TEOLOGI PETRUS TENTANG KRISTOLOGI, KESELAMATAN DAN KITAB SUCI.




TEOLOGI PETRUS TENTANG KRISTOLOGI,
KESELAMATAN DAN
KITAB SUCI.


OLEH KEL 4
NOPI S, SAMOSIR
 JAMES ANAKAMPUN
WIWI R ZAI

INSTITUT AGAMA KRISTEN NEGERI
(IAKN) TARUTUNG
2020





TEOLOGI PETRUS TENTANG KRISTOLOGI
  1. Latar belakang Petrus
Nama asli petrus adalah simon bin yunus. Petrus sudah berkeluarga (Mrk 1:30). Pada perjalanan misinya, istrinya juga ikut (1kor 9:5). Petrus berasal dari Betsaida, kota di daerah Golan, dengan penduduk kebanyakan Yunani. Pekerjaan petrus sebelum menjadi murid yesus adalah sebagai nelayan. Bahasa yang di pakai di daerah dimana petrus tinggal adalah bahasa aram. Petrus mengenal Yesus karena adiknya. Petrus menjadi salah satu murid terdekat dari 12 murid Yesus dan mendapat nama baru “kepha” (bahasa aram) atau” kefas” (bahasa indonesia) artinya batu karang/batu besar (Mat 16:18, Gal 2:9). Dalam bahasa Yunani nama itu menjadi “Petrus”. Dalam Markus 16:8 ia disebut “simon petrus”.
B.     Pribadi petrus dan pelayanannya
Petrus dikenal sebagai seorang pemberani dan pemimpin di antar murid-murid Yesus. Ia sering menjadi juru bicara bagi murid-murid Yesus, mungkin karena suara petrus paling lantang, bahkan ia sering disebut sebagai simulut besar, cepat bertindak tapi kadang kurang berpikir. Tuhan secara pribadi memanggil petrus (luk 24:34, 1 kor 15:5) dan menebuatkannya bahwa di atas pengakuannya Tuhan akan mendirikan jemaatnya Mat 16:18). Petrus termasuk salah satu murid terdekat Yesus dan bersama dengan Yohannes dan Yakobus, petrus mendapat kehormatan untuk menyaksikan Yesus dipermuliakan di atas Gunung ( Mat 26:36-37). Ada juga masa suram pelayananya, yaitu ketika ia menyangkali Tuhan 3 kali. Ini merupakan pukulan yang hebat untuk petrus. Tapi akhirnya petrus di pulihkan oleh Tuhan dan mendapat tugas memelihara domba-dombanya (Yoh.21:15-19). Dalam perkembangan gereja mula-mula petrus menjadi juru bicara di hadapan penguasa Yahudi (Kis 4:8). Ia juga menjadi pimpinan dalam pelaksanaan tata tertib gereja. Pelayanannya dilengkapi Tuhan dengan kuasa adi kodrati (Kis 5:15). Pelayanannya juga sampai ke samaria (Kis 8:14). Ia juga menjadi penginjil pertama untuk orang non-Yahudi (Kis 10:1). Pernah berbeda pendapat dengan paulus soal “prosalite” untuk orang-orang non-Yahudi, tapi akhirnya persoalan selesai melalui sidang di Yerusalem. Misi pelayanan petrus tidak mudah di lacak. Mungkin ia menginjili daerah palestina sampai masa penganiayaan kaisar nero. Nama petrus juga dihubungkan dengan daerah bitinia, di asia kecil. Itu sebabnya paulus dilarang untuk pergi ke betania, sebab petrus sudah ada di sana.”[1]              
C.    Teologi petrus tentang Kristologi
Kristologi adalah cabang ilmu yang membicarakan tentang posisi Yesus Kristus dalam agama kristen. Dalam pembagian cara lama dan ilmiah karna kristologi dimasukkan dalam rumpun teologi sitematika dogmatika. Kata kristologi berasal dari bahasa Yunani kristo = kristus dan logos= ilmu jadi ilmu tentang kristen.Ada banyak pemahaman tentang Yesus kristus sebagai manusia seperti tulisan-tulisan Yohannes yang banyak memberikan keterangan mengenai keilahian Yesus. Pembicaraan tentang Kristus merupakan ajaran kristen yang mempercayai Yesus Kristus sebagai Tuhan. Perdebatan tentang ketuhanan Yesus masih berlangsung sampai saat ini. Ketuhanan Yesus (keahlian Kristus) “Yesus adalah Tuhan”, hal ini di yakini umat kristen dan katolik. Namun Yesus Kristus diyakini umat kristen sebagai satu-satunya jalan keselamatan. Keillahian Kristus adalah hakikat Kritus sebagai Tuhan. Sebutan “Tuhan Yesus” dimulai dari teologi di negara-negara barat.”lord Jesus” diartikan Tuhan Yesus.

