatan medis sudah tak akan dapat disembuhkan, atau konon berubah jadi kaya raya begitu menjadi orang Kristen (padahal Yesus dari Nazaret meminta setiap orang yang mau menjadi pengikutnya untuk menjual seluruh hartanya dan memberikannya kepada orang miskin!).

Jika ditinjau dari sudut pandang neurosains, pengalaman seorang Kristen bertemu dengan Yesus yang berjubah putih dan bercahaya sama sifat dan jenisnya dengan pengalaman seorang pencari wangsit yang mengklaim bertemu dengan suatu hantu besar penunggu sebuah kawasan pekuburan. Begitu juga, dilihat dari perspektif neurosains, klaim seorang Kristen bahwa dia mendengar suara roh kudus atau roh Yesus langsung di telinganya sama jenis dan sifatnya dengan klaim seorang Muslim bahwa di telinganya dia mendengar suara-suara jin atau suara-suara seorang sakti zaman dulu setelah dia bertapa sekian hari di tempat-tempat keramat. 

2. Strategi penyebaran melalui misi dari rumah ke rumah

Ada kelompok-kelompok Kristen yang menjalankan penyebaran agama dari rumah ke rumah, door-to-door evangelism, dan hal ini umumnya dipandang sebagai gangguan terhadap privasi dan ketenangan rumah yang didatangi, yang bisa bermuara pada tindak kekerasan yang dilakukan pihak pemilik rumah, yang akhirnya bisa juga menimbulkan kemarahan orang sekampung terhadap para penyebar agama ini, khususnya jika yang didatangi mereka adalah rumah-rumah Muslim yang sama-sama tidak toleran. Tetapi umumnya, yang kerap didatangi para penyebar agama jenis ini bukanlah rumah-rumah Muslim, melainkan rumah orang-orang non-Muslim (misalnya rumah keluarga penganut agama Tridharma, atau malah rumah orang Kristen aliran lain).

3.  Strategi melalui berapologetika lewat apologetika     

Apologetika adalah sebuah cabang dalam disiplin “ilmu” teologi yang isinya adalah konstruksi-konstruksi teologis dogmatis yang dibangun untuk membela agama sendiri dari serangan-serangan lawan dan memperlihatkan atau membuktikan kebenaran dan keunggulan agama sendiri, dan kesalahan serta kelemahan posisi pihak lawan yang menyerang. Apologetika Kristen bukan kekecualian, malah memiliki tujuan akhir yang sudah jelas: diharapkan dan didoakan agar orang non-Kristen jadi meyakini  kebenaran agama Kristen lalu memutuskan pindah agama, masuk Kristen, yang oleh kaum Muslim disebut murtad, sementara orang Kristen memandangnya sebagai rakhmat dan hidayah ilahi bagi si mantan Muslim.

Dalam lingkungan Kristen, banyak orang disekolahkan ke luar negeri, dengan memakan biaya yang sangat besar dan waktu yang panjang (bisa sampai delapan tahun), untuk meraih gelar doktor dalam ilmu apologetika, dengan kepiawaian satu-satunya adalah membela agama sendiri dengan segala cara dan bentuk, yang harus dituangkan dalam tulisan-tulisan yang diklaim berbobot akademik tinggi, dan menunjukkan kelemahan atau kesalahan atau inferioritas agama pihak lawan.

6. Strategi Penyebaran agama lewat aktivitas diakonia

Kata kerja diakoneō, yang kerap diterjemahkan sebagai ‘melayani’, sebenarnya berarti membuat orang lain dapat ambil bagianberpartisipasi, di dalam sifat-sifat rahimi dan rahmani Allah, khususnya sifat-sifat Allah yang diperlihatkan kepada orang-orang yang miskin dan rentan mengalami perlakuan semena-mena dan tidak adil dari orang-orang yang berkuasa mengatur kehidupan orang lain.

