Masalah Sinoptis Dan Tradisi Sinoptis

A.  Latar Belakang
      Mencari dan mendata ungkapan-ungkapan Yesus Kristus secara eksplisit tentang pengampunan dosa dalam perikop-perikop yang terdapat pada ketiga Injil Sinoptis. Hal ini telah dilakukan dalam bagian Batasan Permasalahan.  Menemukan konteks sejarah ketika Yesus Kristus menyatakan ungkapan-ungkapan pengampunan dosa tersebut, termasuk di dalamnya melihat pertentangan yang muncul dari para pemimpin agama Yahudi
      terhadap ungkapan-ungkapanNya tersebut atau dengan kata lain melihat konteks sejarah yang diungkapkan melalui cerita di dalam perikopperikop tersebut.  Menemukan autentisitas perkataan Yesus Kristus yang diungkapkan oleh penulis Injil dalam ketiga perikop tersebut. Caranya dengan memperbandingkan ketiga perikop yang menjadi pokok bahasan pada penulisan saat ini dengan tetap melibatkan sejarah yang
      diungkap dari masing-masing perikop tersebut pula. 4. Mengintegrasikan penemuan konteks sejarah Yesus Kristus tersebut dengan perkataanNya yang autentik, sebagai upaya penafsiran terhadap perikop-perikop tersebut. Sehingga dibuahkansebuahpemikiran
      B.     Rumusan  Msalah
      * Bagaimana Latar Belakang masalah sinoptis?
      * Apakah yang dimaksud dengan masalah sinoptis dan  tradisi sinoptis.?
      C.       Tujuan penelitian
      Tujuan penelitian , untuk memenuhi proses mata kuliah yang telah di tugas kan kepada kami . Dan untuk mengetahui seberapa penting mengetahui dunia Perjanjian Baru dan masalah sinoptis , yang terdiri dari Latar Belakang,masalah sinoptis dalam kitab Perjanjian Baru. \