Kitab ini juga berisi hal-halyang jelas tentang kemanusiaan Yesus seperti dalam Yohannes 1:14. Jika kita kaji dari surat Petrus ada beberapa hal yang diungkapkannya tentang kristologi yaitu :
  1. menurut surat petrus kemanusiaan Yesus yang sejati di terima sebagai hal yang benar dan tidak di ungkapkan secara panjang lebar lagi. Dalam 2 petrus 1:16 yang di tonjolkan ialah kemuliaan itu terlihat dalam dunia. Dia menegaskan bahwa Allah telah menjadi manusia dan menunjukkan kemuliaannya di Bumi.
  2. Dalam 1 petrus 3:18-20 merupakan perokop yang memiliki nilai yang khususkarena menunjukkan secara khusus beberapa gagasan yang tercakup dalam gelar-gelar kristus. Syair-syair pujian juga menyajikan suatu krostologi yang tinggi dan yang tidak membiarkan adanya keraguan  bahwa Yesus adalah Allah dan manusia, Petrus semakin menegaskan hal tersebut.
  3. Kristus adalah teladan bagi manusia (1 petrus 4:12-19).
  4. Kristus ialah penghibur bagi pengikut-pengikutnya (1 petrus 3:18b).




















TEOLOGI PETRUS TENTANG KESELAMATAN

I.    Pendahuluan
Surat-surat Petrus, baik yang pertama maupun yang kedua adalah surat-surat yang pendek namun di dalamnya terdapat banyak ulasan yang berhubungan dengan keselamatan. Petrus tentunya memiliki pandangan yang khas ketika ia berbicara mengenai keselamatan. Untuk itu, berdasarkan surat-surat Rasul Paulus tersebut, penulis akan membahas mengenai konsep keselamatan Petrus, respon manusia terhadap keselamatan, dan aplikasinya bagi orang yang telah diselamatkan oleh Kristus.

II.      Arti ”keselamatan” menurut Petrus
Di dalam surat-surat Petrus, istilah-istilah yang dipergunakan untuk mengungkapkan konsep keselamatan ialah soteria, salvation - keselamatan (I Pet. 1:5; 2 Pet. 3:15); anagennesas, have been born anew - dilahirkan baru (1 Pet. 1:18); elutrothete, to be ransomed - ditebus (1 Pet. 1:18). Ketiga istilah tersebut mengasumsikan beberapa hal sebagai berikut.[2]
1. Manusia itu berada di bawah kontrol suatu kuasa sehingga kehilangan kebebasan sejati.
2. Manusia tidak berdaya menyelamatkan dan membebaskan dirinya sendiri.
3. Manusia memerlukan intervensi dan bantuan pihak ketiga untuk diselamatkan dan memperoleh kembali keselamatannya.
4. Pihak ketiga membayar harga tebusan untuk membebaskan manusia.
5. Keselamatan dan etika erat hubungannya sehingga keselamatan itu dibarengi
dengan lahir baru.