Diakonia dilakukan gereja minimal dalam tiga bentuk. Pertama, pelayanan karitatif (amal) lewat, misalnya, pemberian sembako kepada penduduk miskin di suatu kawasan, pemberian sumbangan sejumlah kecil uang, pakaian dan mainan bekas ke panti-panti asuhan, vaksinasi gratis terhadap anak-anak penduduk kawasan-kawasan kumuh, pasar sangat  murah untuk penduduk miskin yang tinggal di sekitar lokasi gereja, sampai ke balai-balai pengobatan sangat murah untuk warga miskin dalam gereja maupun yang berada di luar gereja, dan lain sebagainya.

Kedua, pelayanan vokasional, yakni kegiatan mendidik, menyekolahkan dan melatih para pengangguran dan orang miskin agar mereka memiliki bekal pengetahuan praktis dan keahlian yang dapat membuat mereka menjalani vokasi/panggilan sebagai pekerja-pekerja yang dapat dipercaya dan terampil dalam masyarakat, untuk menghasilkan pendapatan buat kehidupan mereka sendiri minimal, sehingga tidak menjadi parasit yang tak disukai orang lain. Filsafat moral yang dijalankan dalam kegiatan ini adalah: Jangan beri orang miskin ikan, tetapi berilah mereka kail supaya mereka dapat menangkap ikan sendiri, dan jangan lupa sediakan juga empang atau kolam atau danau untuk mereka dapat mengail atau menjala sendiri!

            7. Penyebaran agama lewat penerjemahan Alkitab
  
Banyak reaksi negatif dari kalangan Muslim terhadap penerjemahan Alkitab ke dalam bahasa-bahasa lokal atau bahasa-bahasa suku-suku bangsa di Indonesia. Mereka khawatir bahwa lewat Alkitab yang ditulis dalam bahasa-bahasa suku atau bahasa-bahasa lokal akan banyak orang Indonesia, lebih-lebih yang tinggal di kawasan-kawasan pedalaman, menjadi Kristen karena mereka bisa membaca sendiri Alkitab dalam bahasa mereka sendiri, lalu memahaminya dan tertawan oleh beritanya, sehingga akhirnya mereka meninggalkan agama-agama suku mereka, menjadi Kristen.

Ketika mereka sudah menjadi Kristen, mereka dikhawatirkan akan mengubah gaya hidup mereka, mengikuti gaya hidup para penyebar agama Kristen, yang tidak sedikit di antaranya adalah orang-orang bule/Barat, yang rela dan senang masuk ke pedalaman-pedalaman Indonesia dan tinggal si sana bertahun-tahun, mempelajari kebudayaan mereka, bahasa mereka, antropologi dan psikologi mereka, dan akhirnya mengkristenkan mereka ketika waktunya dipandang sudah tiba, dan panen tinggal dituai.

