PEMAHAMAN AGAMA HINDU TENTANG NIRWANA
Dalam KBBI, nirwana adalah surga atau tempat dimana adanya kebebasan atau kesempurnaan, tidak ada lagi penderitaan didalamnya. Sedangkan pengertian Nirwana menurut agama Hindu adalah keadaan setiap wujud atau entitas yang merasa tenteram, aman, damai secara sempurna karena tidak ada lagi proses reinkarnasi atau kelahran kembali kedunia karena suatu wujud atau entitas telah menyatu dengan tuhan (moksha). Nirwana adalah sebuah tujuan spiritual dalam agama Hindu. Nirwana tidak hanya dapat dicapai ketika seseorang telah meninggal, pada saat masih hidup pun seseorang dapat mencapai kebahagiaan tertinggi serta terbebas dari segala penderitaan dan kekotoran jiwa. Untuk dapat mencapai nirwana, seseorang harus melaksanakan jalan mulia/utama berunsur delapan. Jalan ini merupakan ajaran untuk mencapai pencerahan dan melenyapkan semua penderitaan. Ajaran ini terbagi dalam tiga kelompok, pertama kebijaksanaan yang meliputi pengertian dan pikiran yang benar, kedua moral yang meliputi ucapan, perbuatan, dan mata pencaharian yang benar, dan terakhir konsentrasi yang meliputi usaha, perhatian, dan konsentrasi yang benar.
Hakikat pengantar dalam agama Hindu diajarkan bahwa sesuatu yang hidup mempunyai suatu bahagian sebagai inti dari kehidupannya yang dinamakan dengan Atma atau jiwa. Atma adalah yang menghidupkan setiap makhluk hidup yang merupakan percikan dari Brahman atau Tuhan. Setiap makhluk hidup terdiri dari dua unsur, yaitu unsur jasmani dan unsur rohani disebut Atma. Bila Atma meninggalkan jasmani, maka inilah disebut mati. Atma inilah yang hidup berulang-ulang sesuai dengan karmanya yang disebut Punarbhawa. Keadaan ini akan terus berlanjut sepanjang karmanya belum sempurna dan Atmanya belum bersatu dengan Brahman, sedangkan tujuan hidup dalam ajaran Agama Hindu adalah bersatuya Atma dengan Brahman (Tuhan) yang disebut dengan Nirwana (Moksa). Arti Dan hakikat Nirwana menurut etimologinya berasal dari bahasa Sansekerta yaitu “nir-va” yang berarti “meniup”. Maksudnya adalah pemadaman atau pendinginan. Jadi, pengertian Nirwana dalam Agama Hindu adalah suatu keadaan dimana seseorang sudah terlepas dari ikatan keduniawian dan kelahiran kembali, setelah bersatunya Atma atau jiwa dengan Brahman. Nirwana dan Cara Pencapaiannya dalam Agama Hindu 100 Nirwana Adapun pengertian Moksa adalah keadaan kebahagiaan yang dialami semasih berada di dalam dunia dan kelak akan masuk ke dalam Nirwana setelah meninggal dunia. Dalam Agama Hindu, diajarkan bahwa sesuatu yang hidup mempunyai suatu bahagian sebagai inti dari kehidupannya yang dinamakan Atma atau Jiwa. Atma ini merupakan bahagian dari jiwa alam semesta yang disebut Prama Atma. Tujuan hidup utama umat Hindu adalah untuk mendapatkan kebahagiaan batin yang terdalam, yakni adanya persatuan antara Atma dan Brahman yang disebut Moksa –sebagaimana yang telah dijelaskan pada bagian yang lalu-. Jika seseorang telah berhasil mencapai Moksa, maka ia sudah sampai pada apa yang disebut Nirwana. Nirwana sering juga diungkapkan dengan Moksa atau jiwa mukti. Di dalam filsafat agama Hindu dijelaskan bahwa sesungguhnya kehidupan ini tidak memiliki arti apa-apa, karena semuanya bersifat maya belaka. Oleh karena itu, tidak ada gunanya mengusahakan kemajuan sosial dan material di dunia ini. Untuk melepas diri dari dunia maya tersebut, seseorang harus berusaha memperbaiki karmanya atau perbuatannya agar Atmanya mengalami kesucian dan dapat bersatu kembali dengan Brahmanya. Manusia akan merasa berbahagia setelah Atmanya kembali dalam keadaan suci dan seterusnya bersatu dengan Brahma. Nirwana pada hakikatnya merupakan suatu tempat kedamaian yang abadi yang bersifat abstraksi dan hanya dapat dicaai setelah manusia berhasil melarutkan jiwanya atau Atmanya ke dalam Brahman atau telah mencapai kesempurnaan hidup. Hal tersebut dapat dicapai setelah memenuhi tuntutan ajaran yang terkandung di dalam pustaka suci agama Hindu, yaitu cara-cara pencapaian nirwana.