III.   Keselamatan Menurut Teologia Petrus
1. Keselamatan erat hubungannya dengan pemilihan dari Allah Tritunggal
Di dalam 1 Petrus 1:1-2 dikatakan:
“Dari Petrus, rasul Yesus Kristus, kepada orang-orang pendatang, …. yaitu orang-orang yang dipilih, sesuai dengan rencana Allah, Bapa kita, dan yang dikuduskan oleh Roh, supaya taat kepada Yesus Kristus dan menerima percikan darah-Nya. Kiranya kasih karunia dan damai sejahtera makin melimpah atas kamu.”
Di sini keselamatan diungkapkan dalam tiga pengertian: “dipilih”, “dikuduskan”, “taat dan menerima percikan darah-Nya”. Di dalam ketiga pengertian itu Allah Bapa, Roh Kudus dan Yesus Kristus bekerja bersama-sama. Dari pernyataan Petrus ini, dapat disimpulkan pula bahwa keselamatan itu erat hubungannya dengan pemilihan yang berasal dari Allah Bapa sesuai dengan rencana-Nya yang kekal. Keselamatan direncanalan sejak kekekalan (1 Pet.1:20), tetapi dinyatakan dalam sejarah. Pemilihan Allah di dalam Perjanjian Lama yang merupakan karakteristik bangsa Israel (Ul. 14:2; Yes. 45:4), di sini dikenakan kepada masyarakat Kristen sebagai Israel baru (1 Pet. 2:9-10)
Peran Roh Kudus dalam keselamatan sangat penting. Karena pekerjaan Roh Kudus di dalam pengudusan itulah maka orang-orang yang diselamatkan beroleh hidup baru dan mengambil bagian dalam kodrat ilahi. Ini merupakan proses penting di dalam keselamatan.[3] Pekerjaan Keselamatan dari Allah di dalam Kristus itu sedemikian rupa sehingga orang-orang percaya disebut ciptaan baru. Ini dimungkinkan oleh kuasa Allah yang dinyatakan di dalam pekerjaan Roh Kudus.
2. Keselamatan hanya karena anugerah Allah
Petrus selanjutnya menekankan bahwa Allah yang menyelamatkan itu adalah Allah yang penuh rahmat dan anugerah. Ketika berbicara tentang keselamatan, Petrus menyebut Allah sebagai Allah sumber segala kasih karunia atau anugerah (1 Pet. 5:10). Bagi Petrus kasih karunia atau anugerah Allah itu sangat prinsipil sehingga ia dapat menasihatkan: “..... letakkanlah pengharapanmu seluruhnya atas kasih karunia yang dianugerahkan kepadamu pada waktu penyataan Yesus Kristus” (1 Pet. 1:13). Pernyataan ini pertama-tama mengingatkan bahwa di dalam konsep keselamatan rasul Petrus, anugerah itu sangat penting. Yang kedua, anugerah Allah itu tidak akan habis sampai kedatangan Kristus kembali. Kata dianugerahkan pada ayat di atas di dalam bahasa Yunani ditulis dalam bentuk present participle. Present continuous tense dari participle ini mengindikasikan bahwa kapan saja Kristus dinyatakan, pada masa lampau, sekarang, atau yang akan datang, anugerah/kasih karunia Allah selalu dicurahkan.[4] Oleh sebab itu Leon Morris menekankan: “Kasih karunia adalah kebiasaan Allah yang terus menerus.” Kasih karunia juga selalu dihubungkan dengan kehidupan orang-orang yang diselamatkan (1 Pet. 3:7; 5:5), sehingga Petrus menasihatkan orang-orang percaya untuk menjadi “pengurus yang baik dari kasih karunia Allah” (1 Pet. 4:10). Ini berarti bahwa Allah memberikan kasih karunia kepada orang-orang percaya untuk menghadapi bermacam-macam situasi yang mereka hadapi di dalam kehidupan sehari-hari dan mereka harus mempertanggung-jawabkannya.