8. Membentuk Perencanaan

Perencanaan merupakan salah satu hal yang terpenting dalam pertumbuhan gereja.  Perencanaan adalah “cara berpikir mengenai persoalan-persoalan sosial dan ekonomi, terutama berorientasi pada masa datang, berkembang dengan hubungan antara tujuan dan keputusan-keputusan kolektif dan mengusahakan kebijakan dan program.[7]  Perencanaan merupakan proses awal untuk membuka peluang-peluang keberhasilan dalam memecahkan setiap persoalan sehubungan dengan keberadaan pada masa yang akan datang.  
Perencanaan dapat berfungsi sebagai kompas yang menentukan langkah-langkah yang harus ditempuh untuk dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan berdasarkan keputusan-keputusan kolektif atau individu, yang telah disusun dalam sebuah anggaran pembukuan rumah tangga masing-masing organisasi, instansi, ataupun perseorangan.  Perencanaan yang baik adalah perencanaan yang disusun secara sederhana, dapat dijangkau, masuk akal dan nyata, sesuai dengan arah tujuan yang akan dicapai.
Gereja yang bertumbuh dan mampu mempertahankan keeksistensian adalah gereja yang membentuk perencanaan dan mengkomunikasikan perencanaan kepada semua anggota gereja, dengan berorientasikan pada tujuan yang akan dicapai.  Membentuk perencanaan dapat mengfasilitasi gereja untuk dapat meminimalisir kefatalan yang dapat merugikan gereja, karena membentuk perencanaan berarti menginterpretasikan dan menginventarisasikan kekuatan gereja kepada semua anggota gereja.
9. Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Dalam Gereja
Pemberdayaan merupakan sebuah kegiatan untuk mengolah, merawat, dan memanfaatkan agar keberlangsungan eksistensi terus terpelihara dan semakin berkembang.  Pemberdayaan sumber daya manusia sebuah usaha untuk mengolah segala potensi yang ada dalam diri manusia melalui pelatihan-pelatihan yang bersifat formal atau non formal agar berkembang ke arah yang lebih maju, sehingga dapat dimanfaatkan untuk kepentingan manusia itu sendiri dan kepentingan umum.  Pemberdayaan sumber daya manusia juga sebagai usaha untuk memanusiakan manusia.  George W. Peters berkata: “Gereja sebagai kelompok orang percaya yang berhimpun pada waktu tertentu bersama Tuhan untuk memproklamasikan firman Allah, untuk bersekutu, meneguhkan, beribadah, menaati ketentuan-ketentuan Alkitab, melaksanakan fungsi-fungsi, dan kewajiban-kewajiban spesifik kepada satu sama lain dan kepada dunia.[8]  Gereja sebagai kelompok orang-orang percaya, berarti bahwa gereja terdiri dari beberapa orang atau sejumlah orang percaya yang memiliki karakter yang berbeda-beda, kemampuan yang berbeda-beda, dan juga karunia yang berbeda-beda yang dianugrahkan oleh Roh Kudus.  Oleh karena gereja terdiri dari sejumlah orang percaya, maka gereja memiliki tanggung jawab untuk mengembangkan sumber daya manusia dalam gereja untuk mampu mempertahankan keeksistensian gereja di tengah-tengah dunia yang semakin berubah.
Sumber daya manusia dalam gereja adalah merupakan modal atau potensi bagi gereja untuk dapat bertumbuh kearah tugas panggilan yang telah diamanatkan oleh kepala Agung gereja yaitu Yesus Kristus, untuk pergi menjadikan semua bangsa menjadi murid, membaptis, dan mengajar, dengan kata lain adalah untuk bersaksi, bersekutu, dan melayani.  Makmur Halim berpendapat:
Gereja tidak akan berperan dengan baik atau mengantisipasi perubahan-perubahan yang radikal dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, apabila gereja tidak merasa bertanggungjawab untuk mengembangkan sumber daya manusia.  Kontribusi gereja dalam mengembangkan sumber daya manusia akan menguntungkan gereja itu sendiri, karena gereja kelak dapat menggunakan hasil-hasil pengembangan sumber daya manusia untuk kepentingan pelayanan. Dengan mempertahankan keseimbangan antara intelektual dan iman jemaat, gereja akan bertumbuh secara wajar di tengah-tengah masyarakat ilmu pengetahuan.  Gereja juga akan mampu mencapai para professional yang ada di tengah-tengah masyarakat untuk kerajaan surga.[9]
Pemberdayaan sumber daya manusia dalam gereja dapat berbentuk pelatihan, yaitu: dengan mendidik pemimpin-pemimpin melalui pengajaran-pengajaran dalam gereja agar memiliki tanggungjawab untuk menjangkau orang lain di luar gereja.[10] Pelatihan untuk menghasilkan pemimpin-pemimpin dalam gereja adalah sebuah bentuk pelatihan yang disesuaikan berdasarkan kemampuan dan karunia jemaat.  Prinsip latihan adalah penting bagi pertumbuhan gereja dan kesehatan gereja karena dapat mempengaruhi perkembangan kualitas dan kuantitas.[11]  Pemberdayaan sumber daya manusia dalam gereja diukur dari keterlibatan semua anggota gereja dalam pelayanan berdasarkan potensi masing-masing untuk dapat merawat dan terlibat di dalam pertumbuhan gereja, seperti penginjilan, pemuridan melalui kegiatan kelompok sel, pelayanan mimbar berupa memimpin pujian dan penyembahan, musik, dan berbagai bentuk pelayanan yang ada di dalam gereja.