Cara Pencapaian Nirwana, bahwa Nirwana yaitu keadaan bersatunya Atma dan Brahman, maka untuk mencapai keadaan tersebut, harus ditempuh dengan jalan melakukan salah satu dari “catur yoga”, yaitu empat macam disiplin hidup atau cara-cara hidup yang harus diikuti oleh seseoranguntuk mencapai tujuan Moksa atau Nirwana. Dengan demikian, yoga dapat dikatakan sebagai suatu usaha untuk menyelamatkan diri bagi setiap penganut agama Hindu. Setiap cara atau yoga itu sesuai untuk dilaksanakan individu tertentu di dalam setiap tingkatan hidup yang dialaminya. Adapun catur yoga itu adalah Ajaran-ajaran Agama Hindu. Jnana Yoga (jalan imu pengetahuan), yaitu usaha untuk mempersatukan Atma dengan Brahman, dengan jalan mempelajari ilmu pengetahuan dan filsafat pembebasan diri dari ikatan-ikatan duniawi. Cara ini disarankan kepada orang yang memiliki kecerdasan yang tinggi. Jalur yang ditempuh untuk sampai pada tingkat Jnana Yoga tersebut, dapat ditempuh tiga macam cara secara bertahap yaitu; 1. Mendengarkan fatwa-fatwa orang-orang suci dan membaca pustaka-pustaka suci, dengan demikian dapat mengetahui segala sesuatunya tentang dharma.
2. Berfikir yaitu suatu usaha untuk mencapai keinsyafan bahwa segala yang mempesona ini adalah maya belaka, maka Atmalah yang harus mengontrol hawa nafsu dan perasaan serta menjadi pengendali keduanya.
3. Meditasi yang membawa kepada kesadaran bahwa kenyataan yang sebenarnya adalah kesamaan Brahman dengan Atma. Keadaan demikian digambar di dalam Upanishad dengan ungkapan “Tat Twan Asi”, artinya kau adalah aku (Atma). Bhakti Yoga, yaitu usaha untuk mencari keselamatan melalui penyerahan diri, pemujaan dengan cara mencurahan diri dalam penyembahan. Salah satu jalan untuk mencapai Bhakti Yoga adalah dengan berulang-ulang menyanyikan Mantras (nama-nama suci dari Tuhan), sebab dengan mengulangi Mantras tersebut secara berkesinambungan, mempunyai efek yang baik. Disis lain, juga harus mengikuti jejak orang-orang suci yang mempunyai Bhakti begitu pula membaca pustaka-pustaka suci seperti Bhagawadgita, serta senantiasa mengingat sifat-sifat Tuhan. Karma Yoga, yaitu perbuatan atau tingkah laku keagamaan tanpa pamri yang bersih dari keuntungan diri sendiri, egoisme, dan egosentrisme atau kemasyhuran dan kewibawaan, tetapi hanya ditujukan kepada Dewa dengan disadari oleh rasa kebaktian yang sadar terhadap tugas dan kewajibannya. Keutamaan dalam melaksanakan karma yoga adalah melepaskan segala hasil atau buah dari segala perbuatan. Dengan melakukan karma yoga bukan karena keduniawian, tetapi semata-mata mengharapkan kasih sayang Sang Hyang Widhi. Hal ini ditegaskan dalam pustaka-pustaka suci antara lain: 44.Nirwana dan Cara Pencapaiannya dalam Agama Hindu 102 Nirwana (19) Tasmad asktab satatam karyam karma samacara asakto hy acaran karma param apnoti purusah. Oleh karena itu laksanakanlah segala kerja sebagai kewajiban tanpa terikat pada akibatnya), sebab kerja yang bebas dari keterikatan bila melakukan pekerjaan itu orang itu akan mencapai (tujuan) yang tertinggi. Dengan demikian, bahwa perbuatan yang dimaksud adalah perbuatan yang mengandung nilai kebaktian dan menyerahkan diri semata-mata kepada Sang Hyang Widhi. Karena Ia baru dicapai oleh manusia setelah manusia itu mengamalkan segala ajaran suci yang telah diberikannya. d. Raja Yoga, ialah menyatakan diri dengan Sang Hyang Widhi dengan cara melakukan tapa brata, yoga sampai Samadhi (Raja). Cara ini merupakan satu jalan menuju adanya persatuan kembali dengan Tuhan, karena ini adalah cara bermeditasi yang dapat mengarahkan kecenderungan batin kearah tujuan hidup yaitu bersatunya Atma dengan Sang Hyang Widhi. Adapun tahap-tahap yang harus dilalui didalam raja yoga adalah:
1. Dharma Yoga, yaitu pemusatan pikiran atas suatu titik sasaran, yaitu Brahman tanpa tergerak oleh apapun.
2. Dhayana Yoga, yaitu renungan rohani yang terus-menerus terhadap titik konsentrasi, yaitu Brahman, tanpa ingatan lainnya.
3. Samadhi, yaitu mencapai titik ekstasi hingga pada saat itu bersatulah Adman dengan Brahman, yang didalam agama Hindu dirumuskan dengan: “Dia adalah aku dan aku adalag Dia”.
Berdasarkan dari uraian-uraian di atas, maka kesimpulannya adalah:
1. Nirwana pada hakikatnya adalah suatu tempat kedamaian yang abadi yang sifatnya abstraksi, dan hanya dapat dicapai setelah manusia berhasil melurutkan jiwanya atau Atmanya kedalam Brahman atau telah mencapai kesempurnaan hidup.
2. Dalam pencapaian tujuan hidup tersebut haruslah ditempuh dengan jalan melakukan salah satu catur yoga, yaitu empat jalan disiplin hidup atau cara-cara hidup yang harus diikuti oleh seseorang.
PEMAHAMAN AGAMA KRISTEN TENTANG SURGA
Surga atau sorga berasal dari bahasa Sanskrit (Sanskerta) yaitu svarga, kemudian dalam bahasa Indonesia yaitu surga dan dalam bahasa Jawa yaitu swarga. Svarga berasal dari dua suku kata, svar yang artinya cahaya dan ga yang artinya perjalanan. Berarti, surga pada mulanya mempunyai makna perjalanan menuju cahaya atau menjadi satu dengan cahaya. Ini adalah pandangan surga dalam agama Hindu. Dalam kamus basa Jawa, swarga merupakan alam yang penuh kenikmatan tempatnya para sukma orang-orang yang hidupnya penuh dengan kebajikan. Dalam pengertian semula, surga itu adanya ya sekarang ini. Tidak menunggu hingga hancurnya alam semesta ini.
Konsep surga menurut Kristen yang tertulis dalam Injil. Markus 12:24-25, “Jawab Yesus kepada mereka: Kamu sesat, justru karena kamu tidak mengerti Kitab Suci maupun kuasa Allah. Sebab apabila orang bangkit dari antara orang mati, orang tidak kawin dan tidak dikawinkan melainkan hidup seperti malaikat di sorga”.
Seperti perkataan Yesus yang tertulis dalam Injil bahwa di surga kelak orang tidak kawin dan dikawinkan begitulah orang Kristen meyakini konsep surga. Didalam kekristenan, manusia didalam surga hidup kudus seperti malaikat di surga dan seperti Tuhan itu sendiri yang kudus. Manusia di surga hanya memuji dan memuliakan Tuhan.
Ada banyak pendapat tentang surga dan tujuannya, yaitu:
· Banyak yang mengaku Kristen setuju dengan New Catholic Encyclopedia, yang menyebutkan bahwa surga adalah ”tempat tinggal terbaik bagi orang-orang suci yang setia sampai mati”.
· Rabi Bentzion Kravitz mengatakan bahwa Yudaisme memang menganggap kehidupan sekarang lebih penting daripada kehidupan setelah kematian. Tapi, dia mengatakan bahwa ”di surga jiwa akan merasakan keadaan yang sangat menyenangkan. Mereka akan lebih memahami Allah dan dekat dengan-Nya”. Meski begitu, Kravitz mengakui bahwa ”meskipun Yudaisme percaya akan surga, hal ini tidak banyak dicatat dalam Taurat”.