3. Kesengsaraan Yesus dan Kematian-Nya merupakan proses penebusan
Di satu pihak Petrus melihat bahwa keselamatan itu berasal dari kehendak Allah Bapa, di lain pihak Petrus juga yakin bahwa keselamatan itu dilaksanakan melalui jasa dari pekerjaan sang Anak. Petrus yakin benar bahwa kematian Kristus merupakan titik yang terpenting di dalam pekerjaan Kristus untuk keselamatan manusia. Oleh karena apa yang telah dikerjakan di bukit Golgota, maka saat ini manusia diperdamaikan dengan Allah. Di dalam pembukaan suratnya, Petrus menyebutkan “percikan darah Kristus” (1 Pet. 1:2)[5]. Darah itu sendiri mungkin berarti kematian yang keras dan kejam, tetapi “percikan darah” menunjuk pada “kurban”. Saat yang paling khidmat di dalam persembahan kurban di atas mezbah itu ialah saat darah kurban dipercikkan ke atas mezbah oleh imam. Jelaslah bahwa istilah “percikan darah” itu menyatakan bahwa Petrus melihat kematian Kristus sebagai kurban.
Berulangkali Petrus mengatakan bahwa Kristus adalah Juruselamat (2 Pet 1:11; 2:20; 3:2, 18).[6] Petrus menekankan bahwa dalam karya keselamatan Kristus, Yesus : Ia adalah korban yang sempurna, seperti domba yang tak bercacat dan bercela (1 Pet.1:19); Ia tidak berdosa(1 Pet.1:22); Ia mati sebagai pengganti sekali untuk semua, yang tanpa salah bagi orang yang bersalah (1Pet.3:18). Petrus menekankan tindakan, bahwa ia dibunuh untuk manusia. Kata ganti menekankan bahwa Kristus mati bagi orang berdosa (1 Pet.2:24). Ia menebus mereka dari perbudakan dosa (1 Pet.1:18). Ia menyelesaikan keselamatam melalui kebangkitan-Nya, memberikan orang percaya suatu hidup yang penuh pengharapan. (1 Pet.1:3).
Sepanjang suratnya Petrus selalu mengingatkan jemaat kepada pengorbanan salib sehingga darah Kristus itu tidak bisa berarti lain dari pada kematian dan kesengsaraan Kristus. Selanjutnya, Petrus menyatakan kematian Kristus sebagai suatu proses penebusan (1 Pet. 1:18). Kata elutrothete - ditebus, berasal dari kata lutroo yang berarti dibebaskan dengan tebusan. Penebusan Kristus ini lain daripada yang lain karena Kristus tidak menebus dengan barang yang fana, perak atau emas, melainkan dengan darah yang mahal atau dalam bahasa Inggris precious. Precious atau mahal mengandung dua maksud. Yang pertama, mahal dalam arti nilainya mahal; dan yang kedua, mahal dalam arti sangat dihargai dan dimuliakan. Darah Kristus memang mahal dan mulia karena darah itu darah Anak Allah yang telah berinkarnasi.[7] Keselamatan bagi manusia dijadikan oleh Kristus dengan melakukan penebusan dengan darah-Nya yang indah.
4. Orang yang diselamatkan harus mempertanggungjawabkan keselamatannya
Oikonomos, pengurus rumah ialah suatu kata yang melukiskan seorang hamba yang diserahi kepercayaan untuk mengurus harta benda tuannya. Hamba semacam ini mempunyai kebebasan yang cukup, namun ia harus bertanggung jawab di hadapan tuannya. Petrus menggunakan gambaran ini untuk menunjukkan bahwa orang-orang yang diselamatkan itu tidak memiliki apa-apa yang berasal dari dirinya sendiri, tetapi segalanya berasal dari anugerah Allah.  Pada saat yang sama Petrus juga menunjukkan bahwa orang-orang yang diselamatkan harus menggunakan kasih karunia yang diperolehnya itu dengan penuh tanggung jawab. Kasih karunia tidak menganjurkan ketidak bertanggung jawaban. Selain kasih karunia yang harus dipertanggungjawabkan, pada saat yang sama kasih karunia Allah itu juga memelihara orang-orang yang diselamatkan sampai selama-lamanya (1 Pet. 3:12).