STRATEGI PENGEMBANGAN GEREJA DIINDONESIA MELIHAT DARI KONTEKS GEREJA SUKU
Dalam hal ini, kelompok membuat 7 langkah teologis yang dipakai menadi strategi yaitu untuk pengembangan gereja-gereja suku diindonesia melihat dari strtaegi gereja suku :
1.      Strategi dorongan untuk berevangelisasi. Gereja harus memiliki dorongan untuk bermisi agar anggota-anggotanya juga terdorong untuk keinginan bermisi, dengan demikian maka pengembangan gereja akan semakin efektif untuk dilakukan.
2.      Strategi melipatgandakan  jumlah gereja ditengah-tengah orang yang belum terjangkau Injil. Penting bagi jemaat okal untuk memenangkan jiwa mereka yang hilang.
3.      Staregi melalui penginjilan  dan menjadikan seluruh bangsa menjadi murid-Nya. Jemaat lokal mengutus anggota-anggotanya untuk  menjadi misionaris kepada bangsa-bangsa.
4.      Strategi melalui pendekatan sosial, yaitu dengan cara membangun hubungan  dengan masyarakat suku yang telah menjadi Kristen. Penting bagi jemaat lokal untuk memusatkan perhatian dan berhubungan erat dengan khalayak lain.
5.      Tanggung awab keuangan dan doa. Strategi ini adalah dengan pemanfaatan keuangan yang efektif dalam gereja untuk menunjang roda kegiatan dalam gereja. Doa dilakukan yaitu sebagai upaya meminta pertolongan dan hubungan dengan Tuhan agar senantiasa memberi kekuatan kepada hambanya.
6.       Memberikan informasi-informasi yang akurat tentang keperluan gereja terhadap jemaat.[12]