· Orang Hindu dan Buddha percaya bahwa ada banyak tingkatan surga. Surga adalah tempat perhentian sementara. Setelahnya, seseorang bisa dilahirkan kembali di bumi atau mencapai Nirwana, suatu keadaan yang lebih mulia daripada surga.
· Beberapa orang tidak setuju dengan semua pendapat agama tentang surga dan mengatakan bahwa semua itu omong kosong.
Dalam Alkitab, kata ”surga” berarti:
· Dalam bahasa asli Alkitab, kata Ibrani yang diterjemahkan menjadi ”langit” atau ”surga”, memiliki makna dasar tentang sesuatu yang tinggi atau mulia. ”Langit” dapat memaksudkan seluruh atmosfer bumi. Jadi, bergantung pada konteksnya, ”surga” bisa berarti langit atau luar angkasa.
· Alkitab menyebutkan tentang ’tempat tinggal Allah di surga’ dan mencatat bahwa ada ’malaikat-malaikat di surga’. (1 Raja 8:30;Matius 18:10) Kata ”surga” di sini bukan hanya lambang, tapi memaksudkan suatu tempat yang benar-benar ada.
”Pandanglah dari surga dan lihatlah dari tempat tinggalmu yang mulia, kudus dan indah.”—Yesaya 63:15.
Alkitab tidak mengajarkan bahwa bumi adalah tempat tinggal sementara manusia, tempat mereka menunggu kematian lalu naik ke surga. Alkitab melandaskan bahwa Allah tidak pernah ingin manusia mati. Allah berkata kepada pasangan manusia pertama, ”Beranakcuculah dan bertambah banyak dan penuhilah bumi.” (Kejadian 1:28). Bumi diciptakan untuk menjadi tempat tinggal permanen bagi manusia dan mereka bisa hidup selamanya. Tapi, jika pria dan wanita pertama tidak taat kepada Allah, mereka bisa mati. Sayangnya, mereka memilih untuk tidak taat.—Kejadian 2:17; 3:6. Karena pria pertama tidak taat, dia dan istrinya, juga bahkan keturunan mereka mengalami kematian. (Roma 5:12). Alkitab berkata bahwa ”ada langit baru dan bumi baru yang kita nantikan sesuai dengan janjinya” (2 Petrus 3:13) .Melalui Kerajaan-Nya, Allah akan mengembalikan keadaan bumi sesuai dengan tujuannya dulu, ”dan kematian tidak akan ada lagi”. Jika sesuatu ”tidak ada lagi”, itu berarti dulunya ada. Padahal, di surga tidak pernah ada kematian. Maka, ayat tersebut memaksudkan apa yang akan terjadi di bumi, tempat tinggal kita bersama orang-orang yang kita sayangi. Alkitab juga menyebutkan bahwa orang mati akan dihidupkan kembali dan bertemu lagi dengan orang-orang yang mereka sayangi (Yohanes 5:28, 29). Tingkatan ke-3 dari Surga ini juga ada dalam Perjanjian Baru:
·
2Korintus12:2
Surat 2 Korintus
dianggap ditulis sekitar tahun 58 Masehi. Ini berarti bahwa apa yang terjadi
pada Paulus terjadi sekitar tahun 44 Masehi. Kebanyakan orang menduga bahwa
tujuan dari penglihatan dan wahyu adalah untuk menguatkan Paulus dalam
tantangan dan tujuan yang dihadapinya. Nampaknya ini terjadi sekitar waktu
Barnabas mendampingi Paulus dari Tarsus ke Antiokhia. Mereka kemudian pergi
dari Antiokhia ke Yerusalem dengan membawa sedekah bagi kaum miskin di
Yerusalem. Penglihatan terjadi dalam perjalanan atau ketika mereka telah tiba
di Yerusalem. Paulus sangat terbiasa dengan ajaran pada masanya, dan menjadi
seorang "ahli" dalam ungkapan kesusastraan. Dia menjadi seorang murid
"di bawah pimpinan Gamaliel", yang terkenal dalam tulisan-tulisan
Talmud sebagai salah satu dari ketujuh guru yang diberi gelar "rabi".
Dalam 2 Korintus 12:2 Paulus berbicara tentang penglihatannya sewaktu dia
"diangkat ke tingkat yang ketiga dari sorga" dan pada tingkatan ini,
Paulus menyebutkan tempat ini adalah Firdaus.