5. Orang yang diselamatkan mengalami kelahiran baru
Selanjutnya Petrus dua kali menyebutkan bahwa Allah melahirkan kembali orang-orang yang percaya (1 Pet. 1:3; 23). Dikatakan di dalam ayat 3 tersebut: “Allah melahirkan kita kembali bukan oleh benih yang fana, tetapi oleh Firman Allah yang hidup dan kekal.” Gambaran tentang kelahiran baru ini memberikan implikasi bahwa seseorang tidak dapat dilahirkan menurut kehendaknya sendiri. Gambaran ini menekankan bahwa di dalam proses keselamatan, unsur ilahi merupakan prioritas dan juga kuasa Allah-lah yang menghasilkan kelahiran baru.
Apa yang terjadi dalam kelahiran baru hanyalah merupakan perkataan yang pertama, perkataan yang terahkir adalah warisan yakni “keselamatan yang telah tersimpan di surga bagi kamu” (1:5). Maka dari itu, “Pengharapan” juga merupakan kata kunci penting dalam surat Petrus.
6. Orang-orang yang diselamatkan akan mengalami penderitaan
Di dalam keselamatan itu orang-orang percaya akan mengalami penderitaan. Dalam pasal 5:8, Petrus menggambarkan situasi yang dihadapi orang Kristen di dunia ini, yaitu terbuka luas pada penganiayaan dan penderitaan. Oleh karena itu keselamatan adalah satu-satunya pengharapan.
Petrus berkata: “Sebab itulah kamu dipanggil, karena Kristus pun telah menderita untuk kamu, dan telah meninggalkan teladan bagimu, supaya kamu mengikuti jejak-Nya” (1 Pet. 2:21). Jelas di sini Firman Tuhan berkata bahwa Kristus di dalam kematian-Nya itu memberikan teladan bagi umat-Nya.[8] Jikalau Kristus memberikan teladan kesengsaraan demi kasih, maka orang-orang yang diselamatkan juga akan mengalami penderitaan karena kebenaran dan kasih. Kristus bukan hanya sebagai Juruselamat dan Penebus saja, tapi Ia juga teladan bagi umat-Nya dalam hal menderita segala kesengsaraan dan ketidakadilan dengan penuh kesabaran
V. Kesimpulan
Dalam Teologi keselamatan Petus, jelaslah bahwa Petrus mempunyai pandangannya sendiri yang khas. Ia memandang dengan jelas kedaulatan Allah di dalam karya keselamatan-Nya. Orang-orang yang diselamatkan-Nya adalah orang-orang yang dipilih-Nya. Jalan keselamatan itu berasal dari Allah sendiri. Keselamatan datang melalui pekerjaan Kristus yang disempurnakan di dalam umat-Nya melalui kuasa Roh Kudus.
Petrus juga menitikberatkan bahwa dari pihak manusia keselamatan itu menuntut iman yang menjadi unsur utama bagi permulaan keselamatan orang-orang percaya dan juga bagi kelanjutan hidup orang-orang yang diselamatkan. Sebagai konsekuensi iman itu, orang yang diselamatkan harus hidup taat dan hidup dalam kebenaran sebagai ciri khas orang yang sudah bertobat. Tentunya hal itu akan disertai juga oleh penderitaan  bagi umat-Nya yang merupakan hal yang lazim akan dialami oleh orang-orang percaya.