STATISTIK TENTANG KEKRISTENAN DIBERBAGAI NEGARA DAN INDONESIA
Studi demografis lengkap di lebih dari 200 negara menunjukkan pada tahun 2010 terdapat 2,18 milyar orang Kristen di seluruh dunia, sekitar sepertiga dari total 6,9 milyar manusia. Orang Kristen secara geografis juga telah tersebar luas di seluruh tempat, sehingga tidak ada satu wilayah atau benuapun yang dapat mengklaim dirinya lagi sebagai pusat kekristenan dunia.
Seabad yang lalu, pada tahun 1910, sekitar dua pertiga orang Kristen sedunia tinggal di Eropa, di mana selama seribu tahun lebih menjadi wilayah Kristen terpenting/terbesar. Saat ini hanya seperempat dari total umat Kristen sedunia yang tinggal di Eropa (26%). Jumlah terbesar orang Kristen, lebih dari sepertiga, saat ini tinggal di Benua Amerika (37%). Sekitar 1 dari 4 orang Kristen tinggal di Sub Sahara Afrika (24%), dan sekitar satu dari delapan orang Kristen terdapat di Asia dan Pasifik (13%).
Jumlah orang Kristen di seluruh dunia telah berlipat ganda empat kali dalam 100 tahun terakhir ini, dari sekitar 600 juta di tahun 1910 menjadi lebih dari 2 milyar di tahun 2010. Tetapi secara keseluruhan jumlah penduduk dunia telah naik/berkembang secara cepat, dari sekitar 1,8 milyar orang pada tahun 1910 menjadi 6,9 milyar orang pada tahun 2010. Jadi dari segi jumlah, persentase orang Kristen saat ini (32%) hampir sama dengan persentase  orang Kristen seabad yang lalu (35%).
Akan tetapi, walaupun pertumbuhan Kristen masih stabil,  tetapi telah terjadi pergeseran yang sangat penting. Walaupun Benua Eropa dan Amerika masih merupakan rumah bagi mayoritas orang Kristen sedunia (63%), persentase itu jauh lebih rendah dari tahun 1910 (93%). Jumlah orang Eropa dan Amerika yang Kristen telah menurun dari 95% menjadi 76% di tahun 2010 di Eropa secara keseluruhan, dan dari 96%  menjadi 86% di benua Amerika secara keseluruhan.
Pada waktu yang sama, Kekristenan telah sangat berkembang di Sub-Sahara Afika dan wilayah Asia-Pasifik, dimana sebelumnya pada awal abad 20 relatif hanya ada sedikit orang Kristen. Persentase orang Kristen di Sub-Sahara Afrika melonjak dari 9% di tahun 1910 menjadi 63% di tahun 2010. Sedang di wilayah Asia-Pasifik kekristenan bertumbuh dari 3% menjadi 7%. Kekristenan sedunia saat ini, tidak seperti seabad yang lalu, sungguh-sungguh merupakan iman yang mendunia.
Secara keseluruhan, menurut data tahun 2010, Kekristenan saat ini merupakan kelompok agama terbesar di dunia (32%). Islam merupakan kelompok agama terbesar kedua dunia yang berjumlah kurang sedkit dari seperempat populasi dunia (sekitar 1,6 milyar orang (23,4% dari total populasi dunia)
Aliran aliran Kristen:
Ø  Roma Katolik: Aliran Gereja Roma Katolik merupakan kelompok Kristen terbesar di dunia saat ini dengan lebih dari satu milyar pengikut yang berarti hampir separuh populasi Kristen dunia.
Ø  Protestan:Ada kira-kira 800 juta umat Protestan di dunia (37%). Protestantisme saat ini terbagi/terpecah menjadi sekitar 41.000 organisasi/denominasi yang tumpang-tindih (overlapping) satu sama lain. Kaum Protestan Injili (termasuk di dalamnya aliran Pentakosta dan Karismatik) mengklaim mempunyai anggota sekitar 600 juta orang.
Ø  Ortodoks: Ada kira-kira 260 juta orang Kristen Ortodoks di dunia ini (12%)
Ø  Kristen yang lain (seperti Mormon, Saksi Jehova, dll) berjumlah 1% dari  total populasi Kristen dunia.