Dalam ajaran Yahudi pada masa itu, tingkat pertama dari surga adalah awan atau
udara; yang kedua adalah bintang-bintang dan langit, dan yang ketiga adalah
surga rohani, takhta kemuliaan ilahi.
· 2Korintus12:2,4
Kata "surga" dipakai dalam Alkitab dengan berbagai macam arti, dan setelah kesimpulannya ditarik dari berbagai konteks, anti yang paling lazim adalah surga yang terlihat, yang berbeda dari bumi dan menjadi bagian dari seluruh penciptaan (lihat Kejadian 1:1). "Tingkat ketiga dari surga" yang disebut Paulus memaksudkan kata "tiga" bukan dalam artian numerik/ harfiah melainkan untuk menyatakan suatu tempat yang tertinggi dan sempurna (dalam makna alegoris), dengan demikian "tingkat ke-tiga" ini lebih tinggi dari dunia udara atau bintang, dan yang tidak bisa dilihat dengan mata, melainkan secara roh saja. Kata "dunia" biasanya dipakai dalam Kitab Suci dalam pengertian yang murni material yang merujuk kepada bumi yang didiami beserta umat di dalamnya. Ayat dalam Ibrani 4:3, 9:26, 9:5, 11:7, 11:38, dan sebagainya, mengandung anti material itu. Dalam Yohanes 14:2, bagaimanapun, banyak penafsir mengenali secara tidak langsung pengakuan akan adanya dunia-dunia lain, di mana seluruh alam semesta merupakan "rumah dengan banyak tempat tinggal".
Surga adalah suatu tempat yang kekal dengan
penuh berkat dan kebenaran; tempat dimana roh orang-orang percaya akan
tinggal.
Dibawah ini istilah-istilah untuk "Surga" :
(a)"Rumah Bapa" (Yohanes14:2)
(b) "Firdaus" (Lukas23:43)
(c)"Yerusalem"(Galatia4:26)
(d) "Kerajaan Surga"(Matius16:19)
(e)"Kerajaan kekal" (2Petrus1:11)
(f)"Warisan yang kekal" (1Petrus1:4)
(g).Negeri yang lebih baik (Ibrani11:14,16)
(h) Orang-orang yang diberkati akan
"duduk makan bersama-sama dengan Abraham, Ishak dan Yakub" dan akan
ada di "pangkuan (dada) Abraham" (Lukas 16:22; Matius 8:11); dan
"memerintah bersama Kristus" (2 Timotius 2:12); dan menikmati
"tempat perhentianNya"
Kehidupan kekal di dalam Surga penuh dengan berkat dan kebenaran; roh orang-orang percaya akan tinggal disana. Surga merupakan tempat kediaman yang kekal yang bukan buatan manusia. Tidak ada kejahatan disana Surga bagi orang-orang percaya tidak hanya sebuah berkat yang kekal, tetapi juga adalah "tempat", yaitu kediaman yang telah "dipersiapkan" bagi kita
Surga juga merupakan suatu kata yang indah. Tidak ada satupun dari pelukis, pemahat, atau eksegesis teolog bisa menggambarkan hal yang sudah Tuhan siapkan bagi mereka yang mengasihiNya. Kemuliaan, keagungan, dan keindahan rumah orang yang ditebus hanya bisa dilihat melalui mata tubuh kemuliaan kita saat kita dibangkitkan menjadi seperti Kristus. “Karena sekarang kita melihat dalam cermin suatu gambaran yang samar-samar, tetapi nanti kita akan melihat muka dengan muka. Sekarang aku hanya mengenal dengan tidak sempurna, tetapi nanti aku akan mengenal dengan sempurna, seperti aku sendiri dikenal.” (1 Corinthians 13:12). Tapi kita tidak ditinggal tanpa bayangan. Rasa awal kemuliaan ilahi telah disediakan bagi kita dalam halaman Firman Tuhan. Semangat menyedihkan jika harapan kita akan Surga hanya merupakan halusinasi. Betapa gelap masa depan kita jika harapan tentang surga hanya merupakan angan-angan dan tipuan. Tapi kita bisa tahu kebenaran itu dari Firman Tuhan dan kita bisa yakin bahwa gambaran rumah orang Kristen dimasa depan bukan tipuan.