TEOLOGI PETRUS TENTANG KITAB SUCI
kata “kitab suci” merupakan terjemahan dari yunani graphe, yang artinya adalah “ tulisan”. di PL tulisan ini diakui memiliki otoritas yang besar ( contohnya di Raj. 14:6 2 taw. 23: 18) tulisan-tulisan dari pl kemudian koleksi dalam tiga grup yang disebut kitab hukum, kitab para nabi, dan tulisan- tuluisan atau (mazmur). keseluruhannya berjumlah tiga puluh sembilan Kitab. tulisan ini, yaitu kitab suci, yang secara formal disatukan dalam kumpulan kanon pl.
di PB kata kerja yunani grapho digunakan kira-kira sembilan puluh kali untuk menunjukan pada alkitab. sedangkan kata benda graphe digunakan lima puluh satu kali di pb, dan hampir secara ekslusif  digunakan untuk kitab suci. di PB  kata itu digunakan untuk penujuan yang beragama “ kitab suci” menunjukan pada semua bagian kitab suci secara kolektif ( contohnya di mat. 21: 42 ; 22:29; 26:54 ;luk 24:27, 32,45 yoh 5:39 ; rm 15:4  2 ptr. 3: 16) atau bagian secara individu dari kitab suci ( mat. 12: 10; 15:28; yoh. 13: 18  19:24) “ kitab suci berkata “ berarti hampir sama dengan mengutip perkataan allah (contohnya di rm.4:3; 9: 17 ; 10: 11; gal 4:30 1 tim.5: 18) istilah istilah yang dipakai adalah kitab suci (rm. 1:2) dan tulisan-tulisan yang sakral ( yunani hiera grammata 2 tim. 3: 15), ayat klasik 2 tim 3: 16 menekankan bahwa tulisan-tulisan ini bukan merupakan tulisan biasa tetapi pada faktanya “ dinafaskan oleh allah”, dengan demikian tulisan itu berorientasi dan tanpa salah dalam semua pengajarannya.
Ada banyak  bukti yang menyatakan bahwa Alkitab secara keseluruhannya adalah kitab yang unik, yaitu berbeda dengan karya tulisan lainnya. Klaim keunikan itu dinyatakan oleh alkitab itu sendiri yang menyaksikan karakter dirinya yang unik sebanyak tiga ribu delapan ratus kali Alkitab menyatakan “ Allah berfirman” atau demikaian firman Allah).
Paulus juga mengakui bahwa hal-hal yang ia tulis merupakan perintah Tuhan (1 Kor 14:37) dan semua itu diakui juga oleh orang percaya. Petrus memproklamasikan kepastian dari kitab suci dan keharusan untuk memperhatikan ketidak berubahan dan kepastian dari kitab suci dan keharusan untuk memperhatikan ketidak berubahan dan kepastian dari kitab suci. dan keharusan untuk memperhatikan ketidak berubahan dan kepastian dari Firman Allah ( 2 Ptr. 1: 16-21) Yohanes mengakui juga mengakui bahwa pengajarannya berasal dari Allah ; apabila orang menolak ajarannya berarti ia menolak Allah (1 Yoh. 4:6).
Yang  mempercayai Kitab suci yang berasal dari Allah adalah orang-orang yang patut dipercayai dan mereka adalah orang-orang yang telah mempertahankan intregritas kitab suci dengan pengorbanan pribadi yang besar. Yeremia menerima beritanya langung dari Tuhan ( Yer. 11: 1-3), dan karena pembelaannya pada kitab suci, ada orang yang sebagian berusaha membunuhnya (Yer. 11:21) bahkan keluarganya meolak dia (Yer. 12:6). Namun demikian, argumentasi klaim dari Alkitab tidak boleh dimengerti sebagai argumentasi sirkular atau penalaran sirkular kesaksian dari saksi yang dapat dipercayai secara khusus adalah kesaksian dari Yesus, dan dari yang lain seperti Musa, Yosua, Daud, Daniel dan Daniel dalam PL, dan Yohanes serta Paulus dalam PB. Semua kesaksian itu meneguhkan otoritas dan inspirasi verbal dari kitab Suci.
Alkitab berasal dari empat puluh penulis yang berbeda misalnya diantara penulis yang berbeda dengan berbagai profesi dalam kehidupan mereka masing-masing misalnya diantara penulis kitab suci ada Musa seorang pemimpin politik ; Yosua, seorang pemimpin militer; Daud seorang gembala; Salomo, seorang raja Amos seorang penjaga ternak dan pemetik buah; Daniel, seorang perdana mentri; Matius seorang pemungut cukai Lukas seorang dokter medis; Paulus seorang rabi; dan petrus seorang Nelayan.
Hal itu terlihat bahwa banyak para penulis tidak mengenal penulis kitab Suci lainnya dan mereka tidak mengetahui tentang tulisan lainnya.dan Roh kudus adalah penyatu dari keenam puluh enam kitab itulah yang menentukan keharmonisan dan konsisten. Dalam kesatuannya kitab-kitab ini mengajarkan ketritunggalan Allah, keilahia Yesus kristus, Pribadi Roh Kudus kejatuhan dan kecemaran manusia, demikian pula keselamatan karena anugrah. Maka segera terlihat bahwa tidak ada manusia yang mampu menyusun dan merangka keharmonisan pengajaran kitab suci seperti itu Alkitab ditulis oleh Allah adalah jawaban satu-satunya.
BERIKUT INI ADALAH HAL YANG PERLU DI CATAT DARI DOKTRIN KITAB SUCI YANG DI TULIS OLEH PETRUS.
  1. (2Ptr. 1:19) menunjuk pada seluruh PL. Petrus mengindikasikan Kitab Suci PL menjadi pasti melalui pemunculan dari Yesus Kristus.
  2.  Kitab Suci adalah hidup dan tidak berubah selama-lamanya (1Pts 1:23). Berbeda dengan benih manusia yang bisa korup, maka firman Allah tidak bisa korup
  3.  Kitab Suci tidak terkontaminasi dan menyehatkan, memampukan orang percaya untuk bertumbuh secara rohani (1Ptr 2:2)
  4.  Kitab Sudi bukan secara murni berasal dari manusia (2Ptr. 1:20).
  5.  Kitab Suci adalah produk dari manusia yang berbicara atas pimpinan Roh Kudus, sehingga menjamin keakuratan dari Kitab Suci (2Ptr 1:21).
  6.  Kitab Suci PB juga dinspirasikan setara dengan Kitab Suci PL (2Ptr 3:16). Petrus menempatkan surat-surat Paulus setara dengan “tuisan-tulisan  Suci lainnya".
  7.  Kitab Suci merupakan dasar kebenaran leologis (1Pr. 2:16) Petrus membuat poin teologis dan mendasarkannya pada kutipan dari Yesaya 28:16.