      MASALAH SINOPTIS
      kesejajaran-kesejajaran yang luas dalam struktur kitab-kitab injil     menurutMatius,Markus dan lukas memungkinkan kita untuk meletakkan mereka        berdampingan dengan begitu rupa sehingga bagian-bagian yang sesuai dalam ketiga injil tersebut berdiri berhadap-hadapan. Di pihak lain,kendati pun ada kesamaan-kesamaan yang mecolok,adapula perbedaan-perbedaan yang jelas. Pada bagian awal dan akhir dari injil Matius dan  Lukas
A.Usaha-usaha Awal untuk Memecahkan Masalahnya.
      Teori ‘injil asli’ menganggap bahwa ada sebuah injil asli yang tak ketahuan lagi jejaknya yang ditulis dalam bahasa Aram. Dengan demikian kitab-kitab injil seperti yang kita kenal harus diterima sebagai terjemahan-terjemahan bebas dari kitab injil asli ini. Setelah Lessing mengusulkan teori ini,Eichhorn  mengambilnya lalu mengembangkanya sampai bahkan ia menganggap ada sejumlah pengolahan yang membentuk tahap antara injil yang asli dengan injil-injil sinoptis.
      Teori naratif yang juga dikenal sebagai teori fragmen yang menempuh garis berpikir yang sama sekali berbeda.
      Teori tradisi membayangkan adanya suatu tradisi lisan( pra tulisan ­). Teori menganggap bahwa suatu injil lisan seragam berkembang diatara para rasul di Yerusalem  pada suatu tahap awal.
      Teori saling ketergantungan mengganggap adanya ketergantungan sastra dan dengan demikian teori ini mengikuti garis yang pada dasarnya berbeda dengan teori teori lainya.
B.Teori dua sumber
      Teori ini menganggap ada dua sumber yang membentuk asal mula secara injil-injil sinoptis. Sumber pertama ( dan sampai sejauh ini teori dua sumber adalah bentuk teori saling ketergantungan) adalah salah satu dari injil itu sendiri yakni markus. Teori dua sumber menolong menjelaskan apa persamaan  persamaan Injil-injil sinoptis  dan dimana perbedaannya tetapi hanya sejauh hubungan hubungan  sastra dari kitab-kitab itu satu sama lain.
C .Kepentingan Teori Dua Sumber bagi Tafsiran injil injil sinoptis
      Kita pun perlu ingat bahwa untuk Matius dan Lukas Markus sama sekali tidak ‘kanonis’ (artinya,tidak berwibawa sebagai tulisan suci penyunting). Kenyataanya keduanya memperlakukan model mereka dengan amat ‘kritis’ dan bertindak cukup bebas dalam mengubah teks tersebut.
TRADISI SINOPTIS
      Penelitian atas injil injil sinoptis, yang dengan munculnya teori Dua Sumber mencapai titik perkembangan penting sekitar peralihan abad ini,selalu dilaksanakan dengan maksud mencoba mendekati sedapat mungkin Yesus Historis (artinya Yesus yang diteliti sebagai tokoh yang pernah hidup dalam sejarah melalui pendekatan historis penyunting).
A.Bentuk dan Jenis
      Cerita- cerita mujizat merupakan bagian besar dari bahan naratif,tetapi kita tidak bisa berbicara tentang bahan itu sebagai suatu jenis yang seragam.
      Suatu tahapan lanjutan antara bahan-bahan naratif dan bahan-bahan “perkataan” dibentuk oleh sejumlah besar kisah-kisah singkat yang mengandung perkataan Yesus di dalam kerangka adegan pendek.
      Perumpamaan menempati suatu bagian besar dari bahan-bahan perkataan. Perumpamaan itu sendiri memberikan masalah-masalah yang lebih besar. Apa yang sering terjadi ialah bahwa suatu peristiwa dari kehidupan sehari-hari digunakan sejajar untuk suatu hal lainya,hal hal yang penting ialah menemukan dimana pembandingan ini diterapkan salah saut pokok khusus.  Ada banyak kesejajaran terhadap perumpamaan yang ada dalam dunia kontemporer dengan perjanjian baru,terutama dari agama yahudi.
B.Kritik Bentuk
      Besarnya kebebasan dalam memasukkan pelbagai variasi yang telah kita cacat selama menelusuri perkembangan dari pelbagai suatu tradisi yang terpisah,dan juga dalam pengambilan pola. Adalah penting untuk mengingat bahwa pembakuan tersebut tidak berlangsung  dalam pola-pola yang terlalu beraneka ragam sesuai dengan aneka ragam peristiwa yang sesungguhnya terjadi.
C.Pengumpulan Awal
      Injil-injil sinoptis muncul bukan karena Markus mengenali dari pelbagai bahan sumber yang ada padanya dan kemudian menyusun ijilnya,dan kemudian Matius serta Lukas memperluar Markus dengan satuan-satuan bahan yang lebih lanjut.
      Bentuk pengumpulan paling sederhana terjadi ketika bentuk-bentuk yang sama disatukan seperti misalnya dalam sumber perumpamaan yang masih dapat ditelusuri  sebagai latar belakang untuk markus ( Mar.4:-9,10,13-20,26-29,30-32).
      Tahap menengah kedua dalam pengumpulan tradisi ini serupa dengan yang pertama,tetapi disini diungkapkan sebuah unsur yang baru. Hal ini tampak dalam sumber mengenai pertikaian yang digunakan Markus dan yang masih dapat ditelusuri dengan cukup pasti di balik Markus 2:1-3;6.
KRITIK :
      Dalam buku yang ditulis Willi Marxsen Sebaiknya pengguna  kalimat dalam buku digunakan klimat yang mudah di mengerti dan tidak terlalu berlebihan dalam penggunaan tanda baca, dan lebih baik jika ditambah ilustrasi yang lebih menarik atau gambar agar pembaca dapat merasakan, menghayati teks cerita dalam buku tersebut. Selain itu,  pembaca melihat bahwa dibeberapa bagian beliau tidak memberikan contoh yang jelas dan disesuaikan dengan apa yang dimaksudkan kedalam teori sebelum pembahasan
      Kelebihan dan kekurangan buku Pengantar Perjanjian Baru
Kelebihan 
      Mampu menarik banyak perhatian orang 
      Menambah wawasam pemikiran mahasiswa 
      Berguna sebagai buku panduan 
      Membahas secara menyeluruh masalah sinoptis dan tradisi sinoptis
      Kekurangan 
      Isi buku tidak disertai dengan ilustrasi yang menarik
      Penyusunan kalimat tidak terlalu rapi 
      Bentuk buku kurang menarik 
      Isi buku terlalu padat 
KESIMPULAN
      Masalah penetapan sumber utama dari injil-injil sinoptik masih terus diperdebatkan dalam sejarah hidup Gereja. Semua teori yang telah dikemukakan bersama berbagai teori lain yang tidak dibahas dalam tulisan ini hanya merupakan hipotesis saja. Tidak ada kebenaran yang mutlak dalam penetapan ini. Hanya saja, teori dua sumber mendapat pengikut yang cukup banyak bila dibandingkan dengan teori yang lainnya. Teori ini menyajikan alasan-alasan yang akurat dan memuaskan hasrat para pencari kebenaran tentang sumber sinoptik.
      Kami pun setuju dan mengikuti teori ini namun dengan sedikit mengindahkan teori Urmarkus juga. Alasan yan disajikan lebih masuk akal. Berbagai bagian yang tidak dimiliki oleh Mrk namun terdapat dalam Mat dan Luk serta bahan dalam Mrk yang tidak terdapat dalam kedua injil tersebut dapat diterangkan dengan baik. Saya memutuskan untuk memadukan teori-teori ini karena: Pertama, Markus merupakan injil yang sangat sederhana dalam pemakaian kata-katanya. Terdapat juga “bahasa pasar” dan bahasa yang sedikit kasar
      di dalamnya. Untuk itu, Mat dan Luk Sebagai injil-injil yang kemudian berusaha untuk memoles kembali kata-kata itu ke dalam bahasa yang lebih baik dan layak lagi. Kedua, menyangkut bagian-bagian yang dimiliki Mat (560 ayat) dan Luk (830 ayat) tetapi tidak dimiliki oleh Mrk, saya berkesimpulan bahwa bahan tersebut diambil dari bahan “Q” serta sumber M dan L. Ketiga, Untuk bagian dalam Mrk yang tidak dimiliki oleh kedua injil itu (31 ayat), teori Urmarkus saya yakin bisa memuaskan untuk menjawabnya.
      Demikianlah kesimpulan yang bisa kami  buat setelah mempelajari keempat teori tentang sumber injil sinoptik ini. Jika para ahli PB berusaha untuk menemukan hipotesis yang lebih sempurna, maka kesimpulan yang saya buat ini adalah hasil kompilasi dari hipotesis-hipotesis yang berhasil mereka kerjakan.

Sumber : Willi Marxsen, Pengantar Perjanjian Baru, Pendekatan Kristis Terhadap Masalah-masalahnya (Jakarta: BPK Gunung
Mulia, 2012)
 


Comments