“Karena kewargaan kita adalah di dalam sorga, dan dari situ juga kita menantikan Tuhan Yesus Kristus sebagai Juruselamat” (Filipi 3:20). Saat Paulus menulis suratnya, Filipi merupakan kota Yunani tapi koloni Roma, warga negaranya memiliki kewarganegaraan Roma. Negara persemakmuran dimana orang percaya Filipi memiliki lokasi tetap di Roma. Paulus menggunakan fakta ini untuk menggambarkan kepada orang percaya kewarganegaraan surga, keistimewaan, dan tanggung jawabnya. Mereka adalah warga sorga dengan kewarganegaraan sorga. Walau mereka tinggal dibumi, persemakmuran dan yang berdaulat dimana orang kudus ada disana sudah pasti disorga. Apa terjadi pada jemaat Filipi juga berlaku pada semua orang percaya. Kita dilahirkan dari atas, tujuan kita kesorga, dan kita harus hidup seperti warga sorga walau kita berjalan di daerah asing. Sebagai warga sorga maka keistimewaan dan tanggung jawab kita adalah hidup seperti warga surga dibumi ini.
Rasul Petrus menulis: “Karena kewargaan kita adalah di dalam sorga, dan dari situ juga kita menantikan Tuhan Yesus Kristus sebagai Juruselamat. Saudara-saudaraku yang kekasih, aku menasihati kamu, supaya sebagai pendatang dan perantau, kamu menjauhkan diri dari keinginan-keinginan daging yang berjuang melawan jiwa.” (1 Pet 2:11). Sebagai orang asing, kita hidup dalam tempat yang sementara disamping tetangga ditanah asing. Yesus Kristus adalah Pemilik kita. Satu hari Dia akan kembali untuk kita dan membawa kita kembali ke tempat asal kita, mengubah tubuh hina kita menjadi tubuh kemuliaan. Kutukan dosa telah mempermalukan tubuh fisik kita, tapi kita harus keluar dari nafsu daging dan hidup kudus seperti ditempat asal kita. Orang Kristen hanya sementara didaerah yang diatur setan, tapi dia tidak boleh tunduk pada allah dunia ini. Dia harus tetap tunduk pada Pemiliknya, “Sebab itu, hai saudara-saudara yang kudus, yang mendapat bagian dalam panggilan sorgawi, pandanglah kepada Rasul dan Imam Besar yang kita akui, yaitu Yesus” (Ibrani 3:1).
Jika kita melihat
tujuan Tuhan menciptakan manusia adalah untuk memperluas Kerajaannya dengan
memberi manusia ciptaanNya hak untuk menguasai bumi. Manusia merupakan wakil
Allah di bumi. Konsep Allah adalah KerajaanNya di Sorga merupakan alam Roh
dimana Allah sendiri adalah Roh. Allah "tidak bisa nyata berkuasa" di
bumi yang merupakan dunia fisik (jasmani) sehingga untuk itulah Allah
mencipatakan manusia (yang memiliki unsur jasmani) berkuasa di bumi sebagai
wakil Allah untuk memperluas kerajaan Allah. Jadi akhir hidup orang
percaya bukan di Sorga, tetapi di bumi baru. Sebagaimana tujuan Allah
menciptakan manusia untuk berkuasa di bumi bukan di Sorga.
PEMAHAMAN AGAMA ISLAM TENTANG SURGA
Kata surga dalam bahasa Indonesia tidak dikenal di dalam Alquran, kata surga berasal dari bahasa Jawa Sansekerta yang berarti tingkatan suatu keadaan orang mencapai kebahagiaan. Makna surga itu kemudian digunakan untuk menerjemahkan konsep jannah di dalam Alquran. Makna tersebut pada dasarnya sama- sama mengandung pengertian kebahagian, meskipun ada perbedaan antara du konsep tersebut. Akan tetapi perbedaan itu bukan perbedaan yang esensial sehingga perbedaan tersebut bisa dihubungkan. Penerjemahan konsep jannah dalam Alquran dengan surga sudah menjadi kebenaran yang diterima oleh seluruh hampir umat muslim Indonesia. Bahkan ada wacana penulisan yang benar untuk kata surga. Oleh karena itu, dalam tulisan ini jannah diterjemahkan menjadi surga. Surga adalah tempat kenikmatan yang kekal dan sempurna yang tidak ada di dalamnya kekurangan apapun. Surga disediakan oleh Allah SWT bagi mereka yang menaati perintah-Nya dan tidak mengingkari kebenaran yang dibawah oleh rasul-rasul-Nya. Surga adalah tempat orang-orang yang dikaruniai nikmat oleh Allah, dari kalangan para nabi, shiddiqin, shuhada dan orang-orang yang saleh. Surga adalah tempat yang tamannya berisi sungai-sungai yang mengalir di bawahnya. Kesenangan yang tidak ada taranya di hadapan Tuhan. Untuk mencapai ke surga ini menempuh jalan yang panjang. Pertama ialah mati, inilah syarat yang pertama. Seterusnya melalui alam barzah, kiamat, padang masyar, meniti titian sirata mustakim, baru sampai ke surga. Jadi letaknya di ujung hidup, melalui proses yang sangat panjang dan lama.Inilah obor yang ditinggalkan oleh Rasulullah SAW terang jalan yang akan dilalui.