1.      Penyebaran Orang Kristen di Seluruh Dunia
Hampir separuh (48%) dari semua orang Kristen tinggal di 10 negara dimana mayoritas penduduknya beraga Kristen. Tiga dari 10 negara besar ini ada di benua Amerika (Amerika Serikat (246,780,000 (79.5% dari populasi)), Brazil (175,770,000 (90.2% dari populasi)) dan Meksiko (107,780,000 (95% dari populasi)).  Dua ada di Eropa (Rusia (105.000.000/ 73,6%) dan Jerman), dua di wilayah Asia Pasifik (Filipina dan Cina), dan tiga di wilayah sub-Sahara Afrika (Nigeria, Republik Demokrasi Kongo, dan Ethiophia), yang menggambarkan daerah dunia Kristen. Jumlah Kristen di Inggris adalah 45 juta.
Jadi, di daerah manakah kekristenan merupakan kelompok terbesar di dunia?
a.      Daerah Dunia Selatan  (The Global South)
Negara-negara berkembang “Dunia Selatan” khususnya Afrika, Asia dan Amerika Latin sedang mengalami perkembangan kekristenan yang sangat cepat. Sementara kekristenan di Negara-negara maju “Daerah Dunia Utara” (Global North) (Amerika Utara, Eropa, Australia, Jepang dan Selandia Baru) justru mengalami kemunduran/penyusutan. Seabad yang lalu, populasi Kristen di daerah dunia utara empat kali lebih banyak dari populasi Kristen di daerah dunia selatan. Saat ini, lebih dari 1,3 milyar orang Kristen tinggal di daerah dunia selatan (61%), dibandingkan dengan sekitar 860 juta di daerah  dunia utara (39%).
Setelah 70 tahun mengalami penindasan di Uni Soviet, jumlah orang yang bertobat dari Komunisme/Atheisme menjadi Kristen saat ini sekitar 100 juta lebih. Di India ada 15.000 petobat baru setiap bulannya. Di Cina saja, lebih dari 30.000 orang bertobat setiap harinya, saat ini terdapat lebih dari 80 juta orang Protestan. Dalam beberapa tahun ini, Alkitab menjadi buku paling laris di Jepang. Dalam sebuah survei yang dilakukan oleh Pemerintah Jepang, penduduk Jepang diminta untuk menyebut nama pemimpin agama terbesar di dunia, 67% menjawab,”Yesus Kristus”.
b.      Benua Amerika
Dari lima wilayah geografis utama dunia, benua Amerikalah yang  memiliki baik jumlah terbesar maupun proporsi tertinggi orang Kristen di dunia. Lebih dari sepertiga orang Kristen sedunia (37%) tinggal di benua Amerika, dimana hampir 9 dari 10 orang (86%) beragama Kristen. Tiga Negara dengan populasi Kristen terbesar, -AS, Brasil dan Meksiko-, ada di benua Amerika. Gabungan tiga negara ini saja sudah membentuk 24% orang Kristen dunia (Hampir satu dari 4 orang Kristen di dunia ini). Proporsi populasi Kristen di tiga Negara ini hampir sama dengan keseluruhan populasi Kristen Eropa (26% dari total populasi Kristen dunia) dan semua populasi Kristen Negara Sub-Sahara Afrika (24%). Sekalipun populasi orang Kristen di benua Amerika menurun dari 96% di tahun 1910 menjadi 86% di tahun 2010, jumlah orang Kristen di Benua Amerika adalah 37% dari populasi Krsiten dunia, naik dari 27% di tahun 1910.
Saat ini di AS terdapat sekitar 79,5 % orang dewasa (247 juta orang) menyebut dirinya Kristen. Agama kedua dan ketiga terbesar di AS adalah Agama Yahudi dan Islam. Gabungan jumlah penganut Yahudi dan Islam adalah kurang dari 3% dari total populasi AS. Jumlah orang Kristen di AS adalah 11.3 %  dari populasi Kristen sedunia.
Akan tetapi, ada lebih dari 1500 kelompok iman Kristen yang berbeda di Amerika Utara.
c.       Sub-Sahara Afrika dan Asia-Pasifik
Jumlah gabungan orang Kristen di Sub-Sahara Afrika dan Asia-Pasific adalah sekitar 800 juta jiwa, kira-kira sama dengan jumlah orang Kristen di Benua Amerika. Lima dari 10 negara utama yang memiliki populasi Kristen terbesar ada di Afrika (Nigeria, Kongo dan Ethiopia) maupun di Asia (Filipina dan Cina). Selain itu, pertumbuhan paling cepat populasi Kristen dalam seabad ini terjadi di Sub-Sahara Afrika (kira-kira 60 kali lipat kenaikannya, dari kurang dari 9 juta orang di tahun 1910 menjadi 516 juta di tahun 2010). Pertumbuhan paling pesat kedua terjadi di wilayah Asia-Pasifik (kira-kira kenaikannya 10 kali lipat, dari sekitar 28 juta di tahun 1910 menjadi 285 juta di tahun 2010).
2.      Statistik Kristen Di Idonesia
Mayoritas umat Kristen Indonesia adalah umat Protestan. Dari 23,5 juta total penduduk Indonesia beragama Kristen, sekitar 16,5 juta orang mengikuti ajaran-ajaran Protestan, sementara 7 juta orang lainnya mengikuti ajaran-ajaran Katolik. Komunitas-komunitas Kristen tersebar secara tidak merata di seluruh negeri. Namun, seperti yang bisa dilihat dari peta di bawah, kebanyakan dari komunitas ini bertempat tinggal di wilayah Timur Indonesia yang memiliki kepadatan penduduk lebih rendah.