A.    Pembagian Alkitab
Alkitab dibagi menjadi 2 bagian besar, Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Perjanjian lama berisi 39 kitab, yang ditulis pada waktu yang berbeda dalam kurun waktu kurang lebih sejak tahun 1500 sampai 400 Seb.M. Tema utamanya adalah: keselamatan yang dijanjikan dalam diri Mesias. Perjanjian Baru terdiri dari 27 Kitab yang ditulis pada paruh abad pertama Masehi.
Pada semua kitab didalam Alkitab menyangkut dua dasar ajaran yaitu hukum Taurat dan Injil. Meskipun keduannya sangat berlainan dalam isi, tujuan dan pengaruhnya sehingga dibedakan secara hati-hati 2 Tim. 2: 15.
B.     Tujuan Alkitab
                   Allah memberikan Firman-Nya kepada Manusia dengan tujuan yang jelas yaitu:
 a). Menyelamatkan manusia dari dosa dan kutukan melalui iman kepada Kristus
b). Mengajar dan mendidik anak-anak-Nya dalam kesucian hidup
 c) membesarkan kemulian-Nya.
Alkitab dinafaskan oleh Allah, karena itu Alkitab memiliki dimensi yang berbeda secara keseluruhan dengan literatur lain. Manusia perlu pertolongan dari Allah untuk mengerti Alkitab (1 Kor.2: 11). Sebagai tambahan, orang yang belum dilahirkan baru dan pikirannya dibutakn oleh dosa tidak dapat memahami Firman Allah (Luk. 24:44-45) pelayanan dari Firman Roh Kudus dimana ia mencerahkan mereka dalam relasi yang benar dengan dia untuk memahami Firman Allah


[1] Erman S Saragih, M, Th (PENGANTAR PERJANJIAN BARU, 2018), Hal 144-145.
[2] Jurnal Teologi Aletheia – Vol 3 no. 5, ( Lawang : ITA ), hlm. 53
[3] Leon Morris, Teologi Perjanjian Baru, ( Malang : Gandum Mas, 1996), hlm. 444.
[4] Jurnal Teologi Aletheia – Vol 3 no. 5, ( Lawang : ITA ), hlm. 53.

[5] George Eldon Ladd, Teologi Perjanjian Baru, ( Bandung : Kalam Hidup, 2002), hlm. 412.
[6] Leon Morris, Teologi Perjanjian Baru, ( Malang : Gandum Mas, 1996), hlm. 447.
[7] Jurnal Teologi Aletheia – Vol 3 no. 5, ( Lawang : ITA ), hlm. 53.
[8] Donald Gutrhrie, Teologi Perjanjian Baru 1, ( Jakarta : BPK Gunung Mulia, 1992), hlm. 254.

Comments