Dalam pandangan Islam, surga adalah tempat bagi hamba-hamba Allah yang beriman kepada Nya dan melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangan Nya. Tempat yang memberikan kenikmatan hidup yang belum pernah dirasakan ketika hidupnya di dunia dan sebagai balasan atas jerih payahnya memenuhi perintah Allah dan menjauhi larangan Nya. Tetapi sebenarnya, dalam Al-Qur’an tidak ada kata surga. Yang ada hanyalah jannah (jamak: jannât). Dan jannah itu seluas bumi dan langit. Jannah tidak hanya satu, melainkan sebanyak manusia yang akan menempatinya. Jannah berarti kebun atau taman. Dalam benak kita tergambar banyak pohon buah-buahan yang ada di dalamnya atau tempat peristirahatan, ada sungai-sungai untuk rekreasi, ada kamar peristirahatan dengan dipan-dipan yang tertata anggun. Kita juga membayangkan ada bidadari-bidadari yang cantik dan masih muda yang tak akan pernah tua dan akan jadi istri kita jika kita masuk surga.
Dari sudut tata bahasa, kata jannah berasal dari kata kerja jan-na [ﺠﻦ] yang artinya menutupi, menyembunyikan atau menudungi. Maka, dalam kiasan, jannah merupakan sesuatu yang masih tersembunyi, tertutup dari pandangan mata fisik atau mata jasmani.Allah menguji manusia agar berlomba-lomba menuju (kembali) kepada Allah dengan surga. Semua ibadah yang kita lakukan hendaknya lebih mengharap ridho Allah sedangkan pahala adalah Allah yang menentukan. Nama-nama Surga yaitu Jannatu’l-Firdaus(yaitu surga yang tertinggi). Jannatu’l-Adn, Jannatu’l-Khulûd, Jannatu’n-Na’îm, Jannatu’s-Salâm, Jannatu’l-Jalâl, Jannatu’l-Ma’wa.
Adapun macam-macam Surga antara lain:
- Jannatu’l-Ikhtishash, ialah surga yang diperuntukkan mereka:
1. anak-anak kecil yang meninggal sebelum dikenakan kewajiban agama.
2. siapa saja yang dikehendaki Allah.
3. mereka yang hilang akalnya, kelakuannya baik ketika masih normal, kemudian menderita sakit ingatan sehingga meninggal.
4. mereka yang percaya ke-Esaan Allah yang diperoleh karena menyelidiki sendiri terhadap bukti-bukti ke-EsaanNya yang bertebaran di alam semesta/dunia fana.
5. mereka yang hidup pada periode dua Rasul, yang tidak sampai dakwah Rasul kepadanya.
6. mereka yang menerima dakwah ahli tauhid kepadanya, sungguh pun tidak seasli yang dibawa Rasulnya.
- Jannatu’l-Mîrâts, yaitu surga yang disediakan bagi mereka yang tadinya kafir, kemudian beriman. Karena tempat-tempat tersebut tidak jadi diisi, maka diberikan atau diwariskan kepada mereka, di samping tempat-tempat yang ditentukan sendiri bagi penghuni surga (Q.S. Al-Hadîd: 10).
- Jannatu’l-‘Amal, yaitu surga yang disediakan bagi mereka orang-orang Mukmin berdasarkan amal perbuatan mereka ketika hidupnya di dunia.
Menempuh perjalanan hidup di jalan yang benar akan menghantarkan pada kebahagiaan, yaitu saat kita sampai pada tujuan yang dikehendaki sesuai dengan petunjuk-petunjuk dan tuntunan-tuntunan serta menghindari larangan-larangan dan bahaya yang menghalang di jalan yang salah.
Comments
Post a Comment