Gambar statistik Gereja dan Kekristenan di Indonesia :
Pulau
Provinsi
Ibukota
Populasi
(2015)
Katolik
(%)
Total
(%)
https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/9/9e/Flag_of_Aceh.png/23px-Flag_of_Aceh.png Aceh
5.096.248
0.58
0.12
0.70
https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/a/a3/Flag_of_Bali.svg/22px-Flag_of_Bali.svg.png Bali
4.104.900
1.66
0.81
2.47
11.704.877
2.53
1.23
3.76
1.844.800
1.67
0.37
2.04
1.133.237
2.11
0.71
2.82
10.199.700
8.62
4.04
12.66
3.412.000
2.66
0.43
3.08
46.029.668
4.97
1.10
6.07
33.522.663
1.70
2.20
3.90
38.610.202
3.02
1.17
4.19
5.348.954
13.62
23.50
37.12
3.922.790
1.32
0.44
1.76
2.680.680
15.70
3.22
18.92
3.725.279
4.17
8.66
12.83
641.9360
25.17
7.60
32.77
1.343.900
2.44
1.79
4.23
1.917.415
12.28
2.46
14.74
9.549.079
1.90
1.60
3.50
1.715.548
37.74
10.81
48.55
1.388.748
24.33
4.25
28.58
4.819.513
0.38
0.37
0.75
5.120.061
35.29
55.19
90.48
3.091.047
65.48
17.67
83.15
871.510
53.77
7.03
60.80
https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/a/a8/Flag_of_Riau.svg/22px-Flag_of_Riau.svg.png Riau
6.188.442
8.76
0.80
9.56
1.316.812
14.40
1.33
15.73
8.432.163
8.12
2.25
10.37
2.831.283
17.30
3.20
20.50
2.500.000
1.84
0.58
2.42
2.751.038
63.06
6.08
69.14
5.131.900
1.45
2.12
3.57
8.370.281
1.96
1.11
3.07
13.937.797
27.03
3.97
31.00
3.657.700
6.70
3.0
9.70







[1] C. PETER WAGNER, Strategi Perkembangan Gereja (GLINT, P.O. Box 488, Rosemead, CA 91770, USA. Cetakan Ketiga 1996. Halaman 5
[2]C.Peter.Wagner, Pertumbuhan Gereja (Bandung: Gandum Mas) 1989, hal.9.
[3]C.Peter.Wagner, Pertumbuhan Gereja (Bandung: Gandum Mas) 1989, hal.27.
[4] Yunus Ciptawilangga dkk, Menang Dalam Persaingan Gereja (Jakarta: Metanoia, 2003), 102.
[5] Rick Warren, Pertumbuhan Gereja Masa Kini (Malang: Gandum Mas, 2000), 109-111.
[6] Robert dan Evelyn Bolton, Pelayanan Gereja Tuhan (Malang: Gandum Mas, 2000), 26.
[7] Dokter-Kota, Pengertian Perencanaan,  Online: http://dokter-kota.blogspot.com/. Diakses 17 Desember 2012.
[8] Peters, 70.
[9] Halim, 215.
[10] Larry Pate, Membuka Gereja Baru (Malang: Gandum Mas, 1984), 144.
[11]Ron Jenson Dan Jim Stevens, Dinamika Pertumbuhan Gereja (Malang: Gandum Mas, 2004), 235.
[12] Jurnal, Joko Murdowo, Gereja Lokal Dan Kegiatan Misi

Comments